Manuver Politik Menuju 2020

Sohibul Iman dan Surya Paloh
Sumber :
  • vstory

VIVA – Politik selalu menarik untuk dibicarakan. Hal yang membuat menarik dari politik adalah dinamika politik itu sendiri. Manuver demi manuver diperlihatkan oleh elite-elite politik seperti layaknya akrobat dalam pertunjukan sirkus yang sangat menarik.

Idrus Marham: Fakta atau Omon-Omon?

Akhir-akhir ini banyak mauver yang diperlihatkan oleh elite politik. Seperti contohnya adalah Surya Paloh bersama Partai Nasdem bertemu untuk membuka komunikasi politik dengan elite-elite PKS. Manuver tersebut sempat membuat sedikit panas Presiden Jokowi karena Nasdem sampai saat ini masih menjadi koalisi dalam pemerintahan Jokowi.

Selain isu seputar manuver tersebut, pada akhir-akhir ini juga kembali lahirnya partai baru yaitu Partai Gelora (Gelombang Rakyat) besutan Anis Matta dan Fahri Hamzah mantan pimpinan elite PKS. Dalam manuver politik tersebut memiliki tujuan jangka pendek hingga jangka panjang.

Pembelajaran Berdiferensiasi dan Upaya Menumbuhkan Potensi Peserta Didik

Melihat jadwal terdekat dalam kontestasi politik di Indonesia, tujuan jangka pendek tersebut adalah Pilkada Serentak 2020. Manuver dan statement para elite tersebut bisa menggambarkan peta politik terdekat yaitu Pilkada 2020, dan tidak menutup kemungkinan akan mengubah peta politk nasional.

Hal ini menarik dilihat dalam perspektif game theory. Menurut Roger B Myerson (1991) Teori Permainan adalah studi tentang pengambilan keputusan strategis yang menekankan situasi bersaing di antara beberapa orang atau kelompok. Tentunya dalam perspektif tersebut biasanya yang akan dilakukan adalah memaksimalkan peluang kemenangan dan meminimalisir kekalahan. Langkah-langkah strategi politik tersebut akan terlihat bagaimana pola-pola komunikasi elite politik saat ini.

Terima Penghargaan karena Menangkan Capres 5 Kali Beruntun, Denny JA Beri Pesan Politik

Pola Komunikasi Politik

Jika melihat kontestasi Pilkada, Pemilu maupun Pilpres membuka komunikasi politik dengan partai lain kecenderungannya untuk membuka peluang-peluang berkoalisi. Meminjam pendapat dari Gun Gun Heryanto dalam buku Panggung Komunikasi Politik (2019), ada empat model komunikasi politik elite dalam penjajagan koalisi, yaitu:

1. Model aliran satu tahap (one step flow model), yakni komunikasi antar elite parpol yang sedari awal sudah menanam kesepahaman untuk saling mendekat, intim dan punya itikad baik menjadi kawan seperjuangan.

2. Model melingkar (circular model), yakni komunikasi politik yang dilakukan anta relite parpol dengan cara menjajaki bergam peluang terbaik yang bisa mereka peroleh.

3. Model komunikasi dua tahap (two-step models), yakni mengambil inisiatif untuk memajukan “petarung” lebih dini ke gelanggang, tetapi juga menyiapkan alternatif terbaik (the best alternative to negosiatef agreement) jika jagoannya kalah. Sehingga sedari awal komunikasi politik mereka tebar ke ragam kekuatan politik yang ada.

4. Model pertautan (linkage model), yakni komunikasi politik yang mengandalkan irisan-irisan kesamaan di antara kekuatan non arus utama. Sebagaimana diketahui saat ini poros utama adalah PDIP dan Gerindra. 

Komunikasi Nasdem-PKS

Partai Nasdem biasanya memiliki kecenderungan ketegori model pertama, yaitu one step flow model. Sedari awal karier politiknya terlihat selalu dekat dengan PDIP. Tetapi dengan adanya manuver Surya Paloh kemarin memperlihatkan Nasdem mengubah cara komunikasi politiknya yang memiliki kecenderungan dalam circular model.

Hal tersebut akan membuka lebar kemungkinan Nasdem dan PKS akan berkoalisi untuk bersama-sama mengusung calon kepala dearah dalam Pilkada Serentak 2020.  Selain itu, manuvernya kemarin seperti memperkuat adanya conflict of interest dalam komunikasi Nasdem dengan PDIP.

Hal itu menjadi sangat sentimen karena PKS adalah partai oposisi utama dalam pemerintahan yang dikuasai PDIP. Jika kondisi komunikasi Nasdem dan PDIP semakin buruk akan membuka peluang Jokowi untuk reshuffle kabinet pada tahun 2020 dan mencopot kursi menteri yang diduduki oleh kader Nasdem.

Selain itu, manuver Nasdem dengan PKS memberikan isyarat bahwa Nasdem akan siap menjadi oposisi pemerintahan. Penulis juga melihat strategi jangka panjang antara Nasdem dan PKS. Jika NasDem dan PKS terus melakukan komunikasi politik dari tingkat koalisi daerah hingga pusat maka akan membuka peluang Nasdem menjadi teman sekutu baru PKS dalam beroposisi.

Partai Gelora

Partai Gelora baru saja lahir dalam arena politik demokrasi di Indonesia. Tetapi target partai ini terbilang sangat besar yaitu bisa mewarnai kontesasi Pilkada Serentak 2020. Jika melihat dalam perspektif marketing politik, partai ini belum terlihat jelas ke mana arah segmentasi peta politiknya.

Sebagai pemain baru, tentunya partai ini dalam Pilkada harus menjajaki koalisi kepada partai-partai lainnya. Jika melihat empat model komunikasi elite di atas tentunya hal yang sangat mungkin dilakukan oleh Partai Gelora adalah model kedua yaitu circular model.

Karena sebagai partai baru perlu menunjukan eksistensinya. Dengan menggunakan circular model tentunya Partai Gelora akan terus melihat peluang-peluang terbaik kandidat yang akan dimenangkan di daerah tersebut. Walaupun hal negatif dalam model ini adalah partai akan cenderung terlalu pragmatis yang akan bersifat hanya mementingkan langkah-langkah politik elitenya.

Setiap partai memiliki pertimbangan dalam membuat strategi politiknya, salah satunya adalah cara komunikasi politik kepada partai lain. Dalam berpolitik bermanuver adalah hal yang biasa bahkan menjadi keniscayaan dalam politik demokrasi. Karena itulah yang menjadikan politik selalu menarik untuk dianalisis maupun diamati.

Itulah mengapa penulis tertarik melihat fenomena ini dengan perspektif game theory. Karena politik sama halnya dengan bermain game. Para pemain game akan terus memikirkan bagaimana agar memenangkan game tersebut.

(Penulis: Muhammad Farras Fadhilsyah?, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Al-Azhar Indonesia, Anggota Kelompok Kajian SOSPOL (Sosial Politik) UAI).

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.