Membangun Negeri Lewat Pendidikan

pendidikan sebagai sarana membangun negeri
Sumber :
  • vstory

VIVA – Menurut pengamatan saya, satu-satunya cara yang paling efektif untuk membangun suatu negeri adalah lewat jalur pendidikan. Melalui pendidikan, anak-anak muda penerus bangsa dapat mempelajari beragam ilmu pengetahuan sekaligus menggali potensi-potensi yang sesuai dengan bidang yang diminatinya. Melalui pendidikan pula, anak-anak bangsa kelak memiliki kepribadian atau karakter yang baik.

Jika Pramuka Dihapus, Nilai Kenegarawanan Generasi Muda Bisa Terkikis

Pada suatu kesempatan, Presiden Joko Widodo pernah menyampaikan pesan yang menarik dan sarat perenungan bagi kita semua. Intinya beliau berpesan agar pembangunan karakter bangsa, budi pekerti, sopan santun, nilai-nilai etika, dan agama harus menjadi perhatian dunia pendidikan ke depan (kemdikbud.go.id).  

Pendidikan yang baik biasanya akan berfokus pada konsep memanusiakan manusia. Cara memanusiakan manusia misalnya dengan memberikan ruang yang lebar kepada para peserta didik untuk menggali dan mengembangkan bakat dan minat masing-masing.

Kemendikbudristek Ngabuburit Bareng Insan Film di 10 Kampus, Rayakan Kreativitas Film Indonesia

Sayangnya, selama ini mayoritas lembaga pendidikan kurang memberikan perhatian kepada para peserta didiknya untuk menggali potensi yang ada dalam diri mereka. Sehingga ketika sebagian dari mereka telah lulus sekolah atau ketika gelar sarjana telah berhasil diraih, mereka merasa kebingungan hendak melakukan aktivitas apa. Mereka ingin bekerja tapi bingung kerja apa dan di mana. Seolah-olah muncul kesan seperti ini; “ingin kerja enak tanpa usaha keras tapi bayaran (gajinya) banyak”.

Sementara sebagian yang lain tampak sangat berambisi ingin menjadi pegawai negeri atau ASN (Aparatur Sipil Negara). Hal ini menjadi indikator yang nyata bahwa lembaga pendidikan tempat mereka bernaung selama ini belum mampu mengajak para peserta didik untuk menggali potensi sesuai hobi, bakat, dan minat masing-masing. Seolah-olah lembaga pendidikan kita hanya dijadikan sebagai batu loncatan agar kelak selepas lulus bisa diangkat menjadi pegawai pemerintahan.

Pramuka Tak Lagi Jadi Ekskul Wajib, Kwarnas Semprot Nadiem: Sangat Disayangkan!

Mendobrak Konsep Pendidikan Lewat Program Merdeka Belajar

Program Merdeka Belajar yang digagas oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan termasuk program unggulan, masih terus berjalan hingga kini. Program yang menurut saya menjadi semacam oase yang menyejukkan.

Ya, karena tujuan program tersebut, sebagaimana dikutip kemdikbud.go.id adalah untuk menggali potensi terbesar para guru-guru sekolah dan murid serta meningkatkan kualitas pembelajaran secara mandiri. Nadiem Makarim, selaku Mendikbudristek, pernah menjelaskan bahwa salah satu konsep sederhana mengenai reformasi pendidikan atau perubahan kurikulum yang akan dilakukan oleh Kemendikbud adalah memberikan kemerdekaan kepada guru-guru untuk mengajar pada level yang cocok dengan muridnya.

Program Merdeka Belajar tersebut tentu tak hanya ditujukan kepada para guru dan murid, tetapi juga para dosen dan mahasiswa agar berusaha terus berinovasi dan mengembangkan sekaligus melejitkan berbagai potensi yang ada. Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) misalnya, merupakan program yang membantu para dosen dan mahasiswa mengembangkan potensi mereka. Melalui program MBKM, Nadiem ingin agar mahasiswa belajar di luar prodi dan di luar kampusnya, sehingga mahasiswa dapat mengasah minat dan bakatnya, baik di dalam atau pun di luar kampus. “Ini adalah hak mahasiswa untuk merdeka karena kita tahu bahwa satu pekerjaan tidak bisa dikerjakan oleh satu disiplin ilmu,” jelas Nadiem (mendikbud.go.id).

Program Merdeka Belajar yang terus berlanjut hingga saat ini tentu menjadi salah satu pencapaian yang berhasil diraih oleh Kemendikbudristek. Hal ini perlu diapresiasi, dukung, dan mestinya terus dikawal agar program tersebut dapat mengalami kemajuan dan perkembangan yang menggembirakan semua lapisan masyarakat. Segala perbaikan atau evaluasi juga mestinya terus ditingkatkan agar semakin baik ke depannya. Berbagai kendala yang muncul juga harus segera dimusyawarkan agar segera menemukan jalan keluar yang tepat demi kebaikan bersama.  

Pencapaian lain yang layak diapresiasi adalah terkait upaya Kemendikbudristek dalam mengangkat ragam budaya di negeri ini. Dikutip laman mendikbud.go.id, untuk pertama kalinya di Indonesia, Kemendikbudristek menghadirkan kanal media khusus budaya yang dinamakan Indonesiana. Tujuannya untuk mewadahi, mengintegrasikan, serta mempromosikan karya dan ekspresi budaya masyarakat Indonesia. Kanal Indonesiana ini diluncurkan sebagai Merdeka Belajar Episode ke-13, merupakan salah satu upaya mewujudkan visi pemajuan kebudayaan, yakni Indonesia bahagia berlandaskan keanekaragaman budaya yang mencerdaskan, mendamaikan, dan menyejahterakan.   

Kita tentu tahu bahwa Indonesia merupakan bangsa yang besar dengan kebutuhan yang beragam. Karenanya, pendidikan di negeri ini harus terus berupaya memberikan keragaman kepada para peserta didiknya. Keragaman tersebut misalnya dengan memberikan kemerdekaan siswa dan mahasiswa untuk memilih dan menentukan potensi atau bakat minat mereka masing-masing. Artinya, jangan memaksa mereka untuk seragam dalam bidang tertentu, karena hal tersebut hanya akan membunuh potensi-potensi hebat yang bersemayam dalam diri mereka.

Pada Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2020, sebagaimana dilansir mendikbud.go.id, Presiden RI menekankan bahwa Indonesia adalah negara besar sehingga kebutuhannya pasti beragam. Menanggapi hal tersebut, Mendikbudristek mengingat apa yang pernah disampaikan Kepala Negara kepada dirinya, “keseragaman belum tentu keadilan”.

Karenanya, Kemendikbudristek terus melakukan berbagai terobosan Merdeka Belajar dan afirmasi kebijakan agar tujuan pendidikan yang berkualitas bagi seluruh rakyat Indonesia bisa benar-benar tercapai. Karenanya, melanjutkan langkah bersama Merdeka Belajar dan mewujdukan SDM yang unggul masih menjadi fokus dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin.  (Sam Edy Yuswanto, Pemerhati Pendidikan dan Penulis Lepas, Alumnus STAINU Kebumen)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.