Refleksi Atas Integrasi HMI dalam Digitalisasi

Bendera HMI
Sumber :
  • vstory

VIVA – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang lahir pada tanggal 5 Februari 1947 boleh saja dibanggakan oleh setiap kadernya dalam setiap acara dies natalis yang diselenggarakan setiap tahunnya. Pasalnya, HMI ini memang organisasi mahasiswa yang tertua di Indonesia. Bahkan boleh saya bilang HMI bisa jadi sebagai organisasi yang selalu selamat dari “gempuran” garis waktu yang setiap saat bisa menghancurkannya.

Pemanfaatan Maggot Sebagai Pakan Ternak

Seperti ancaman pembubaran oleh PKI atau kebijakan asas tunggal yang pernah dilakukan oleh pemerintahan orde baru yang bisa saja apabila tidak kuat berpijak akan langsung menghempas HMI dalam suatu pusaran sejarah tertentu. Hal tersebut tidak mengherankan. Karena HMI memiliki komitmen keumatan dan kebangsaan yang diejawantahkan dalam Pasal 4 Anggaran Dasar HMI yang berbunyi, “Terbinanya Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi yang bernafaskan Islam dan Bertanggung Jawab atas terwujudnya Masyarakat Adil Makmur yang di-ridhoi Allah Subhanahu wata’ala”.

Kini, dengan usia HMI yang sudah memasuki usia 72 tahun ini sudah dapat dibilang telah memasuki usia senja. Meski begitu HMI harus tetap menunjukkan dirinya secara produktif sebagai organisasi terbesar dan terbaik untuk Indonesia, walaupun  zaman terus berubah wajah.  Sayyidina Ali bin Abu Thalib berpesan, “Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu.”

Hidroponik, Solusi Lahan Sempit di Perkotaan

Masalah yang perlu kita renungi serta hadapi bersama saat ini adalah apakah kita sudah bisa melakukan penyesuaian dengan zaman dalam bingkai tujuan HMI tersebut atau belum. Hendak diakui atau tidak era digital telah memengaruhi segala aspek kehidupan saat ini. Sehingga setuju atau tidak, HMI tetap mengikuti kemauan zaman untuk mengawal generasi muda Indonesia sebagai upaya mencegah apa yang disebut kesenjangan generasi atau generation gap.

Setiap zaman atau generasi memiliki masalahnya sendiri. Hal tersebut dapat dianalogikan dengan seorang ayah tidak dapat memaksakan pola pendidikan orang tuanya untuk diterapkan kepada anaknya karena zamannya telah berbeda. Begitu pun dengan pendidikan organisasi, termasuk di tubuh HMI. Apa yang diajarkan pada latihan kader pada generasi Lafran Pane tentu berbeda dengan konteks generasi Nurcholish Madjid (Cak Nur).

Bahaya Masker Medis: Ancaman Baru Climate Crisis

Apa yang diajarkan pada generasi Cak Nur merupakan tantangan zaman yang memang sesuai dengan permasalahan zaman kala itu, berbeda dengan tantangan zaman generasi Anies Baswedan. Begitu seterusnya hingga sampailah pada generasi kita. Maka, penting kiranya untuk memahami permasalahan setiap generasi, utamanya generasi kita sendiri. Karena mustahil dapat menyelesaikan problematika generasi, jika konteks masalahnya saja kita gagal untuk memahaminya.

Kuntowijoyo (2017) mengemukakan masyarakat Indonesia saat ini telah bertransisi dari masyarakat feodalis-kapitalistik ke masyarakat teknokratis. Hal tersebut ditandai dengan adanya prosedur-prosedur teknik di mana seseorang bisa jadi apa saja tanpa melihat latar belakangnya terutama latar belakang pendidikan.

Di dalam sistem teknokratis ini kesadaran massa cenderung dikelola sedemikian rupa untuk menuruti keinginan suatu unit yang lebih besar. Revolusi industri keempat menjadi manifestasi lain dari bentuk prosedur teknokratis tersebut. Hal ini tergambar pada aspek digital berupa Internet of all Things (IoT) atau internet untuk segala dalam bahasa yang paling sederhana (Schwab, 2016:19).

Dengan kemampuan internet untuk segala yang ditawarkan oleh revolusi industri keempat ini mengakibatkan terkoneksinya satu informasi dari satu kanal pada kanal informasi lain yang berbeda dalam aplikasi serta memungkinkan komunikasi lebih lancar dan intens dalam setiap waktu.

Berdasarkan amatan saya dalam lingkup HMI Cabang Semarang, sosial media yang merupakan manifestasi internet untuk segala ini sudah lumrah digunakan secara intensif baik dari cabang hingga komisariat. Sayangnya, tidak semua aktif bahkan media milik komisariat terutama komisariat dengan kuantitas SDM yang cukup dibandingkan cabang dengan menginformasikan kegiatan komisariat baik LK 1, Follow Up hingga kegiatan lain sesuai program kegiatan komisariat yang bersangkutan.

(Sumber Referensi; Kuntowijoyo.2017.Dinamika Sejarah Umat Islam. Mata Bangsa: Yogyakarta; Schwab, Klaus.2016.Revolusi Industri Keempat.Gramedia Pustaka Utama:  Jakarta)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.