Plastik, Musuh Bumi Paling Mengerikan

illustrasi dari Google.com
Sumber :
  • vstory

VIVA – Sejak beberapa tahun belakangan, banyak orang mulai mengerti akan bahaya sampah plastik bagi bumi kita. Namun, tampaknya hal tersebut tidak bertahan lama. Pemahaman masyarakat akan bahaya sampah plastik tidak diiringi dengan kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan serta cara mengelola sampah itu sendiri. 

Pemanfaatan Maggot Sebagai Pakan Ternak

Jumlah sampah plastik di Indonesia sudah sangat memprihatinkan. Dan akan terus bertambah seiring dengan pertambahan penduduk serta mobilitas masyarakatnya. Tahukah Anda berapa banyak sampah plastik yang sudah kita hasilkan hingga saat ini?

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jenna R. Jambeck dari University of Georgia, pada tahun 2010 ada 275 juta ton sampah plastik yang dihasilkan dari seluruh dunia. Sekitar 4,8 sampai 12,7 juta ton diantaranya terbuang dan mencemari laut. Data tersebut juga mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang menyumbangkan sampah plastik terbanyak kedua di dunia.

Hidroponik, Solusi Lahan Sempit di Perkotaan

Beberapa penelitian lain yang menunjukkan persentase jumlah sampah di Indonesia menyatakan bahwa sampah yang paling dominan adalah sampah organik. Yakni sebanyak 60 persen. Sedangkan sampah plastik sebanyak 14 persen. Namun begitu, sampah plastik lebih membahayakan bagi keselamatan makhluk hidup dibandingkan dengan sampah organik. 

Apa saja bahaya dan akibat yang ditimbulkan dari sampah plastik?

Bahaya Masker Medis: Ancaman Baru Climate Crisis

Akan sangat banyak dampak buruk yang ditimbulkan apabila sampah plastik tidak dikelola dengan baik atau dibiarkan begitu saja. Dampak tersebut antara lain:

1. Polusi tanah

Selain merusak kesuburan tanah, sampah plastik akan mencemari air tanah, dan meracuni makhluk bawah tanah seperti cacing.

2. Polusi air

Sampah plastik akan mencemari sungai, laut dan meracuni binatang dan makhluk laut lainnya.

3. Polusi udara

Karena sampah menimbulkan bau yang tidak sedap. Begitu pula saat sampah plastik dibakar akan menjadi senyawa kimia berbahaya bila terhirup asapnya. Meracuni semua makhluk hidup. Jika tumbuhan dan hewan sudah terkontaminasi dengan racun dari sampah plastik, maka manusia yang mengonsumsi makanan daging hewan dan tumbuhan tersebut juga ikut terkena racun. Sehingga jadilah racun berantai sesuai urutan rantai makanan.

Hewan-hewan laut seperti ikan, penyu dan yang lainnya akan menganggap sampah plastik sebagai makanannya dan akhirnya mati karena tidak dapat mencernanya.
Bencana alam seperti banjir dan tanah longsor.

Kasus-kasus mengerikan akibat limbah plastik

Baru-baru ini, banyak tersebar berita mengenai kasus-kasus mengerikan yang terjadi akibat dari limbah plastik, terutama yang terjadi pada satwa laut. Antara lain adalah sebagai berikut.

Ribuan penyu mati 

Penyu merupakan salah satu hewan laut yang paling banyak terkena dampak sampah plastik. Berdasarkan sebuah penelitian, tiap tahun sebanyak 1.000 ekor penyu di seluruh dunia mati akibat sampah plastik. Pada tahun 2015, seorang penyelamat penyu bernama Chloe Carland menemukan seekor penyu betina mati. Setelah dibedah isi perutnya terdapat banyak sampah plastik hingga kawat kancing. 

Selain itu, di wilayah lain juga sempat ditemukan seekor penyu yang sekarat akibat sebuah sedotan plastik yang tersangkut di dalam hidungnya. Kemudian di Indonesia, tepatnya di Pantai Congot, Kulon Progo Kota Yogyakarta juga sempat ditemukan seekor penyu yang mati dengan isi perut yang penuh dengan sampah plastik. Jika hal ini terus terjadi, penyu akan terancam punah. 

Banyak paus yang terdampar

Selain penyu, paus juga banyak ditemukan terdampar dan mati akibat menelan sampah plastik. Dilansir dari BBC, seekor paus pilot ditemukan di perairan Thailand dalam kondisi sakit dan tidak bisa berenang. Beberapa waktu kemudian paus itu mati. Setelah diusut, ternyata paus tersebut telah menelan 80 kantong plastik dengan bobot 8 kilogram. 

