Saatnya Kita Bangun Komunitas Energi

Ilustrasi energi.
Sumber :
  • vstory

VIVA – Target bauran energi primer nasional telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional. Pencapaian tahun 2020 bauran energi primer nasional pada energi baru terbarukan atau EBT sebesar 11,2% (Esdm.go.id). Sedangkan tahun 2025 ditetapkan sebesar 23%.

Ada beberapa upaya dalam mencapai hal itu, di antaranya percepatan pengembangan EBT dengan program B30 dan konversi secara bertahap energi primer yang bersumber dari fosil ke sumber non fosil. Selain itu, dalam upaya mendorong pemenuhan akses energi, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif meluncurkan secara resmi program Patriot Energi.

Dilansir Esdm.go.id, tujuan Patriot Energi adalah mendorong generasi muda terlibat aktif mendampingi, mengembangkan, dan membangun pembangkit energi baru terbarukan (EBT). Sekaligus mengelola pembangkit EBT dengan memanfaatkan potensi energi lokal.

Program Patriot Energi sudah pernah ada pada tahun 2015-2016. Mereka diterjunkan di 160 desa, 18 Provinsi dengan rentang waktu selama 5 bulan hingga 12 bulan. Lokasinya pun beragam, mulai dari Kepulauan Mentawai hingga Papua.

Bangun Energi Bersih

Sejalan dengan hal itu, ada sosok Tri Mumpuni yang membangun desa terpencil dengan mengaliri listrik melalui Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro. Dilansir Dw.com, ia berpendapat desa banyak ditinggal pemudanya karena pembangunannya tidak dilakukan dengan benar. Tri memberikan solusinya dengan desa mandiri energi yang melibatkan para warganya.

Melalui Tri kita belajar bagaimana memanfaatkan sumber daya alam di pedesaan yang melimpah. Menguatkan potensi energi lokal setempat, dengan kearifan budaya yang terus dipertahankan. Sekaligus memberikan penerangan bagi warga desa setempat.

Pada webinar Sinergi Energi dan Perubahan Iklim (30/6/2021) yang diadakan Pojok Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Tri mendorong para pihak untuk membantu rakyat dalam penggunaan energi bersih dan kemudahan aksesnya. Sehingga distribusi listrik yang mudah dapat dijalankan, sekaligus mengurangi tingkat kemiskinan (Den.go.id).

PLN Siapkan Kesiapan dan Keandalan Listrik untuk Lebaran 1445 H

Penguatan Literasi tentang Energi

Menurut Sugeng Winarno (2017) dari Universitas Muhammadiyah Malang rendahnya tingkat literasi disebabkan banyak faktor seperti tingkat latar belakang pendidikan dan pengetahuan bagaimana media memproduksi berita. Selain itu, juga faktor pekerjaan dan usia.

Menteri ESDM Sebut Subsidi BBM Berpotensi Membengkak, Ini Penyebabnya

Hal ini tentunya, mengakibatkan pemahaman seseorang atas pemberitaan yang beredar di media “ditelan” begitu saja. Padahal di balik itu, perlu juga kita melihat sisi lainnya. Munculnya hoax tentang banyak hal seperti energi, menyebabkan kemunduran dalam komunikasi kebijakan khususnya pengetahuan masyarakat tentang energi.

Dengan kroscek pemberitaan di media arus utama dan instansi pemerintah (jika terkait instansi). Selain itu, sudah banyak panduan untuk melihat kebenaran atau klarifikasi melalui hoax buster (Covid19.go.id), laporan isu hoaks (Kominfo.go.id), lapor hoax (Turnbackhoax.id), dan cek fakta (Tempo.co). Ini dapat digunakan oleh masyarakat, selain konfirmasi langsung atau tabayyun.

PM Kishida Sampaikan ke Prabowo Jepang Akan Berkontribusi di Infrastruktur dan Energi di Indonesia

Komunitas Energi Optimisme

Hampir 76 tahun negara ini merdeka namun masih saudara kita yang belum menikmati listrik. Maka anak muda yang ikut Patriot Energi dapat berperan untuk menebar asa di seluruh pelosok nusantara. Memberikan penerangan -literally- kepada masayarakat yang membutuhkan.

Lebih dari itu, mereka juga sangat dapat memberikan pencerahan pada literasi yang faktual dan memberikan kebenaran informasi kepada warga. Anak-anak muda yang memiliki semangat untuk membangun bangsa melalui jiwa patriot selalu diharapkan untuk terus ada dan berkembang.

Mereka membangun komunitas lokal, untuk memahami penggunaan pembangkit listrik EBT di desanya. Mengetahui bahwa “ini” hoaks, yang betul “itu”. Agar mereka mandiri energi, juga paham informasi energi. Dengan itu, anak-anak desa dapat belajar dengan lebih baik, lebih lama, dan harapannya tentu meraih cita-cita yang gemilang.

Tentunya, hal ini perlu terus didorong dan didukung oleh semua pihak. Pertama, sebagai pemuda harus ikut aktif memberikan kontribusi pada negara, turun ke desa-desa. Pemuda dapat memberikan sumbangsih pada saudaranya di pedalaman. Sehinga, dengan ini dapat memberikan penerangan baik listrik, mapun informasi kepada warga.

Pemerintah tentunya memberikan program yang mendorong pemuda untuk ikut aktif ke desa-desa. Aturan yang dapat memberikan fasilitas kepada pemuda -seperti Patriot Energi ini- untuk turun langsung ke “lapangan”. Sehingga, pemuda dapat merasakan dan memberikan solusi kepada warga desa.

Warga desa memberikan kehangatan akan kehadiran pemuda di desanya. Siap untuk “dibangunkan” dengan komunitas energi yang optimis bahwa desanya akan maju. Sehingga, pemuda di desanya bertahan untuk memajukan desanya sendiri.

Media memberikan informasi yang benar dan berimbang. Informasi yang menentukan hajat hidup orang-orang yang tinggal di desa. Memberitakan bahwa desa mulai terang dan akan maju. Sehingga, tone positif bersinar dari media-media dan hoaks terkikis, tak laku, dan sirna.

Pada sisi dunia industri dapat memberikan tanggung jawab kepada desa dengan proporsi yang sesuai peraturan perundangan. Mendukung penuh pemuda yang turun ke desa, dan desa yang didatangi pemuda. Sehingga, saling match, tidak ada lagi kisah pertentangan industri dan warga. Maka saling harmoni dalam kebersamaan. 

Tentunya, dengan ini, harapan kita pemuda mengabdi pada negeri, semua desa-desa terlistriki, dan dapat mengejar target bauran energi nasional EBT pada tahun 2025.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.