Perlu Kebijakan Pemerintah untuk Kelas Menengah di Tengah Wabah COVID-19

Budi Setiawan, Direktur Sosial Politik One Nation.
Sumber :
  • vstory

VIVA - Covid-19 adalah virus yang demokratis. Jadi dapat kita identifikasi bahwa ternyata Corona Virus atau Covid19 adalah virus yang demokratis. Dia tidak memandang kepada siapa dia hinggap. Dia tidak mengenal kasta sosial, gender, jabatan, sumber penghasilan dan klasifikasi sosial yang berlaku dalam tatanan masyarakat pada umumnya.

Idrus Marham: Fakta atau Omon-Omon?

Beberapa daftar tokoh yang terkena (positif) Corona, diantaranya ada Ratu belanda, istri PM kanada, menteri kesehatan inggris. Dari kalangan Artis internasional sebut saja ada tom hanks, olga kurylenko (bond girl) dan idris elba. Terakhir Rektor Harvard dan istrinya positif Corona

Di indonesia Covid19 juga sudah banyak memakan korban, dari berbagai kalangan dan profesi. Pejabat Publik yang telah dinyatakan positif corona: menteri perhubungan budi karya sumadi, ketua ppatk; anggota dprd dki, walikota bogor bima aria. Terakhir kita dengar kabar 2 pejabat tinggi kemenperin (meninggal), 1 pejabat tinggi kemenhub dan bupati karawang juga sudah dinyatakan positif.

Pembelajaran Berdiferensiasi dan Upaya Menumbuhkan Potensi Peserta Didik

Dari profesi profesional, para dokter yg menjadi backbone dalam penyembuhan virus corona ini telah banyak jadi korban. Para profesional di perbankan dan telekomunikasi juga tak terhindar dari virus ini. Bahkan orang tua, anak muda sampai balita ada yang sudah dinyatakan positif.

Virus Covid19 adalah virus paling demokratis karena dapat menyerang siapa saja yang pernah masuk dalam jejaring radar virus ini. Karena penyakit ini adalah virus demokratis, maka penanganannya harus setara, tidak boleh dibeda-bedakan. Namun pada kenyataannya penanganannya tercluster.

Terima Penghargaan karena Menangkan Capres 5 Kali Beruntun, Denny JA Beri Pesan Politik

Seperti kita ketahui bersama Presiden telah mengambil kebijakan memberlakukan penundaan cicilan dan penurunan bunga kredit bagi tukang ojek, supir taksi, nelayan, usaha mikro dan usaha kecil. Kebijakan ini tentu harus diapresiasi oleh semua pihak, dengan dilanjutkan pada sektor-sektor yang belum disebutkan dalam pidato presiden kemarin.

Seperti misalnya bis antar kota, dan maskapai penerbangan yang penghasilannya juga berkurang, belum lagi adanya opsi pelarangan mudik yang pasti berdampak besar bukan hanya bagi supir, kenek bis, pilot dan awak kabin, serta tentu juga pemilik.

Lalu bagaimana dengan nasib kelas pekerja formal baik di sektor pemerintah atau swasta, yang kemarin secara lechterleck tidak disebutkan oleh Presiden. Kebijakan penanganan tercluster ini seolah menafikkan kelompok-kelompok yang bukan tukang ojek, supir taksi dan nelayan adalah bagian sistemik korban penyakit pandemi Covid19 yang perlu juga mendapatkan obat imun di tengah wabah pandemi ini.

Penyakit ekonomi adalah salah satu efek dari pandemi ini, ada banyak penyakit lagi yang timbul dari pandemi ini. Misalnya penyakit panic buying. Kenapa panic buying terjadi di mall-mall seperti Kelapa Gading, Pantai Indah Kapuk, BSD, Karawaci tetapi tidak di tempat lainnya di Jabodetabek?

1. Yang bisa panic buying adalah mereka yang memiliki kemampuan (buying power).

2. Yang kebanyakan tinggal di tempat-tempat itu?

3. Yang tidak panik umumnya karena tidak memiliki uang buat belanja dan tidak memiliki syarat cukup untuk panik

4. Ini kenapa di sebagian besar wilayah komersil kantong urban dan kampung kota seperti pasar tradisional tidak ada panic buying.

5. Kelompok ini baru akan panik purchasing ke mall-mall bila Corona akhirnya menciptakan penjarahan dan kerusuhan dalam chaos and riot.

Penyakit lainnya lagi adalah penyakit masa bodoh, yaitu kelompok masyarakat yang hobi nongkrong meski sudah dilarang oleh pemerintah, orang tua dan orang terkasih, namun tetap nongkrong sampai harus dibubarkan oleh aparat keamanan. Adapula penyakit agamawan yang merasa imannya lebih kuat dari imunnya.

Jokowi sudah mengeluarkan kebijakan penundaan cicilan dan penurunan bunga kredit.

Jokowi sudah mengeluarkan kebijakan penundaan cicilan dan penurunan bunga kredit.

Ada juga penyakit pejabat yang suka ngomong sembarangan, yang masih saja bercanda dalam kondisi wabah, misalnya cukup minum tolak angin corona mental. Kelompok yang Menolak untuk diperiksa, bahkan ada yg marah-marah ketika mau dikarantina padahal sudah positif covid19. Kelompok ini adalah orang-orang elite yang hidupnya higenisyang di rumahnya memiliki ac anti debu dan bakteri, serta mobil mahal nan mewah, tapi akhirnya terpapar juga virus Corona.

