Penerapan Manajemen Kualitas Terpadu pada Wajah Baru Pariwisata

Candi Borobudur
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar yang wilayahnya terbentang dari Sabang sampai Merauke. Dari wilayah yang begitu luas, Indonesia juga memiliki beragam suku, budaya serta bentang alam yang berbeda dan menjadi daya tarik wisata bagi masyarakat lokal maupun mancanegara.

Wajib Halal Oktober 2024, BPJPH Yakin Dorong Pengembangan Pariwisata Ramah Muslim di RI

Dengan demikian, tidak mengherankan apabila pariwisata mampu menjadi salah satu penyumbang terbesar devisa negara. Sektor pariwisata ini dikelola oleh pelaku wisata dan pemerintah daerah setempat di bawah naungan Kemeterian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Namun saat ini di tengah situasi pandemi covid-19 pariwisata juga menjadi sektor yang paling terdampak. Dengan diberlakukannya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), aktivitas pariwisata menjadi turun drastis.

Harga Tiket Pesawat Domestik Bikin Masyarakat Menjerit, Sandiaga Uno: Itu Kelas Bisnis!

Orang-orang diimbau untuk beraktivitas dari rumah, baik bekerja, sekolah, ibadah dan dikampanyekan pula untuk tidak bepergian kecuali dalam situasi mendesak. Hal ini dilakukan dalam upaya menekan angka penularan Covid-19. Dengan adanya hal tersebut tentu menjadi sebuah dilema besar bagi sektor pariwisata.

Berbeda dengan bidang lain seperti pendidikan yang mulai bisa beradaptasi dengan kemajuan teknologi, pariwisata memiliki kendala yang sangat ketara. Jika dibandingkan, pendidikan saat ini dapat dengan mudah diakses melalui gawai sehingga memungkinkan kegiatan belajar mengajar dialihkan secara daring.

Labuan Bajo Siap Sambut Wisatawan! Temukan Peluang Baru di Webinar Outlook Kepariwisataan NTT

Sementara sektor pariwisata memerlukan kedatangan dan kehadiran langsung dari para wisatawan sebab kita tidak bisa "memindahkan" sensasi liburan atau objek wisata itu sendiri dengan media online sekalipun.

Wisatawan juga cenderung skeptis dan takut untuk bepergian mengingat Satgas Covid-19 dalam beberapa kesempatan menyatakan bahwa momen liburan menjadi salah satu pemicu utama penyebaran Covid-19.

Apabila paradigma tersebut tidak diatasi, maka sektor pariwisata dapat terjun bebas dan ini akan berdampak pada menurunnya pendapatan negara. Diperlukan adanya adaptasi dan inovasi agar dapat menghidupkan kembali sektor pariwisata di Indonesia, salah satunya adalah dengan menerapkan Manajeman Mutu Terpadu (TQM) dalam pengelolaannya.

Manajemen Mutu Terpadu sendiri merupakan sebuah konsep yang meliputi usaha meningkatkan mutu secara terus menerus pada semua tingkatan manajemen dan seluruh struktur yang terdapat dalam organisasi (Harianto, 2005).

Dengan penerapan prinsip tersebut, dapat menjadi momentum bagi kebangkitan sektor pariwisata agar mampu mengakomodasi segala kebutuhan wisatawan dan menjawab keresahan-keresahan seputar berwisata di era pandemi. Pihak-pihak terkait harus mampu melihat dan memetakan wajah baru bagi pariwisata ke depan.

Tidak hanya itu, pelaku wisata perlu untuk meyakinkan dan memuaskan wisatawan selama berkunjung dengan mempertimbangkan aspek kesehatan agar tidak memberi dampak negatif dengan memunculkan kluster-kluster baru. Alam yang indah, kuliner yang nikmat, dan event yang unik tidak lagi cukup untuk menarik wisatawan, tetapi juga harus nyaman, aman dan memperhatikan faktor kesehatan.

Implementasi dari prinsip Manajemen Mutu Terpadu dapat kita lihat dengan diberlakukannya kebijakan standarisasi CHSE yang dikeluarkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berupa penerapan protokol kekesehatan yang rbasis pada Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment Sustainability (Kelestarian Lingkungan). Standarisasi ini diadopsi dari protokol kesehatan dari Kemenkes yang sudah diuji secara ilmiah dan dimodifikasi agar dunia wisata memperhatikan kebersihan, keamanan dan pencegahan risiko penularan Covid-19.

Kemenparekraf memberlakukan sertifikasi CHSE kepada Usaha Pariwisata, Destinasi Pariwisata, dan Produk Pariwisata lainnya untuk memberikan jaminan kepada wisatawan terhadap pelaksanaan Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan, dan Kelestarian Lingkungan melalui beberapa tahap.

Kerja sama yang baik antara kementrian terkait, pemerintah daerah setempat dan pelaku wisata sangat diperlukan guna memberi rasa percaya bagi wisatawan untuk kembali berkunjung ke destinasi wisata dengan menggunakan protokol kesehatan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.