Pada tahun 2016 juga ditemukan paus terdampar di wilayah perairan Jerman, Inggris, dan Belanda. Ada 13 ekor paus sperma yang ditemukan mati di wilayah tersebut akibat menelan jaring ikan sepanjang 15 meter. 

Sementara pada 2018 lalu di Indonesia, tepatnya di Pulau Kapota, Wakatobi juga ditemukan seekor paus sperma yang terdampar karena menelan 5,9 kilogram sampah plastik dalam bentuk kantung plastik, gelas plastik, dan botol plastik. Begitu juga yang terjadi di perairan Italia. Smpat ditemukan seekor paus yang mati karena menelan 22 kilogram sampah plastik. Mirisnya, saat dilakukan pembedahan, paus tersebut dalam kondisi sedang mengandung.

Ribuan anak burung Albatros mati

Ribuan ekor anak burung albatros juga ditemukan mati di Midway AS pada September 2009. Sama seperti hewan laut yang lain, di dalam perut burung tersebut juga dipenuhi sampah berupa tutup botol plastik dan benda plastik lainnya.

Apa yang harus kita lakukan?

Kerja sama yang saling mendukung antara pemerintah dan masyarakat sangat diperlukan untuk menanggulangi masalah sampah plastik ini. Dari sisi pemerintah diperlukan adanya kebijakan yang mengatur tentang penggunaan sampah plastik serta sanksi bagi yang membuang sembarangan atau menyalahgunakannya.

Edukasi juga sangat diperlukan agar masyarakat tidak hanya patuh terhadap aturan, tetapi juga sadar akan bahaya sampah plastik itu sendiri. Masyarakat juga harus mulai untuk hidup disiplin dengan memisahkan sampah plastik dengan sampah organik lainnya untuk kemudian diolah atau daur ulang.

Bukan dengan mengubur atau membakarnya karena sampah plastik yang dibakar akan menimbulkan senyawa yang berbahaya. Jika tidak mampu melakukan daur ulang sampah plastik, kita bisa memberikannya pada instansi yang bertugas mengolah sampah plastik atau yang paling mudah adalah memberikannya pada pemulung. Mulailah untuk mengganti barang-barang plastik sekali pakai seperti tas belanja, botol air mineral, dan lain-lain.

Kendala yang dialami dalam pengelolaan sampah

Beberapa kebijakan yang sudah diberlakukan dalam menangani masalah sampah belumlah berjalan maksimal. Hal ini dikarenakan masih adanya kendala-kendala yang menghambat jalannya program penanganan sampah. Kendala-kendala tersebut antara lain adalah sebagai berikut.

Sistem pembuangan sampah masih belum tepat

Sampah yang telah terkumpul dari masyarakat biasanya akan langsung dibawa oleh truk sampah dan ditumpuk di TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Namun di TPA sampah tercampur menjadi satu sehingga tidak diolah dengan baik.  Pemilahan sampah hanya dilakukan oleh para pemulung. Seharusnya pemilahan sampah dimulai sejak masih berada di rumah-rumah masyarakat.

Kurangnya fasilitas pengolahan sampah di TPS

Agar sampah di TPA tidak semakin menggunung, ada baiknya pemerintah mengembangkan fasilitas-fasilitas pengolahan sampah di Tempat Pembuangan Sementara (TPS).

Sanksi yang kurang tegas

Sanksi yang diberlakukan saat ini bagi pembuang sampah sembarangan belum cukup memberikan efek jera. 

Minimnya teknologi untuk mengolah sampah 

Sampah-sampah yang sulit terurai harus diolah sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan bahaya. Namun, sayangnya teknologi pengolahan sampah di Indonesia masih minim, terutama untuk jenis sampah pembalut dan popok sekali pakai. Banyak masyarakat yang terkadang membuang popok begitu saja bersama-sama dengan kotorannya. Jika demikian akan menimbulkan bahaya dan berbagai macam penyakit.

Meskipun sampah plastik dapat didaur ulang dan digunakan kembali, alangkah lebih baik jika kita benar-benar tidak menggunakan bahan plastik sekali pakai. Daur ulang hanya menjadi salah satu solusi yang bisa kita lakukan, tetapi pada akhirnya plastik tersebut tetap akan menjadi sampah dan terbuang.

Jadi, mulai sekarang stop menggunakan plastik sekali pakai demi menjaga bumi kita dari musuh paling mengerikan ini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.