Ada Penyakit yang lebih besar dari virus Corona yang laten (tersembunyi), yaitu penyakit manifest atau termanifestasi (mewujud). Wujudnya adalah membeli barang primer untuk pengobatan dan penyembuhan Corona yang dibutuhkan oleh tenaga medis, seperti masker, hand sanitaiser untuk kemudian dijual dengan harga yang fantastis secara online dimarketplace. Wujud lainnya lagi perusahaan startup dengan status unicorn dengan pola dan status kemitraan yang tidak memberikan back to back benefit kepada mitranya.

Viral ketika salah seorang mitra platform yang bergerak di bidang akomodasi complain kepada mitra di media sosial, ketika banyak sekali booking-an dibatalkan tetapi tidak ada tanggung jawab dari perusahaan untuk sekedar basa-basi apalagi memberikan stimulus di masa krisis ini. Salah satu complain kira-kira berbunyi seperti ini.

Platform Anda bisa besar karena customer Anda menyukai design dalam rumah kami, customer Anda menyukai jiwa yang kami hadirkan dalam tempat tinggal kami, kerajaan anda dibangun oleh kami yang melayani customer anda dengan baik seperti mereka bagian dari keluarga kami. Kerajaan anda dibangun dengan kopi, teh dan makanan yang kami suguhkan di pagi hari.

Tentu kita tidak ingin platform startup unicorn di indonesia memperlakukan mitra mereka seperti yang terjadi diatas. Yang lepas tangan atau mengalihkan beban dengan menyerahkan tanggung jawab tersebut kepada negara melalui kebijakan di masa krisis, dan memanfaatkan empati customer untuk mitra yang melayani mereka membeli makanan jarak dekat dan jarak jauh.

Ini waktu yang tepat untuk memberikan margin keuntungan perusahaan yang telah didapat di waktu dan tahun-tahun sebelumnya kepada mitra kerja, bukan hanya dalam bentuk penyuluhan social distancing dan standard kerja, tapi juga paket promo customer dan paket subsidi kepada mitra sekaligus menginisiasi program rapid test bagi mitra dan kelengkapan APD bagi mitra kerja.

Kelompok yang paling menderita adalah kelompok menengah yang berstatus profesional, semi pro yang sedang bertahan di zona papan tengah, maupun kelas menengah yang sedang berjuang naik menuju papan atas kemapanan hidup. Yang rela membanting tulang dengan bekerja 2-3 tempat untuk mencapai cita-cita. Inilah indonesian way masyarakat kita, untuk mengejar indonesian dream, dimana mereka percaya kelas pekerja level menengah memiliki peluang untuk mereka hidup lebih baik, lebih sejahtera dan lebih bahagia.

Mereka inilah kelompok yang memiliki urusan kredit dengan lembaga perbankan yang jumlah nominalnya tidak mungkin dijangkau oleh kelompok informal seperti tukang ojek maupun supir taksi. Mereka inilah orang-orang dan kelompok masyarakat yang setiap harinya bolak balik naik commuter line, mrt, mobil cicilan, untuk menggapai mimpi.

Mereka itulah orang-orang yang mengejar iuran kredit demi mempertahankan rumah yang mereka beli dengan cara kpr, untuk melindungi keluarga mereka, orang-orang terkasih yang eksisting dalam suka duka mengarungi kehidupan, saat negara acuh tak acuh. Dimana kebutuhan papan (rumah) lebih prioritas dibandingkan kendaraan bermotor. Masyarakat kita bukan takut lapar, mereka takut gagal bayar kredit rumah dan cicilan lainnya. mereka takut kehilangan tempat tinggal, kendaraan bermotor, dll.

Negara dibangun oleh kaum pekerja kelas menengah, sebagai pondasi sekaligus penggerak ekonomi, budaya dan sosial kemasyarakatan dalam kerangka NKRI. Negara tidak boleh abai dengan kelompok ini.

Jika sebelumnya kita mengenal kebijakan sunset policy di sektor pajak. Maka tidak salah dan sangat tepat jika kiranya pemerintah segera mengeluarkan kebijakan sunset policybagi para lembaga perbankan untuk memberikan perhatian lebih kepada pada kreditur kpr, kta dan aneka kredit yang terkait hal-hal primer.

Dengan menghapuskan denda keterlambatan pembayaran sampai pemotongan, penangguhan dan jika diperlukan penghapusan pembayaran dalam kurun waktu tanggap darurat wabah covid19. Jangan hanya menjual dollar dengan harga tinggi untuk meraup keuntungan diatas penderitaan kemanusiaan di tengah wabah pandemi ini.

Penting dan mendesak bagi pemerintah untuk memberikan paket stimulus selain BLT kepada kelompok yang belum di-cluster pemerintah. BLT bukanlah satu-satunya pilihanstimulus dalam masa krisis ini. Pemerintah perlu menyiapkan paket stimulan pasca wabah epidemik ini selesai.

Seandainya BLT, penangguhan cicilan (rumah, kendaraan bermotor, kta, dll) dianggap sebagai imun body agar individu tidak terjangkit virus. Maka paket stimulan berupa peluang kerja, pengerjaan project dan percepatan program serta pembangunan adalah vitamin dan makanan bergizi agar pasien (korban) cepat sembuh. (Penulis: Budi Setiawan, Direktur Sosial Politik One Nation, Political and Public Policy Consulting)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.