Ketika si Maskulin Berjiwa Feminin

Gender dan seks
Sumber :
  • vstory

VIVA – Manusia adalah makhluk paling sempurna di muka bumi, berkat akal yang Allah anugerahkan padanya. Ia juga membagi kodrat manusia menjadi dua jenis yang saling melengkapi satu sama lain, yaitu: Adam yang identik dengan kemaskulinannya dan kaum hawa dengan kefemininannya.

Amicus Curiae Cuma Terakhir untuk Bentuk Opini dan Pengaruhi Hakim MK, Menurut Pengamat

Keduanya memiliki derajat yang sama tidak ada yang dilebihkan atau dikurangkan. Namun, kesamaan derajat tersebut tidak serta merta bermakna bahwa keduanya memiliki kesamaan penuh. Ada beberapa perbedaan di antara keduanya baik dari segi seks maupun gender.

Dilihat dari segi fisik saja sudah bisa ditentukan manakah yang laki-laki dan manakah yang perempuan, karena sejatinya mereka sudah dibekali perbedaan yang menonjol sejak lahir. Akan tetapi tidak jarang kita berjumpa dengan sesosok makhluk berparas ayu bak perempuan, namun masih nampak gagah layaknya laki-laki.

Idrus Marham: Fakta atau Omon-Omon?

Atau pun laki-laki yang seringkali berlenggak-lenggok feminin layaknya perempuan, dengan sedikit riasan atau aksesoris ala perempuan di tubuhnya. Sosok tersebut seringkali mendapat julukan sebagai “waria” alias wanita setengah pria.

Fenomena waria memang bukan lagi hal asing bagi khalayak umum. Waria atau wanita pria adalah laki-laki yang lebih suka berperan sebagai perempuan dalam kehidupannya sehari-hari.

Pembelajaran Berdiferensiasi dan Upaya Menumbuhkan Potensi Peserta Didik

Waria dapat diartikan sebagai pria yang dianalogikan dengan perilaku yang lemah gemulai, lembut, dan kewanita-wanitaan. Sifat dan perilaku ini bukan dibuat-buat, walau ada beberapa kasus waria yang memang dengan sengaja mengubah perilakunya menjadi seperti wanita. Namun, sejatinya semua itu berasal dari dalam diri atau bahkan bawaan lahir.

Bahkan beberapa waria menggunakan status tersebut sebagai ladang pencaharian mereka, bukan hanya sebagai ajang coba-coba saja. Makin ke sini, para waria ini makin berani mengumbar eksistensi mereka ke khalayak umum bahkan media sosial. Sebut saja Lucinta Luna, salah satu waria tanah air sekaligus selebgram dengan penghasilan selangit.

Kemunculannya seringkali menuai kontroversi dan cibiran di kalangan masyarakat. Meskipun sudah banyak masyarakat yang mengetahui jati dirinya, tapi hal tersebut sama sekali tidak menyurutkan eksistensinya di layar kaca.

Bahkan satu persatu job dengan bayaran fantastis silih berganti menghampirinya. Tidak dipungkiri, pencapaian tersebut agaknya cukup menarik perhatian waria yang lain utuk mengikuti jejaknya.

Lucinta Luna seakan menjadi inspirator baru bagi para waria yang masih malu untuk membuka jati dirinya dan meneruskan kehidupan sebagai waria. Mereka tidak menyadari bahaya apa saja yang mengintai keputusan tersebut, karena dengan bertambahnya jumlah waria sekaligus merupakan pertanda bertambahnya pula daftar pelaku homoseksual.

Perilaku seorang waria tidak dapat dijelaskan dengan deskripsi yang sederhana. Setiap manusia atau individu akan selalu berkembang, dari perkembangan tersebut individu akan mengalami perubahan-perubahan baik fisik maupun psikologis.

Salah satu aspek dalam diri manusia yang sangat penting adalah peran jenis kelamin. Setiap individu diharapkan dapat memahami peran sesuai dengan jenis kelaminnya.

