Dilema Plastik Vs Kertas

Ilustrasi foto: google.com
Sumber :
  • vstory

VIVA – Kampanye gerakan mengurangi sampah plastik di Indonesia belakangan ini sedang gencar-gencarnya digemakan kepada seluruh masyarakat. Bentuknya bermacam-macam, seperti menggunakan stainless straw sebagai pengganti sedotan plastik, membawa tas belanja pribadi untuk mengurangi kantong plastik, dan berbagai bentuk ajakan lainnya.

Amicus Curiae Cuma Terakhir untuk Bentuk Opini dan Pengaruhi Hakim MK, Menurut Pengamat

Bahkan Pemerintah Bali telah mengeluarkan larangan penggunaan kantong plastik sekali pakai yang tertuang pada Peraturan Gubernur Bali no. 97 tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai. Hal tersebut bukan tanpa alasan, karena Indonesia menjadi penyumbang polusi laut atas sampah plastik terbesar kedua di dunia.

Menurut Data Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS) sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun dan sebesar 3,2 juta ton di antaranya adalah sampah plastik yang dibuang ke laut.

Idrus Marham: Fakta atau Omon-Omon?

Selain itu, sumber yang sama juga menyebutkan bahwa kantong plastik yang terbuang ke lingkungan sebanyak 10 miliar lembar per tahun atau sebanyak 85.000 ton kantong plastik.

Kesadaran masyarakat akan bahaya sampah plastik di Indonesia masih sangat minim, terbukti melalui Indeks Perilaku Ketidakpedulian Lingkungan Hidup (IPKLH) Indonesia pada tahun 2017 sebesar 0,51. Nilai IPKLH yang diukur oleh BPS berkisar pada nilai 0 hingga 1, di mana nilai IPKLH yang semakin besar (mendekati 1) menunjukkan semakin tingginya tingkat ketidakpedulian lingkungan di wilayah tersebut sedangkan nilai IPKLH yang semakin kecil (mendekati 0) menunjukkan semakin rendah tingkat ketidakpedulian lingkungan di wilayah tersebut.

Pembelajaran Berdiferensiasi dan Upaya Menumbuhkan Potensi Peserta Didik

Terdapat empat dimensi penyusunan IPKLH yaitu dimensi penghematan air, dimensi pengelolaan energi, dimensi transportasi pribadi, dan dimensi pengelolaan sampah.

Dimensi pengelolaan sampah memiliki nilai indeks yang paling besar yaitu 0,72. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat ketidakpedulian masyarakat terhadap pengelolaan sampah masih tinggi. Selain itu, terdapat sebanyak 81,4 persen rumah tangga yang tidak peduli terhadap sampah plastik ketika berbelanja.

Akibat yang ditimbulkan dari sampah plastik ini sangat berbahaya, salah satu yang paling disoroti adalah banyaknya hewan laut yang mati akibat dari sampah plastik yang dibuang ke laut.

Belum lagi banjir yang akhir-akhir ini melanda sebagian besar wilayah Jakarta dan sekitarnya tentunya salah satu penyebabnya adalah sampah plastik yang menyumbat saluran perairan. Berbagai tagar yang ramai di media sosial seperti #SaveTurtles, #ZeroWaste, dan #PlasticFree terus dikampanyekan agar bumi ini tidak tenggelam dalam lautan sampah plastik.

Dengan banyaknya masalah yang ditimbulkan akibat semakin besarnya penggunaan plastik, banyak orang yang beralih mencari alternatif, salah satu nya dengan menggunakan kertas. Namun, apakah alternatif menggunakan kertas tersebut merupakan alternatif yang lebih baik untuk menyelamatkan bumi ini?

Seperti yang diketahui bahan dari kertas lebih bernilai ramah lingkungan daripada plastik karena sifatnya yang bisa terurai. Akan tetapi yang perlu digarisbawahi, bahan dasar dari pembuatan kertas yaitu serat kayu yang artinya diperlukan bahan baku yang berasal dari pepohonon untuk diubah menjadi kertas. Bisa saja bahan alternatif ini nantinya malah akan membuat penebangan hutan kembali merajalela.

Padahal penemu kantong plastik pertama kali yang berasal dari Swedia pada tahun 1959, Sten Gustaf Thulin, menciptakan kantong plastik untuk mengurangi penebangan pohon yang kala itu massif dilakukan salah satunya karena penggunaan kantong kertas sekali pakai.

Seiring berjalannya waktu, kantong plastik yang tadinya menjadi penyelamat bumi sekarang justru menjadi bencana bagi keberlangsungan makhluk hidup di bumi. Harganya yang murah dan mudah didapat menjadikan manusia menyalahgunakan fungsi kantong plastik yang seharusnya bisa dipakai berkali-kali.

Upaya untuk mengurangi kantong plastik telah dilakukan seperti kantong plastik berbayar hingga larangan penggunaan kantong plastik sekali pakai. Akan tetapi semuanya bergantung pada kesadaran manusia itu sendiri.

Penggunaan sedotan stainless dan membawa tas untuk berbelanja dianjurkan demi menjaga keberlangsungan bumi dan makhluknya. Selain itu, pengelolaan limbah plastik juga perlu disoroti oleh pemerintah agar plastik yang dapat di daur ulang tidak terbuang percuma. Selanjutnya, membuang dengan memilah sampah juga diperlukan.

Tempat sampah yang berwarna-warni yang menunjukkan perbedaan jenis sampah bukanlah pajangan semata. Mari kita jaga bumi ini demi keberlangsungan kehidupan anak cucu kita. (Penulis: Diva Arum Mustika, ASN BPS Kabupaten Sekadau)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.