Menghidupkan Motivasi Belajar Pasca Bencana

Menghidupkan Motivasi Belajar Pasca Bencana
Sumber :
<
Idrus Marham: Fakta atau Omon-Omon?
p>
Pembelajaran Berdiferensiasi dan Upaya Menumbuhkan Potensi Peserta Didik
VIVA
– Di sebuah lokasi pengungsian di Universitas Borobudur, Jakarta Timur, puluhan anak-anak korban banjir diajak menggambar bersama. Di samping menggambar, anak-anak korban banjir akibat meluapnya Kali Sunter pada Rabu (01/01/2020) dini hari tersebut juga diajak melakukan berbagai permainan sederhana.
Terima Penghargaan karena Menangkan Capres 5 Kali Beruntun, Denny JA Beri Pesan Politik

Meski dengan kondisi seadanya, nampak raut keceriaan tergambar di wajah mereka. Kegiatan menggambar dan bermain bersama tersebut digerakkan oleh tim Trauma Healing Pola Metro Jaya untuk memulihkan kondisi psikis anak-anak korban banjir di posko pengungsian Universitas Borobudur, Jakarta Timur. Hal ini penting, sebab bencana banjir besar yang melanda di awal tahun tersebut bisa berdampak traumatis kepada siapa pun, termasuk anak-anak.

Banjir besar akibat meluapnya Kali Sunter tersebut berdampak terendamnya banyak pemukiman. Wilayah Kelurahan Cipinang Melayu menjadi salah satu daerah yang paling parah terkena banjir, sehingga banyak warga yang harus mengungsi. Di antara para pengungsi, tentu ada sebagian orang yang kehilangan anggota keluarga, kerabat, dan saudara akibat bencana banjir besar yang melanda tersebut.

Salah satu pihak yang mesti mendapatkan perhatian serius di pengungsian adalah anak-anak. Kesedihan dan trauma atas bencana besar yang baru saja melanda, tentu bisa menjatuhkan mental dan psikologis mereka jika tidak dilakukan pendampingan. Di sinilah, diharapkan kegiatan menggambar dan bermain yang digerakkan oleh tim Trauma Healing tersebut bisa mengalihkan perhatian anak-anak agar cepat melupakan kejadian bencana yang baru saja mereka alami.

Di samping kegiatan bermain dan menggambar, tim Trauma Healing juga menyelipkan motivasi-motivasi, serta semangat kepada anak-anak korban banjir tersebut. Hal utama adalah motivasi agar anak tetap memiliki semangat untuk belajar dan bersekolah. Selain motivasi untuk tetap belajar, anak-anak juga penting untuk diberikan pengetahuan-pengetahuan terkait kebencanaan, agar anak tahu apa yang mesti dilakukan apabila terjadi bencana banjir.

Di tengah kondisi pasca bencana, anak-anak tetap harus mendapatkan hak-hak mereka akan layanan pendidikan. Meskipun kondisi sekolah dan berbagai fasilitas pendidikan masih rusak atau belum dilakukan perbaikan, anak-anak mesti tetap mendapatkan tempat untuk belajar. Ini penting, agar anak tidak terlalu lama larut dalam suasana bencana dan tidak ketinggalan pelajaran. Di sinilah, penting didirikan tenda-tenda sekolah darurat sebagai tempat anak-anak belajar untuk sementara waktu.

Kemendikbud telah memberi berbagai bantuan untuk tetap memenuhi hak-hak pendidikan anak-anak yang terdampak bencana. Seperti dikabarkan, beberapa hari setelah bencana banjir melanda, Kemendikbud telah memberikan bantuan berupa tenda sekolah darurat, perlengkapan sekolah, alat permainan edukatif, laptop untuk pembelajaran, serta buku-buku cerita bagi sekolah dan siswa terdampak banjir.

Diharapkan, berbagai bantuan tersebut bisa mendukung proses belajar-mengajar untuk anak-anak pasca bencana, sembari menunggu proses perbaikan berbagai sarana dan prasarana pendidikan yang mengalami kerusakan. Tentu, proses perbaikan bangunan sekolah akan memakan waktu yang tidak sebentar. Oleh karena itu, mesti dibuat tempat-tempat belajar darurat untuk tetap menunjang kegiatan belajar-mengajar.

Mengenai proses rehabilitasi dan perbaikan sekolah terdampak banjir, Kemendikbud menyatakan hal tersebut akan ditangani bersama-sama. Karenanya, Kemendikbud melakukan koordinasi lintas kementerian dan instansi, seperti dengan kementerian PUPR dan Pemerintah Daerah. Kemendikbud juga memberi anggaran khusus untuk rehabilitasi bangunan sekolah-sekolah. Namun, anggaran tersebut dikonsentrasikan pada sekolah-sekolah daerah 3T (Tertinggal, Terdalam, Terdepan).

Guna memastikan pendidikan bisa segera berjalan pasca bencana, pihak yang tak kalah penting untuk diperhatikan tentu adalah para guru atau tenaga kependidikan. Tak sedikit guru yang juga terdampak bencana seperti banjir, rumahnya terendam, sehingga bisa mengganggu tugasnya sebagai pendidik. Oleh karena itu, pemerintah juga memberikan bantuan khusus untuk guru terdampak banjir.

Kemendikbud telah melakukan pendataan untuk memberi tunjangan khusus kepada guru terdampak bencana yang diberikan selama tiga bulan. Menurut keterangan Sektretaris Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Sesditjen GTK) Kemendikbud Wisnu Aji, tunjangan khusus untuk guru terdampak bencana alam tersebut bakal dicairkan paling lambat April 2020.

Wisnu menegaskan, tunjangan tersebut sudah masuk dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun 2020. Ditegaskan pula bahwa bantuan tersebut untuk semua guru yang terdampak bencana, baik PNS maupun non-PNS,  semua akan mendapat tunjangan dengan besaran sama (cnnindonesia.com, 09/01/2020).  

Bencana alam kerap mengakibatkan berbagai kerusakan dan dampak yang luas dalam kehidupan, tanpa terkecuali dampak di dunia pendidikan. Akses yang terputus, bangunan sekolah dan alat-alat pendidikan yang rusak, anak-anak yang tak bisa ke sekolah, juga guru yang tak bisa mengajar karena keadaan bencana, semua butuh perhatian dan penanganan yang baik, tepat, dan efisien.

Anak-anak butuh perhatian, diberi pendampingan, dan motivasi agar tetap semangat belajar. Para guru mesti dibantu agar bisa kembali mengajar. Dan sekolah-sekolah mesti diperbaiki agar proses belajar mengajar tercipta kembali. Kita berharap, berbagai bantuan, tunjangan, dan berbagai penanganan dari pemerintah tersebut bisa segera kembali menghidupkan proses pendidikan di berbagai daerah yang terdampak bencana.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.