Keberhasilan individu dalam pembentukan identitas jenis kelamin ditentukan oleh berhasil atau tidaknya individu tersebut dalam menerima dan memahami perilaku sesuai dengan peran jenis kelaminnya. Jika individu gagal dalam menerima dan memahami peran jenis kelaminnya maka individu tersebut akan mengalami konflik atau gangguan identitas jenis kelamin.

Mayoritas masyarakat memiliki pandangan miring soal waria, karena memang fenomena tersebut melanggar kodrat ketentuan dari yang maha kuasa. Anggapan tersebut memang benar, akan tetapi merupakan suatu hal yang sangat tidak bijak jika memandang negatif semua golongan waria.

Sebab, tidak semua pria yang memilih menjadi waria memang keinginan dari dalam dirinya sendiri, melainkan adanya ketidakseimbangan hormon dalam diri si pelaku atau yang biasa disebut sebagai transgender.

Sebagaimana yang penulis kutip dari redaksi kompasiana  yang menunjukkan hasil penelitian yag dilakukan oleh Davison, Neale, dan Kring dalam Elvina; bahwa individu yang tidak mampu memproduksi hormon yang berfungsi untuk membentuk penis dan skrotum pada masa pertumbuhan janin laki-laki akan lahir dengan penis dan skrotum yang sangat kecil dan menyerupai lipatan bibir.

Sebab, keadaan organ seksual tersebut, individu yang menunjukkan gejala seperti itu dibesarkan sebagai perempuan. Namun, ketika individu tersebut memasuki pubertas dan kadar testosteronnya meningkat, organ kelamin mereka berubah. Penis mereka membesar dan testikel mengecil menjadi skrotum. Sebagian dari mereka yang awalnya dibesarkan sebagai perempuan kemudian memiliki identitas gender laki-laki.

Untuk kasus seperti ini memang di luar kehendak manusia sendiri, karena penyebab dari perilaku penyimpangan memang bersumber dari gen atau hormon. Maka, ketika seorang bayi lahir di dunia orangtua tidak boleh langsung larut dalam kebahagian begitu saja. Serangkaian pemeriksaan lebih lanjut mengenai jenis kelamin dan seputar kesehatan reproduksi anak juga harus diperhatikan. Sebab,  fisik luar alat kelamin saja saja tidak cukup untuk menjadi tolak ukur jenis kelamin anak.

Adapun terhadap seorang laki-laki yang memiliki organ-organnya yang lengkap kemudian memiliki kecenderungan kepada sifat kewanitaan maka ini adalah perangai kejiwaan yang tidak memindahkannya kepada seorang wanita yang sebenarnya.

Namun terkadang, kecenderungan itu adalah hanya karena kemauan atau buatan sendiri melalui cara meniru-niru, maka hal yang seperti itu akan jatuh kedalam hadits Rasulullah saw yang melaknat orang yang memiliki jenis kelamin tertentu kemudian meniru-niru orang yang memiliki jenis kelamin lainnya.

Namun, jika kecenderungan tersebut merupakan suatu keterpaksaan (bukan dikarenakan pilihannya), maka terhadap orang tersebut dianjurkan untuk berobat semampunya karena terkadang pengobatan berjalan sukses tetapi adakalanya gagal, maka serahkanlah semuanya kepada kehendak Allah swt.

Akan tetapi, jika operasi yang dilakukan hanya sebatas untuk keinginan (kesenangan) merubahnya dan bukan karena adanya perubahan-perubahan fisik yang jelas lagi dominan maka hal itu tidak diperbolehkan.

Dan jika ia tetap melakukannya maka orang itu akan termasuk ke dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Anas berkata,”Rasulullah SAW melaknat orang laki-laki yang berperangai perempuan dan orang perempuan yang berperangai laki-laki.’ Dan berkata,’Keluarkan mereka dari rumah-rumah kalian.” Maka Nabi SAW pun mengeluarkan fulan begitu juga Umar mengeluarkan fulan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.