[Skenario] Dunia Pasca Coronavirus

Korban virus corona sedang mendapatkan perawatan.
Sumber :
  • vstory

VIVA – Coronavirus telah memberi bumi waktu istirahat. Alam mengambil waktu istirahat yang sangat dibutuhkannya, dan hanya satu virus yang berhasil memperlambat laju kemanusiaan. Covid-19 telah memaksa seluruh dunia dalam situasi karantina.

Idrus Marham: Fakta atau Omon-Omon?

Kota-kota yang tidak pernah tidur terisolasi, tanpa orang-orang di jalan atau pabrik yang bekerja, sesuatu yang mengesankan terjadi. Tingkat polusi turun, dan hewan liar mengambil alih jalanan kota.

Pada bulan Januari, Wuhan adalah kota pertama yang masuk ke karantina. Pihak berwenang menangguhkan transportasi umum dan menutup bisnis lokal. Hampir dua bulan kemudian kualitas udara meningkat sebesar 21,5%.

Pembelajaran Berdiferensiasi dan Upaya Menumbuhkan Potensi Peserta Didik

Tapi bukan hanya di Wuhan yang langitnya membiru, melainkan di seluruh China. Gambar Satelit dari NASA dan Badan Antariksa Eropa tidak bohong. Penurunan Nitrogen dioksida di atas Tiongkok sangat mencolok.

China bertanggung jawab atas 30% emisi CO2 dunia setiap tahun, dan terima kasih kepada Covid-19, emisi berkurang 25%. Pembatasan perjalanan udara juga membantu mengurangi emisi CO2, dan seluruh dunia melihat perubahan ini.

Terima Penghargaan karena Menangkan Capres 5 Kali Beruntun, Denny JA Beri Pesan Politik

Polusi udara di Barcelona dan Madrid telah berkurang 50%. Di Italia, kanal-kanal Venesia dipulihkan keindahannya. Mereka sepenuhnya bersih, karena ada lebih sedikit gondola yang beredar. Akibatnya, sedimen telah turun ke dasar, meninggalkan air jernih. Ikan kecil memanfaatkan itu, dan bebek berenang bebas di air mancur.

Di Indonesia Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menyatakan kualitas udara di wilayah Indonesia bagian barat, seperti Sumatra, Kalimantan, dan pulau Jawa jauh lebih bersih pada Maret 2020 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Mau tidak mau, suka tidak suka Coronavirus telah membuat bumi menjadi lebih bersih, lebih sehat. Bahwa sejatinya kehadiran coronavirus ini menunjukkan bahwa virus ini ingin kembali ke inang aslinya, kembali ke alam yang sehat, yang tidak tercemar. Aktivitas manusia yang melakukan pembangunan dengan membelah gunung dan lautan, mencemari udara, dsb, telah menyebabkan bumi dan/atau alam tidak seimbang.

Polusi telah menyebabkan kematian 7 juta orang dalam setahun, menurut WHO. Mengurangi itu bisa menyelamatkan banyak nyawa. Krisis ini adalah kesempatan bagi kita untuk memikirkan masalahnya, karena ketika semuanya berjalan normal, polusi akan terus menyebabkan kerusakan. Apakah Anda pikir setelah coronavirus kita akhirnya akan mengubah gaya hidup kita?

Kaum environtmentalis akan semakin dominan dalam memainkan isu bahwa memang klaim atau teori mereka benar. Greta thunberg akan semakin naik daun dengan isu climate change.

Itulah ke depan, energi akan mengambil alih pergerakan dunia. Energi bersih, energi terbarukan, energi yang tidak merusak alam. Ke depan sektor industri mau tidak mau akan mengalami pergeseran harus menggunakan lampu yg ramah lingkungan, energi listrik yg ramah lingkungan, energi kincir angin, air terjun dll. Saat ini mereka sedang menyiapkan langkah-langkah menuju dunia pasca coronavirus.

Pergeseran perilaku kerja juga akan terjadi. Selama masa corona virus, manusia dipaksa melambat. Selama masa WFH ada pelajaran penting, yaitu: mengapa harus hidup serba cepat dan menuruti tuntutan waktu jika kita bisa melambat sejenak serta menikmati apa yang ada? Perusahaan-perusahaan yang hendak leading akan membuat kerja yang lebih efektif dan efisen. (Penulis: Budi Setiawan, Direktur Sosial Politik One Nation, Political and Public Policy Consulting)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.