-
VIVA – Siang itu, seperti biasa satu jam sebelum salat Jum’at dimulai, para Satgas Covid-19 di mana saya tinggal dan menjadi Humasnya, bersiap melakukan tugasnya.
Ada yang menyiapkan tempat cuci tangan berikut sabun cairnya. Ada pula yang memeriksa alat pendeteksi suhu tubuh digital. Belum lagi yang nantinya mendisiplinkan jaga jarak jama’ah salat Jum’at saat pengecekan suhu tubuh.
Pendeknya setiap anggota Satgas mempunyai peran masing-masing. Kesibukan yang akhirnya menjadi kenormalan dan kebiasaan rutin setiap Jum’at tersebut sudah praktis dijalankan tanpa harus diingatkan kembali bagi Satgas Covid-19.
Pemandangan ini menjadi hal yang hampir kita temukan di setiap pelaksanaan salat Jumat di masjid-masjid di setiap wilayah di Indonesia.
Aksesoris wajib para Satgas juga sudah terpasang rapih di tubuh masing-masing, seperti masker, sarung tangan, rompi Satgas Covid-19 membalut tubuh tegap mereka sebagai identitas diri.
Terlihat berwibawa memang, bukti mereka siap bertugas pada Jum’at itu. Juga Jum’at-Jum’at sebelum dan Jum’at pekan depan. Tak terasa, suara lantunan kalam ilahi perlahan mulai terdengar. Para Satgas pun bersiap pada posisinya.
Satu demi satu, jemaah salat Jum’at mulai berdatangan. Cek masker dan suhu berjalan lancar. Tak lama Khotib yang bertugas tampak dari kejauhan mendekati masjid. Sang Khatib tak sendiri, ia ditemani seorang pemuda, entah itu asistennya atau muridnya, saya belum dapat memastikan. Lalu ia pun masuk menuju gerbang masjid dan memarkirkan kendaraannya.
Saya siap menyambutnya. Oya, selain sebagai Humas Satgas Covid-19 RW, saya pun diamanahi Ketua Bidang Dakwah dan Peribadatan masjid. Namun sebelum sang Imam masuk masjid, ia harus melewati para Satgas Covid-19. Nah, di sini masalahnya. Ia tidak memakai masker. Begitu pula pemuda yang mengiringinya.
Anggota Satgas saling berpandangan satu sama lain. Tak lama, salah seorang di antara mereka menghampiri saya. “Pak, Imam tidak pakai masker, gimana pak?,” tanyanya.
“Ya udah tanyain kalau begitu,” jawab saya. “Sungkan pak, sama Ustadz,” tuturnya. “Yaa tetap harus ditanyakan bawa masker tidak?”. “Jika memang tidak bawa atau lupa, baru dikasih masker yang sudah kita siapkan,” tegas saya. “Siap!”. Ia pun kembali ke posisi semula.
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.