COVID-19 dan Social Capital

Ilustrasi Covid019 dan teori modal social (Wasthu Adji)
Sumber :
  • vstory

VIVA – Pada saat ini, dunia sedang menghadapi masalah besar. Berawal dari munculnya suatu wabah penyakit yang disebabkan oleh virus, yaitu virus corona yang akrab disebut Covid 19, hampir semua aspek kehidupan mengalami perubahan-perubahan yang semakin hari semakin mengkhawatirkan, mendebarkan seluruh isi dunia. 

PM Singapura Lee Hsien Loong Mundur dari Jabatan, Ini Sosok Penggantinya

Perekonomian memburuk, aktivitas terbatas, interaksi antar sosial menurun, dan banyaknya pasien yang setiap harinya melonjak tinggi, untuk mengatasi hal ini pemerintah pun mengeluarkan kebijakan-kebijakan, berharap pandemi ini cepat usai dan mampu ber aktivitas secara normal.

SOCIAL CAPITAL

Salat Id di Masjid Agung Al-Azhar, JK Ngaku Senang Lebaran Kali Ini Ramai

Saking banyaknya pasien yang terpapar Covid-19, rumah sakit penuh, minimnya tabung oksigen, dan harus melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing, tidak semua orang menerima pasien yang sedang isoman, banyak sekali kejadian perilaku yang tidak patut dilakakukan seperti dikucilkan, diusir oleh warga setempat.

Tapi masih banyak orang di luar sana mau menerima dan membantu memfasilitasi. Saya sendiri salah satu pasien Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri, saya bersyukur dikelilingi orang baik, banyak warga yang memberi saya semangat, dan menerima saya.

Idrus Marham: Fakta atau Omon-Omon?

1 bulan saya berjuang melawan Covid-19 dibantu mereka-mereka yang selalu memberi saya sebuah peluang untuk sembuh.

Sikap saling percaya diperlukan untuk mengatasi bencana corona. Saling percaya diperlukan baik antar masyarakat maupun dengan pengambil kebijakan. Masyarakat harus percaya dengan skema kebijakan penanggulangan bencana corona pemerintah, dengan tetap berpikir kritis.

Percaya ketika diminta untuk tetap di rumah, bekerja di rumah, meniadakan kegiatan ramai, tidak berkerumun, dan sebagainya untuk mencegah penyebaran virus secara masif.

Tanpa kepercayaan publik, upaya pemerintah mengatasi bencana corona akan sia-sia. Begitu juga sebaliknya, pemerintah mesti percaya bahwa masyarakat juga tidak tinggal diam.

Masyarakat ikut membantu, baik sekadar mengikuti anjuran pemerintah, maupun membantu mengatasi kekurangan perlengkapan dan kebutuhan yang belum mampu dicukupi pemerintah. Misalnya kebutuhan tenaga medis, masker, hand sanitizer, bahan makanan, dan lainnya.

Pemerintah seharusnya menjaga kepercayaan ini dengan mengoptimalkan upaya penanggulangan bencana corona. Mengutamakan kepentingan publik dibanding kepentingan segelintir elite.

Kepercayaan akan menumbuhkan solidaritas, baik individu maupun kolektif. Solidaritas merupakan energi sosial untuk menghadapi bencana corona. Solidaritas antar warga dapat membangun kekuatan di tingkat masyarakat dan bersatu dalam solidaritas nasional. (Penulis: Wasthu Adji, Mahasiswa Universitas Siber Asia)

 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.