Standar Kemiskinan di Indonesia Rendah? Ini Jelasnya

- vstory
Itulah standar kemiskinan yang dijadikan dasar di Indonesia. Tentu saja selalu berubah. Setiap tahun selalu mengalami kenaikan yang sangat dipengaruhi oleh angka inflasi. Itu adalah angka rata-rata, setiap daerah memiliki GK masing-masing. Misalnya saja DKI Jakarta yang mencapai Rp3,3 juta per bulan per rumah tangga sedangkan Sulawesi Barat hanya mencapai Rp1,7 juta per bulan per rumah tangga.
Untuk membandingkan dengan kemiskinan di dunia yang menggunakan konsep konsumsi per orang atau pendapatan per orang per hari, maka dihitunglah GK rata-rata Indonesia yang mencapai Rp15.298 per orang. Nilai inilah yang mendapat kritikan di awal cerita saya di atas. Dianggap bahwa standar itu sangat jauh dari standar Bank Dunia sebesar USD 2 per kapita per hari.
Kritikan itu tentu saja keliru karena standar yang digunakan Bank Dunia hanya USD 1,9 per kapita perhari itu pun berdasarkan “purchasing power parity” (PPP, paritas daya beli). Paritas daya beli tentu sangat jauh berbeda dibanding nilai tukar rupiah dengan dolar Amerika Serikat. Paritas daya beli ditentukan dengan membandingkan harga untuk membeli satu bundel barang dan jasa di masing-masing negara. Harganya tentu berbeda-beda meskipun dengan komposisi barang dan jasa dalam satu bundel sama.
Mari kita bandingkan nilai tersebut yang katanya standar kemiskinan jauh lebih rendah. Apa benar demikian?
Paritas daya beli di Indonesia sebesar 0,34 pada tahun 2020 terhadap dolar Amerika Serikat. Hal ini berarti bahwa jika di Amerika harus mengeluarkan sebesar USD 1,9 per kapita per hari untuk membeli satu bundel kebutuhan barang dan jasa maka di Indonesia hanya mengeluarkan sebesar 0,34 dari USD 1,9 tersebut. Nilainya hanya mencapai Rp9.407 (kurs dolar per 1 September 2020 Rp14.563 per dolar AS).
Sekarang bisa dibandingkan mana yang lebih besar kan yah? Tentu GK Indonesia saat ini jauh lebih besar dibanding standar Bank Dunia. Rp15.298 per kapita per hari dibanding Rp9.407 per kapita per hari. Jika standar Bank Dunia tersebut yang digunakan maka akan semakin sedikit orang miskin di Indonesia.
Perlu juga diketahui bahwa standar yang digunakan di Indonesia ini sudah dipakai sejak tahun 1984 dengan berbagai penyesuaian-penyesuain. Standar ini sudah diakui oleh akademisi, Forum Masyarakat Statistik, serta dunia pun telah menggunakan sumber data tersebut.