Begini Sifat Jujur dari Sang Pemuda

Sunset
Sumber :
  • vstory
Amicus Curiae Cuma Terakhir untuk Bentuk Opini dan Pengaruhi Hakim MK, Menurut Pengamat

VIVA – Di suatu daerah terda pat sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang yang sudah tua. Alih-alih sang raja sedang mencari penerusnya untuk memimpin kerajaan tersebut. Raja kali ini memutuskan memilih penerusnya tidak memilih salah satu asistennya atau anak-anaknya.

Dia memutuskan sesuatu yang berbeda. Sang raja membuat sebuah sandiwara. Sang raja mengundang para pemuda ke kerajaannya. Dia berkata, “Sudah waktunya saya turun dan memilih kaisar berikutnya, saya telah memutuskan untuk memilih salah satu dari Anda.”

Idrus Marham: Fakta atau Omon-Omon?

Anak-anak raja kaget! Tapi kaisar melanjutkan. “Saya akan memberi masing-masing benih untuk Anda hari ini, satu benih yang sangat istimewa, saya ingin Anda menanam benih, menyiramnya dan kembali ke sini satu tahun dari hari ini dengan apa yang telah Anda tanam dari benih yang satu ini. Saya akan menilai tanaman yang Anda bawa, dan yang saya pilih akan menjadi kaisar berikutnya! ”

Seorang anak laki-laki sebut saja si Fulan ada di sana pada hari itu dan dia, seperti yang lainnya, menerima benih. Dia pulang ke rumah dan dengan penuh semangat menceritakan hal tersebut kepada ibunya.

Pembelajaran Berdiferensiasi dan Upaya Menumbuhkan Potensi Peserta Didik

Ibunya membantunya mendapatkan pot dan menanamnya, dan dia menanam benih itu dan menyiramnya dengan hati-hati. Setiap hari si Fulan menyiraminya dan melihat apakah sudah tumbuh. Setelah sekitar tiga minggu, beberapa pemuda lainnya mulai berbicara tentang benih mereka dan tanaman mereka yang mulai tumbuh.

Si Fulan terus memeriksa benihnya, tapi tidak ada yang tumbuh. Tiga minggu, 4 minggu, 5 minggu berlalu. Tetap tidak ada. Saat ini, yang lain sedang membicarakan tanaman mereka tapi si Fulan tidak memiliki tanaman, dan dia merasa gagal. Enam bulan berlalu-masih saja benih itu tidak tumbuh. Dia hanya tahu dia telah gagal dalam menanam benih tersebut.

Semua orang memiliki pohon dan tanaman tinggi, tapi dia tidak punya apa-apa. Si Fulan tidak mengatakan apapun pada teman-temannya. Ia terus saja menunggu benihnya tumbuh.

Setahun akhirnya berlalu dan semua pemuda kerajaan membawa tanaman mereka ke kaisar untuk diperiksa. Si Fulan mengatakan kepada ibunya bahwa dia akan tetap membawa pot tersebut. Dan jujur tentang apa yang terjadi, si Fulan merasa hatinya sakit, tapi dia tahu ibunya benar.

Dia membawa pot kosongnya ke istana. Saat si Fulan tiba, dia kagum dengan beragam tanaman yang ditanam oleh pemuda lainnya. Tumbuhan mereka cantik- cantik dalam segala bentuk dan ukuran. Si Fulan meletakkan pot kosongnya di lantai dan banyak pemuda lainnya menertawakannya. Tapi beberapa merasa kasihan padanya dan hanya berkata, “Hai masih ada kesempatan.”

Saat kaisar tiba, dia mengamati ruangan dan menyapa para pemuda yang telah hadir. Si Fulan hanya mencoba bersembunyi di belakang. “Tanaman, pohon dan bunga apa yang telah anda tanam?” kata sang kaisar. “Hari ini, salah satu dari Anda akan ditunjuk sebagai kaisar berikutnya!”

 Tiba-tiba, kaisar melihat si Fulan di bagian belakang ruangan dengan potnya yang kosong. Dia memerintahkan pengawalnya untuk membawanya ke depan. Fulan sangat ketakutan. “Kaisar tahu aku gagal! Mungkin dia akan membunuhku!” Ucap si Fulan dalam hatinya

 Saat si Fulan sampai di depan, Kaisar menanyakan namanya. “Namaku Fulan,” jawabnya. Semua anak tertawa dan mengolok-oloknya. Kaisar meminta semua orang untuk diam. Dia melihat Fulan, dan kemudian mengumumkan kepada orang banyak, “Lihatlah kaisar baru Anda! Namanya Fulan!” Fulan tidak bisa mempercayainya. Fulan bahkan tidak bisa menumbuhkan benihnya. Bagaimana dia bisa menjadi kaisar baru?

Kemudian kaisar berkata, “Satu tahun yang lalu, saya memberi semua orang benih di sini, saya sudah menyuruh Anda untuk mengambil benih itu, menanamnya, menyiramnya, dan membawanya kembali kepada saya hari ini, tapi saya memberi Anda semua benih rebus yang tidak tumbuh, kalian semua, kecuali Fulan, telah membawa saya pohon dan tanaman dan bunga.                                

 Nabi mengajarkan dalam sabdanya, “Sesungguhnya sifat jujur mengarah pada kebenaran, dan kebenaran mengarah ke surga. Dan seseorang terus mengatakan yang sebenarnya sampai dia menjadi orang yang jujur. Kebohongan mengarah ke Al-Fajur (yaitu kejahatan, perbuatan jahat), dan Al-Fajur (kejahatan) menghantarkan pada neraka (neraka), dan seorang pria mungkin terus berbohong sampai dia tertulis di hadapan Allah sebagai pembohong. ”

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.