Makna Peringatan Bulan Bahasa sebagai Pencegah Hoax

Memperingati Bulan Oktober Sebagai Bulan Bahasa (Dok:Pribadi)
Sumber :
  • vstory

VIVA – Sejarah lahirnya dari bulan bahasa sendiri sebenarnya dimulai pada tahun 1980. Pada tahun tersebut pemerintah menetapkan bulan Oktober sebagai bulan bahasa. Penetapan Oktober sebagai bulan bahasa digunakan karena bertepatan dengan bulan dimana Sumpah Pemuda diperingati atau lebih tepatnya pada tanggal 28 Oktober.

Amanda Manopo Murka! Gosip Hoaks Tersebar Luas, Keluarga Sampai Tahu

Pada Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 terdapat 3 Sumpah para permuda yang tercantum didalam hasil kongres pemuda dan salah satu satunya adalah untuk menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.

Sumpah Pemuda menjadi momentum penting bagi bangsa Indonesia dalam mengukuhkan identitas dan bahasa persatuan dan momen ini adalah momen yang kemudian menjadi titik balik bagi para pemuda yang saat itu menjadi penerus bangsa untuk berjuang dan bertarung secara nasional dan meninggalkan rasa primordialismenya sehingga dapat bersatu membangun rasa dalam lingkup yang lebih luas yaitu nasionalisme.

Idrus Marham: Fakta atau Omon-Omon?

Bulan bahasa kemudian menjadi sebuah bulan yang digunakan untuk melihat pentingnya bahasa sebagai identitas bangsa dan menjadi budaya yang dipertahankan oleh negara. Sebuah Artikel Koran Kompas pada tanggal 3 Oktober 1980 menjabarkan pentingnya bulan bahasa sebagai sebuah propaganda penggunaan bahasa Indonesia. 

Sementara itu, pada tajuk rencana yang berjudul “Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah” bercerita tentang bulan bahasa yang diadakan pada Oktober tahun itu memiliki tujuan untuk meningkatkan kedisiplinan dan mutu bahasa Indonesia bagi seluruh rakyat.

Kabulkan Gugatan Haris Azhar Cs, MK Hapus Pasal Sebar Hoax Bikin Onar

Upaya meningkatkan kualitas dan mutu bahasa tidak muncul baru pada tahun 1980. Tahun sebelumnya seperti tahun 1974 atau lebih tepatnya pada tanggal 29 Mei 1974, Gubernur DKI sudah mengeluarkan imbauan untuk segala nama yang berada di wilayah publik menggunakan bahasa Indonesia.

Hal ini kemudian memicu penggunaan papan nama, nama gedung kantor, dan iklan produk dalam bahasa Indonesia di seluruh wilayah Jakarta. Walaupun terkesan sangat nasionalis dan sangat bangga dalam menggunakan bahasa Indonesia, tidak semua orang berpikir demikian.

Dalam artikel tersebut dikatakan bahwa tetap ada kalangan masyarakat baik dari pejabat negara, mahasiswa dan masyarakat biasa yang melihat bahwa penggunaan bahasa Indonesia tidak sekeren penggunaan bahasa Inggris yang dinilai sangat memiliki harga jual yang tinggi.

Acara bulan bahasa ini disupport oleh seorang penggas EYD yaitu Dr. Amran Halim yang dalam penyelenggaraan bulan bahasa menyampaikan bahwa latar belakang terciptanya bulan bahasa selain menjunjung bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan adalah karena adanya kebutuhan bagi pemerintah untuk memperkenalkan bagaimana seharusnya bahasa Indonesia dipelajari.

Menurut Dr. Amran Halim masih banyak cara pengajaran bahasa Indonesia yang hanya berdasarkan teori saja namun tidak ada tindakan konkrit yang dilakukan dalam pengajaran bahasa Indonesia seperti lomba puisi, lomba mengarang, pameran pantun dan lain-lain.

Usaha para pengajar dalam menciptakan kondisi dimana bahasa Indonesia dipelajari sebagai sebauh kebutuhan dinilai jarang berhasil sehingga secara nasional pemerintah memfasilitasi hal tersebut. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik an benar juga perlu dievalusi sehingga tingkat pemahaman masyarakat dalam memahami bahasanya sendiri juga dapat diketahui apakah sudah dalam taraf yang cukup baik atau belum.

Hal ini menjadi penting karena kedepannya banyak sekali peraturan perundang-undangan, informasi kesehatan dan informasi ilmu pengetahuan yang harus disampaikan dan dipelajari oleh masyarakat Indonesia.

Angka literasi kemudian menjadi konsentrasi dari diadakannya bulan bahasa. Kemauan masyarakat untuk menyerap pengetahuan dari membaca perlu sekali ditingkatkan dan hal ini kemudian mengarah kepada rasa nasionalisme yang tinggi terhadap bahasa Indonesia.

