Membedah Artikel Moderasi Beragama Tembus FeLSI

Maharsyalfath (18) siswa MAN 1 Jombang, Jawa Timur, lolos 25 karya terbaik nasional Festival Literasi Siswa Indonesia (FeLSI) 2021 - Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas), Kemendikbud Ristek RI. (dok. pribadi).
Sumber :
  • vstory

VIVA – Saya terkesan salah satu juri FeLSI 2021, Didi Kaspi Kasim dari National Geographic Indonesia. Di akhir presentasinya di sesi coaching clinic, ia berpesan.

Kemenag Akan Tingkatkan Kapasitas 22 Ribu Imam Masjid di 2024

"Permulaan yang sulit akan menghasilkan akhir yang baik", pesan Didi Kasim memberikan motivasi kepada para finalis.

Pengalaman luar biasa menggelitik pikiran saya untuk berbagi cerita tentang lomba menulis artikel. Ini merupakan kali pertama saya mengikuti lomba literasi. Mengusung tema "Moderasi Beragama", artikel saya tembus final nasional di bidang literasi. Melalui Festival Literasi Siswa Indonesia (FeLSI) 2021, artikel saya masuk 25 karya terbaik Indonesia.

Pembelajaran Berdiferensiasi dan Upaya Menumbuhkan Potensi Peserta Didik

Saya, Maharsyalfath Izlubaid Qutub Maulasufa (18), merupakan pelajar kelas XII Bahasa di MAN 1 Jombang, Jawa Timur. Awalnya, saya menulis artikel di bidang humaniora berjudul "Telling Story, Moderasi Beragama Melalui Musik di Era Pandemi". Karya tersebut dipamerkan di laman resmi Pameran Karya Finalis FeLSI 2021.

Artikel saya terpilih sebagai 25 karya terbaik kategori artikel features. Pengumuman finalis FeLSI 2021 diunggah di akun Instagram @puspresnas pada 11 September 2021 lalu. Kegiatan ini digelar oleh Pusat Prestasi Nasional, Kemendikbud Ristek RI.

JK hingga Muhadjir Hadiri Peluncuran Buku Haedar Nashir 'Moderasi Beragama'

Keesokan harinya, sebagai finalis FeLSI, saya mengikuti tahap coaching clinic yang dibimbing oleh para juri senior dari media mainstream. Dalam sesi coaching, saya dan finalis lainnya mendapat bimbingan ilmu dan wawasan dari mentor sebagai bekal untuk mengembangkan keterampilan jurnalistik dan literasi, lebih dari sekadar membaca dan menulis.

Melalui bimbingan intensif, saya mendapat ilmu jurnalistik dari para pakar. Ini telah mendorong saya untuk lebih menguatkan tradisi dan budaya literasi yang baik di lingkungan pendidikan.

Lomba FeLSI 2021 mengusung tema "Indonesia Bangkit, Literasi Pulihkan Negeri". Tema ini telah menguatkan semangat saya untuk lebih produktif dalam kegiatan menulis. Harapannya, saya bisa berpartisipasi dalam menyemangati Indonesia sehingga kembali pulih dan memiliki semangat bangkit dari pandemi Covid-19.

Saya masih teringat pesan Pak Dirjen Jumeri, Direktorat Jenderal PAUD Dikdasmen Kemendikbud RI di acara pembukaan kegiatan FeLSI 2021. Pesan itu disampaikan kepada 75 finalis dari bidang artikel features, fotografi, dan cerpen pada 28 September 2021 lalu.

"Festival ini sejalan dengan semangat Merdeka Belajar di mana para siswa peserta FeLSI mencerminkan profil Pelajar Pancasila yang siap memberikan kontribusi untuk Indonesia maju, Indonesia gemilang dan tidak terbantahkan oleh dunia", pesan Jumeri, Dirjen PAUD Dikdasmen.

Saya mengikuti acara pembukaan secara daring selama satu jam, dimulai pukul sepuluh pagi hingga selesai. Hadir para juri di bidang artikel features di antaranya Didi Kaspi Kasim (Editor in Chief National Geographic Indonesia), Yohanes Enggar H (Kompas com), Syarief Oebaidillah (Media Indonesia), dan Lina Jusuf (Ruang Inspirasi Muda).

Kemudian, saya bersama finalis FeLSI lainnya menghadiri wawancara langsung dengan para juri. Interview dibagi dalam dua grup dan dilaksanakan secara daring selama 15 menit pada tanggal 29-30 September 2021 lalu.

Saya mengikuti sesi wawancara finalis FeLSI pada hari Rabu, 29 September 2021 mulai pukul sebelas siang. Wawancara berlangsung secara daring selama 15 menit melalui Zoom. Dalam proses interview, para juri FeLSI 2021 fokus menggali informasi seputar latar belakang, motivasi, pengalaman, harapan, dan tujuan saya dalam mengikuti lomba jurnalistik siswa ini.

Bagi saya, literasi jurnalistik sangat penting di era digital. FeLSI telah mendorong saya untuk lebih meningkatkan kompetensi, kreatifitas, dan kemampuan berpikir kritis dalam menghadapi tantangan 'banjir informasi'.

Media literasi FeLSI menjadi wahana bagi saya untuk mencurahkan intuisi, estetika, serta pengembangan gagasan dan imajinasi estetis. Tentu saja, dengan tetap menjunjung tinggi budi pekerti dan etika.

