Jack Ma Menandai Berakhirnya Zaman Keemasan China Tech

Pendiri Alibaba, Jack Ma (Foto/Antara)
Sumber :
  • vstory

VIVA - Implikasi penuh dari tindakan cepat Beijing terhadap kerajaan internet Jack Ma dalam beberapa hari terakhir tidak akan terlihat selama berminggu-minggu, tetapi satu pelajaran sudah jelas: Hari-hari kejayaan bagi raksasa teknologi China sudah berakhir.

Idrus Marham: Fakta atau Omon-Omon?

Pemerintah negara itu menanamkan otoritasnya secara tidak terhapuskan pada industri teknologi negara dalam rentang beberapa hari. Dalam pengumuman penting, itu memberikan denda $ 2,8 miliar pada Alibaba Group Holding Ltd. karena menyalahgunakan dominasi pasarnya, kemudian memerintahkan perombakan Ant Group Co.

Pada hari Selasa, regulator memanggil 34 perusahaan terbesar di negara itu dari Tencent Holdings Ltd. ke TikTok pemilik ByteDance Ltd., memperingatkan mereka "garis merah hukum tidak dapat disentuh."

Pembelajaran Berdiferensiasi dan Upaya Menumbuhkan Potensi Peserta Didik

Pesan tak terucapkan kepada Ma dan pengikutnya adalah dekade ekspansi tak terkekang yang menciptakan penantang bagi Facebook Inc. dan Google pun berakhir. 

Lewatlah sudah hari-hari ketika raksasa seperti Alibaba, Ant atau Tencent dapat menggulung pemain lama dalam bisnis yang berdekatan dengan kekuatan finansial dan data menimbun yang superior.

Terima Penghargaan karena Menangkan Capres 5 Kali Beruntun, Denny JA Beri Pesan Politik

Pada Prinsipnya ekonomi kapitalis adalah buble (balon)

Prinsipnya dasar kapitalis adalah Kebebasan berkembang. Namun pada saat itu dihentikan ya seperti Lokomotif ekor nya tidak bisa maju.

Akibat dari Jack Ma Sekonyong konyong didenda Rp40 triliun sebuah jumlah yang sangat fantastis bagi sebuah perusahaan, dan apalagi langkah Ant holding dijegal, dan dipanggilnya 34 perusahaan raksasa oleh Beijing memberi efek jera kepada para konglomerat.

Ini persis yang terjadi di Thailand, gara gara ganti kudeta banyak pengusaha dinasionalisasi.

Istilahnya China denda Rp 40triliun, tapi sinyal yang diterima oleh calon konglomerat ya dinasionalisasi.

Sekarang, misalnya banyak konglomerat China seperti tiktok besar bukan dari China, bayangkan bila perusahaan sudah go international didenda partai.

Seolah-olah para konglomerat papan atas didenda BLBI. Apa yang terjadi, langsung mereka kabur lagi.

Persis permainan yang usai, mereka pun ciut dan berpikir ulang mendistribusi kekayaannya supaya tidak berujung fatal. Mempersiapkan diri untuk capital flight.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.