Apakah bulan bahasa menjadi penting hari ini? Jika melihat dari segi sejarah nya yang panjang dan sangat berarti bagi Indonesia sebagai momen di mana Bahasa Indonesia diwajibkan untuk dijunjung, Bulan bahasa tidak hanya penting pada hari ini tetapi juga mendesak. Pada hari ini kita dihadapkan pada masalah derasnya arus informasi.

Pencegah Informasi Hoax

Informasi-informasi yang kita terima tersebut bisa berasal dari berbagai sumber dan memuat banyak konten. Dari berbagai informasi tersebut perlu adanya filter yang digunakan masyarakat dalam menentukan berita yang benar dan salah. Melalui bulan bahasa kita bisa meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap berita yang salah sehingga masyarakat dapat teredukasi dengan baik tanpa harus jatuh dan termakan oleh berita-berita yang tidak benar.

Berbagai berita bohong atau biasa kita sebut hoax menjadi berita yang berbahaya jika sampai kepada masyarakat yang kurang teredukasi. Berita tersebut bisa menimbulkan kesalahpahaman yang berujung kepada tindak kekerasan. Contoh saja pada pilkada tahun 2018 yang banyak mendapat serangan berita bohong dari berbagai kepentingan politik, hal ini membuat masyarakat dilanda kebingungan dan banyak yang menjadi korban kekerasan karena berita bohong tersebut.

Pada kasus Papua yang terjadi pada tahun 2019 bahkan sampai memutuskan akses internet sehingga masyarakat tidak bisa menerima berbagai informasi tentang kerusuhan yang terjadi.

Hal ini adalah langkah pemerintah untuk membatasi masuknya informasi bohong yang bisa memperparah suasana kerusuhan. Walaupun demikian pembatasan akses informasi tidak bisa dikatakan benar karena bisa saja pembatasan akses informasi malah akan menimbulkan masalah lain dikemudian hari. Salah satu cara paling efektif dalam memberikan masyarakat informasi yang benar adalah dengan mengedukasi.

Dengan mengedukasi masyarakat tentang informasi kemudian akan membuka pikiran masyarakat tentang benar atau salahnya informasi yang mereka terima. informasi yang diterima oleh masyarakat kemudian akan terfilter sendiri sehingga berbagai berita bohong bisa dicegah.

Jika melihat paparan tersebut seakan membenarkan pernyataan yang disampaikan oleh Dr. Amran Halim bahwa masyarakat perlu adanya bulan bahasa sebagai sarana edukasi yang mendidik masyarakat dalam segala hal tentang informasi dan budaya yang kemudian menjadi sarana pula bagi pemeritnah dalam menyebarkan pemahaman tentang pentingnya memilah arus informasi.

Internet sebagai arus informasi merupakan sebuah pedang bermata dua yang bisa dipakai untuk kepentingan mencerdaskan bangsa dengan akses edukasi yang tidak terbatas dan disatu sisi juga menjadi sebuah jalan tempat arus informasi yang menyesatkan yang contohnya kemudian membuat bibit radikalisme berkembang juga berasal dari internet.

Daripada hanya membatasi akses internet yang kemudian akhirnya ikut membatasi akses edukasi yang bisa diterima masyarakat, pemerintah dapat memanfaatkan bulan bahasa sebagai sarana dalam meperbaiki pendidikan di Indonesia agar bisa mengarahkan arah pendidikan ke dalam pemahaman tentang dunia internet yang sangat luas sehingga masyarakat kemudian yang akan bisa memilih sendiri informasi apa yang perlu mereka terima dan buang sebagai warga negara yang baik.

Bulan bahasa juga bisa menjadi ajang bagi pemerintah memperomosikan pentingnya pendidikan karakter sebagai salah satu pendidikan yang memperbaiki mental masyarakatnya terutama untuk belajar disiplin, taat peraturan, pekerja keras, dan tidak takut pada hal baru sehingga pemerintah akan memiliki rakyat yang memiliki pemikiran terbuka.

Pemikiran terbuka menjadi sangat penting pada hari ini terutama pada negara negara berkembang karena banyaknya ketertinggalan yang harus terus dikejar dari negara yang lebih maju.

Semakin kita terpuruk dengan masalah-masalah pemikiran tertutup kemudian akan membuka pintu kemiskinan di kemudian hari. Karena berargumen dan berbagi pemikiran pada orang dengan pemikiran tertutup diibaratkan menjelaskan matahari terbenam kepada orang buta, bagaimana pun kita menjelaskan keindahannya mereka tidak akan pernah mengerti sepenuhnya. (M. Lukman Leksono, S.Pd.,M.Pd., Dosen dan Penggiat Literasi Digital Banyumas)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.