Apakah Petani di Indonesia Sudah Sejahtera?

Ilustrasi Gambar Petani di Sawah (Sumber Gambar : wallpaperbetter)
Sumber :
  • vstory

VIVA – Pertanian merupakan sektor yang paling esensial khususnya di negeri ini. Tanpa produk pertanian rasanya mustahil masyarakat dapat memenuhi kebutuhan makannya sehari - hari.

Jokowi Lihat Langsung Panen Raya di Sigi: Bagus Hasilnya Capai 6 Ton per Hektare

Jika bicara ketersediaan bahan makanan dari produk pertanian negeri ini adalah juaranya. Semua orang sudah tau bahwa Indonesia adalah negara agraris, di mana sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani.

Oleh sebab itu akan terasa sangat mengherankan jika hasil pertanian di negeri ini tidak mencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat.

Program Petani Milenial Kaltim Diluncurkan untuk Ketahanan Pangan IKN

Keberhasilan sektor pertanian dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dapat dilihat saat masa pandemi ini. Disaat pandemi sektor pertanian mampu mencatatkan pencapaiai yang luar biasa yaitu berhasil mencapai ketahanan pangan.

Hal ini terbukti berdasarkan informasi dari Kementerian Pertanian (Kementan) di tahun 2020 dan 2021 di prediksikan mengalami surplus. Kementan dengan tegas menyampaikan bahwa sampai akhir bulan Juni 2021 Indonesia tidak perlu melakukan impor beras karena menurut Kementan terdapat surplus beras sebanyak 10,29 juta ton.

Orang Kaya Madura Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran: Kami Titipkan Nasib Petani Tembakau

Pernyataan Kementan ini senada dengan data produksi beras dari Badan Pusat Statistik (BPS). Berdasarkan data perkembangan produksi beras di Indonesia tahun 2019-2020 tercatat terdapat peningkatan produksi beras di Indonesia sebesar 0,07% dibandingkan produksi beras pada tahun 2019. Bahkan yang terbaru menurut BPS produksi padi pada tahun 2021 diprediksi naik 1,14%.

Keberhasilan dari sisi produksi saat ini yaitu selama pandemi nampaknya masih menimbulkan tanda tanya bagi sebagian besar masyarakat. Pertanyaan tersebut adalah apakah ditengah tumbuhnya produksi hasil pertanian sudah sejalan dengan tumbuhnya kesejahteraan para petani yang ada di negeri ini ?.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita bisa melihat angka dari indikator kesejahteraan petani yang tersedia saat ini yaitu Nilai Tukar Petani (NTP). Berdasarkan data BPS nilai NTP pada September 2021 adalah sebesar 105,68 naik 0,96%. Jika dibandingkan dari Januari hingga September 2021 nilai NTP juga cenderung mengalami peningkatan, meskipun sempat mengalami penurunan namun tidak terlalu signifikan.

Hal ini juga senada dengan pernyataan Presiden Republik Indonesia bapak Joko Widodo. Presiden Joko Widodo mengklaim bahwa tingkat kesejahteraan petani saat ini semakin membaik. Hal itu dia buktikan dari data nilai tukar petani (NTP) yang angkanya terus membaik.

Dikutip dari saluran YouTube Sekretariat Presiden, Sabtu (14/8/2021) Presiden Joko Widodo mengatakan "Saya mendapatkan angka, jadi nilai tukar petani kita terus membaik. Pada Juni 2020 nilai tukar petani berada di angka 99,60 secara konsisten meningkat hingga Desember 2020 mencapai 103,25 dan Juni 2021 mencapai 103,59" .

Namun, peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) nampaknya masih menyelipkan beberapa catatan. Catatan tersebut adalah saat ini secara subjektif masih terdapat petani - petani di pedesaan yang hanya mampu menggunakan pendapatan dari hasil pertaniannya untuk sekadar memenuhi kebutuhan pokok sehari - hari saja dan tidak lebih.

Bahkan terkadang di beberapa musim mereka harus menghemat pengeluaran agar bisa bertahan hidup. Kemudian, tidak jarang saat ini ditemukan masih ada petani kecil yang mengeluh terkait dengan naiknya harga pupuk ditengah tingginya angka produksi secara nasional.

Realitanya hingga saat ini tidak banyak ditemukan petani yang menjadi kaya raya karena murni hasil pertaniannya. Mungkin ada beberapa orang yang berhasil meningkatkan status ekonomi karena produk pertaniannya, tetapi banyak juga petani yang justru hanya bisa menikmati hasil pertaniannya untuk sekadar mencukupi kebutuhan sehari - hari saja.

Oleh karena itu, meskipun nilai NTP naik diharapkan pemerintah sebagai pemangku kebijakan tetap fokus untuk meningkatkan kesejahteraan petani agar lebih baik lagi.

Diharapkan nantinya profesi petani bisa menjadi profesi yang menghasilkan pendapatan di atas rata-rata. Sehingga petani yang tadinya hanya memanfaatkan pendapatan dari produk pertaniannya untuk sekadar memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari saja, nantinya bisa memanfaatkan pendapatan dari produk pertanian juga untuk meningkatkan status ekonominya, artinya pendapatan petani tidak hanya untuk sekadar bertahan hidup, melainkan bisa digunakan untuk membeli barang lain yang tergolong di luar kebutuhan pokok.

Beberapa hal yang mungkin bisa dilakukan pemangku kebijakan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan status ekonomi petani agar lebih baik lagi adalah sebagai berikut :

1. Pemangku kebijakan diharapkan selalu menjaga harga pupuk agar tetap mudah dijangkau oleh masyarakat khususnya petani kecil di pedesaan.

2.Diharapkan juga pemangku kebijakan bisa selalu memberikan bantuan seperti peralatan dan mesin pertanian yang dapat menunjang produksi pertanian khususnya untuk petani kecil.

3.Kemudian yang paling penting adalah diharapkan pemangku kebijakan dapat menjaga keseimbangan biaya untuk produksi pertanian dan harga jual produk pertanian.

Hal ini penting dilakukan agar sebisa mungkin biaya produksi pertanian lebih kecil dari harga jualnya atau dalam arti lain harga jual produk pertanian harus lebih tinggi dibandingkan biaya produksinya, sehingga harga jual produk pertanian bisa jauh lebih menguntungkan untuk para petani. (Aldi Firmansyah, Mahasiswa Politeknik Statistika STIS)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.