Haruskah Anak Merindukan Sekolah?

Siswa Kembali Sekolah
Sumber :
  • vstory

VIVA – Secara bertahap, pembelajaran tatap muka mulai dilakukan di beberapa wilayah di Indonesia. Pada Bulan Juli lalu, tepatnya pada tahun ajaran baru, pembelajaran tatap muka dimulai. Pemberitaan ini nampaknya menjadi kabar segar bagi kebanyakan orang.

Idrus Marham: Fakta atau Omon-Omon?

Pasalnya, kegiatan belajar mengajar secara daring sudah dijalani selama beberapa bulan lamanya. Namun di lain sisi, hal ini juga menimbulkan rasa khawatir bagi sebagian orang.

Mengingat, pembelajaran tatap muka akan dilakukan bersamaan dengan PPKM Darurat. Bahwa tak sedikit masalah yang muncul di saat pembelajaran daring. Bahkan ada pakar yang menyatakan bahwa kondisi belajar daring dapat berpotensi menimbulkan terjadinya education death (republika.id,20/12/2020).

Pembelajaran Berdiferensiasi dan Upaya Menumbuhkan Potensi Peserta Didik

Belum lagi daya tangkap siswa tentang materi yang diberikan oleh guru yang bisa dikatakan kurang maksimal. Kegiatan belajar mengajar secara offline saja terkadang masih kurang cukup, apalagi ketika dilakukan secara daring. Bangsa ini meliliki visi besar, yakni  melahirkan insan yang berbudi luhur, cerdas, dan berakhlak mulia (Adi Santoso:2021).

Dan Covid-19 memang tidak bisa kita hindari, semua pihak dipaksa berpikir untuk menghadapi ini. Termasuk dalam mengembangkan sektor pendidikan. Kita masih tetap bisa beraktivitas, bekerja, belajar, namun dengan cara yang berbeda.

Terima Penghargaan karena Menangkan Capres 5 Kali Beruntun, Denny JA Beri Pesan Politik

Memasuki era daring ini, para siswa melakukan kegiatan belajar dari rumah. Pengawasan orang tua begitu diperlukan disini. Sebagai contoh, rentannya peserta didik menyalahgunakan gadget untuk hal yang tidak diinginkan.

Oleh karenanya, orangtua memiliki kewajiban tambahan selain mengurus pekerjaan rumah. Ini merupakan momen untuk membangun mental anak, salah satunya dalam hal disiplin. Bahwa tak semua siswa bisa cepat beradaptasi dan berdisiplin dalam pembelajaran daring.

Kembali ke Sekolah

Melihat kelebihan dan kekurangannya masing-masing, kegiatan belajar mengajar akan lebih mengena jika dilakukan secara tatap muka. Hal ini selaras dengan apa yang dikatakan Agustinus Subarsono. Ia menyatakan bahwa pembelajaran daring harus dengan persiapan yang matang.

Seorang guru dan murid yang bertemu langsung akan lebih interaktif. Nah, untuk mewujudkan suasana belajar yang nyaman, mestinya dibuat kelas. Penulis berpendapat demikian, bukan juga bermaksud mengesampingkan teknologi. 

Masyarakat, dengan euforianya dalam menyambut pembelajaran tatap muka tentu adalah wajar. Namun, yang perlu diingat bahwa dengan adanya tatap muka, tidak menjadikan senang yang berlebihan. Covid-19 masih belum diketahui kapan berakhirnya. Belajar tatap muka juga masih dalam masa uji coba, jadi, masih banyak yang harus diperbaiki.

Sekolah harus benar-benar siap untuk melakukan pembelajaran tatap muka. Ingatlah bahwa kita menghadapi era seperti saat ini, ranah pendidikan tetap diperbaiki, dan itu menjadi tugas kita bersama. Ikhtiar dan doa dimaksimalkan, anjuran untuk mematuhi protokol kesehatan harus selalu ditaati. Bukan masalah dianggap lemah atau kuat, namun karena ikhtiar merupakan jalan untuk memutus rantai penyebaran virus, maka perlu dilakukan.

Membiasakan disiplin

Disiplin merupakan salah satu kunci kesuksesan. Seseorang akan berhasil ketika menjadikan kedisiplinan sebagai prinsip hidup. Tanpa disiplin, maka hidup tidak terarah. Dalam pembelajaran misalnya, bahwa tidak semua orang bisa maksimal dengan pembelajaran daring. Orang yang tidak biasa berdisiplin, tentu akan kesulitan. Belum lagi ketika timbul kemalasan, berubah mental dan lain sebagainya, menjadikan anak sulit berkembang.

Begitupun dengan pandemi Covid-19 ini. Sudah hampir dua tahun lamanya melanda negeri. Dan kasusnya termasuk yang tertinggi. Tercatat, per-tanggal 17 September 2021, positif sebanyak 4.185.144 sementara korban meninggal sebanyak 140.138 (covid19.go.id).

Melihat hal tersebut, tentu membuat kita merasa  prihatin. Namun apakah kita hanya berpangku tangan? bermalas-malasan? Tentu tidak. Harus ada upaya yang kita lakukan. Minimal dengan melaksanan 3M dengan baik. Dan yang tak kalah penting adalah berdoa, sebab segalanya atas kehendak Tuhan.

Realita yang terjadi sampai saat ini masih ada saja orang yang tidak mematuhi, tidak mau diatur, dan menganggap corona tidak ada. Padahal, telah banyak korban yang berguguran setiap harinya. Orang-orang terdekat, kerabat, pejabat, ulama menjadi korban. Karena virus ini tidak memandang siapapun. Lantas, sampai kapan kita enggan mematuhi prokes guna memutus rantai penyebaran Covid-19?

Akhir-akhir ini vaksinasi ramai. Bahkan vaksinasi menjadi syarat untuk masuk di beberapa tempat umum yakni dengan menunjukkan kartu vaksin. Wajib vaksin pun juga berlaku di sekolah. Karena, merupakan tugas sekolah yaitu memastikan bahwa siswa tidak tertular virus.

Maka, pengawasan dan penerapan disiplin ketat dibutuhkan di awal tahap uji coba tatap muka kembali. Muncullah pertanyaan tentang “kenapa uji coba?” Bukankah sekolah sudah menjadi suatu hal yang diprioritaskan bagi siswa? Seluruh elemen pendidikan, baik itu guru, murid, sekolah, merupakan sarana untuk mengantarkan pendidikan Indonesia menjadi lebih maju.

Maka dari itu, segala kegiatan yang berlangsung di sekolah ialah untuk mendidik dan melahirkan generasi unggul guna melanjutkan perjuangan bangsa melalui pendidikan. (Muhammad Ikhsan Hidayat, Peneliti di PonPes Dar al-Qolam Semarang)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.