Di lomba FeLSI 2021 ini, saya memilih artikel features, yaitu jenis tulisan jurnalistik yang berisi perpaduan berita dan opini. Dengan gaya bercerita (story telling), saya menulis artikel features dengan apa adanya (human interest).

Dari berbagai jenis artikel features, saya memilih jenis profil (biografi) dan human interest. Saya menulisnya secara totalitas dengan gaya story telling.

Untuk menarik dan menyentuh perasaan pembaca, saya mengubah redaksi artikel untuk dipamerkan di babak final FeLSI 2021. Judulnya lebih singkat menjadi "Moderasi Beragama Melalui Musik, Mengapa Tidak?".

Saya menyempurnakan konten artikel menjadi lebih dinamis layaknya roller-coaster. Saya tetap yakin dan konsisten mengangkat topik moderasi beragama di FeLSI 2021. Tema moderasi beragama ini penting dipopulerkan sebagai konsumsi generasi Z demi mendukung toleransi dan perdamaian.

Sebagai kreator konten channel YouTube Flemmo, saya berinisiatif memanfaatkan musik sebagai media moderasi beragama. Menurut saya, musik sangat efektif sebagai media moderasi bagi generasi muda.

Artikel final saya, mengisahkan linimasa saya dalam mengasah passion yang saya miliki sejak usia lima tahun hingga sekarang dalam konteks moderasi beragama. Dan, saya akan terus menggaungkan pentingnya moderasi beragama sebagai instrumen dalam menjembatani dua kelompok ekstrim, liberalis versus konservatif untuk mencegah intoleransi dan radikalisme.

Di lomba FeLSI 2021, saya mengangkat kisah perjalanan saya, mulai masa kanak-kanak hingga sekarang remaja. Perjalanan kakek Mukhsin Ahmadi (almarhum), sang kritikus sastra dan seniman, dosen IKIP Malang, dan hobi saya dalam mengomposisi musik, telah menginspirasi saya untuk mengusung tema moderasi beragama melalui musik.

Di permulaan artikel, saya menggunakan teknik lead berjenis kutipan. Lead merupakan penuntun 30 detik pertama untuk menarik minat pembaca. Kutipan tersebut berisi wasiat kakek Mukhsin Ahmadi tentang "Tujuh Macam Kepribadian".

Terkait wasiat kakek Mukhsin tentang "Seven Habits", saya sebagai komposer musik penerus perjuangan beliau, merilis lagu 'Dynamic' yang berisi nilai kehidupan dan kemanusiaan. Nilai-nilai tersebut tercantum pada poin ke tujuh The 7 Habits of Highly Effective People.

Allhamdulillah, FeLSI telah menjadi wadah pengembangan talenta saya di bidang Seni, Bahasa, dan Literasi. FeLSI mengarahkan saya untuk mahir berliterasi, memiliki kepekaan afektif dan estetis untuk memperkuat rasa percaya diri melalui seni sebagai media ekspresi serta pembentukan karakter.

Kegiatan yang dulunya bernama Lomba Jurnalistik Siswa Indonesia (LJSI), yang kini berubah nama menjadi FeLSI, telah menjadi ruang asah daya kreatif bagi saya untuk melahirkan ide-ide cemerlang, karya yang berkualitas untuk pencapaian prestasi setinggi-tingginya di masa mendatang.

Sungguh, FeLSI menguatkan gagasan dan imajinasi saya dalam menciptakan karya kreatif yang bermanfaat. Saya diarahkan untuk memecahkan masalah (problem solving), memiliki daya kritis, rasa kepedulian, dan rasa cinta tanah air.

FeLSI 2021 melatih saya untuk mendalami dan mempraktikkan ilmu jurnalisme dengan tetap memerhatikan kode etik penulisan, menulis secara akurat, dan melakukan verifikasi data sebelum menerbitkan berita.

Penutupan kegiatan FeLSI 2021 diawali dengan sesi workshop jurnalistik sehari, dan dilanjutkan pengumuman pemenang pada Jumat malam, 1 Oktober 2021 lalu. Juara lomba FeLSI 2021 mendapat piala emas, perak, perunggu, dan sejumlah beasiswa. Acara ini disiarkan langsung melalui YouTube channel Puspresnas.

"Ke depannya, Festival Literasi Siswa Indonesia akan dilaksanakan bukan hanya melalui lomba tapi juga melalui pembiasaan, perubahan transformasional dalam menumbuhkan budaya membaca, menulis, dan berhitung", jelas Asep Sukmayadi Plt. Kepala Puspresnas.

Selanjutnya, Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid mengungkapkan tentang rendahnya skor Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia. Hal ini harus disikapi secara obyektif untuk memperbaiki kemampuan literasi siswa.

"Kita bersama harus mencari animo untuk meningkatkan literasi di segala sisi kehidupan kita. Mulai ciptakan suasana gemar membaca di rumah dan di sekolah," tegas Hilmar Farid.

Saya sangat bersyukur, melalui FeLSI 2021 ini saya dapat membangun komunitas dan bertukar gagasan dengan para finalis. Saya menjadi lebih percaya diri setelah mendapat pengetahuan yang luar biasa dari pakar jurnalistik. Saya belajar menggali ilmu jurnalistik lebih dalam, dan berinteraksi face-to-face dengan para jurnalis senior di Indonesia. (Maharsyalfath Izlubaid Qutub Maulasufa (18), siswa kelas XII Bahasa MAN 1 Jombang, Jawa Timur, Finalis Lomba Artikel Features FeLSI 2021, Puspresnas, Kemendikbud Ristek RI).

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.