Ubah Mindset 'Sekali Pakai Buang' Menjadi 'Pakai Berulang Kali'

Totebag sebagai salah satu penerapan "pakai berulang kali". Sumber: IDN Times
Sumber :
  • vstory

VIVA – Plastik, khususnya kantong plastik yang banyak digunakan rumah tangga pasalnya telah merusak keanekaragaman hayati laut dan menghambat kesuburan tanah sebab sifatnya yang tidak dapat terurai. Pengalihan penggunaan kantong plastik menjadi kantong berbahan kertas, serta plastik biodegradable berbahan bioplastik bukanlah solusi yang tepat dalam mengurangi limbah plastik. Pasalnya bahan pengganti ini memiliki konsep pakai yang sama dengan plastik berbahan bakar fosil, yaitu “sekali pakai, buang”.

Sambangi Sekolah, Komunitas GUA Edukasi Praktik Guna Ulang ke Siswa TK

Penelitian yang dilakukan oleh Imogen Napper dan Richard Thompson di University of Plymouth, memberikan perlakuan yang berbeda terhadap 4 jenis plastik ramah lingkungan, seperti plastik jenis kompos, biodegradable, oxo-biodegradable, dan polietilena konvensional (PE) untuk menguji ketahanannya di alam.

Selama tiga tahun diamati, baik plastik yang terkubur di tanah, terpapar sinar matahari di luar ruangan, maupun plastik yang terendam di air laut, plastik-plastik ini tidak mengalami kerusakan sepenuhnya atau bahkan hampir tanpa kerusakan.

Pegiat Lingkungan Sebut Penggunaan Ulang Kemasan Kurangi Emisi Karbon hingga 54 Persen

Nyatanya, diperlukan kondisi dan perlakuan yang khusus terhadap  plastik biodegradable untuk dapat terurai sempurna menjadi bahan kompos. Pabrik pengolahan merupakan tempat yang ideal menyediakan kondisi ideal yang mustahil ditemukan pada saat plastik terkubur di tanah, maupun terbawa aliran air laut.

Selain itu, plastik ini biasanya berbahan dasar hasil tani sehingga menyebabkan terjadinya persaingan dengan lahan bahan pangan yang dapat mengancam keamanan pangan. Subtitusi plastik menjadi kertas juga dapat mengancam kelangsungan hidup hutan sebab akan menyebabkan terjadinya penebangan pohon secara masif tanpa terkendali.

Nikmati Keseruan Ajang Lari dan Festival yang Ramah Lingkungan

Melihat kondisi tersebut, sudah sepatutnya kita mengubah konsep sekali pakai menjadi konsep menggunakan kembali atau yang biasa kita kenal sebagai “daur ulang”. Perilaku ini sudah banyak ditemui di masyarakat, seperti mengganti penggunaan coffee cup berbahan plastik atau kertas sekali pakai menjadi silicone cup, substitusi penggunaan pembalut sekali pakai menjadi pembalut kain, kantong belanja plastik menjadi tas belanja kain ramah lingkungan, dan lainnya.

Perlu diketahui juga bahwa kain sintetis seperti nilon, polyester, dan akrilik perlu dihindari sebab sifatnya yang sulit terurai di alam. Walaupun demikian, kain ramah lingkungan seperti katun organik, linen, dan serat bambu juga akan berdampak sama seperti plastik biodegradable jika tidak diolah dengan baik ketika sudah tidak terpakai.

Oleh karena itu, perilaku daur ulang seperti melakukan thrifting atau meminimalisir pembelian pakaian diperlukan untuk mengurangi produksi pakaian secara brutal tanpa memikirkan aspek keramahtamahan lingkungan.

“Pakai berulang kali” perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari demi terciptanya Indonesia yang bebas dari mikroplastik, deforestasi, dan emisi karbon.

Sulit memang untuk mengubah instansi besar yang telah berkontribusi sangat besar dalam penimbunan sampah tak bertanggung jawab terhadap alam.

Pemerintah juga belum memperketat pelaksanaan UU 27 Tahun 2020 tentang pengelolaan sampah dengan baik. UU tersebut juga belum membahas mengenai bioplastik yang saat ini penggunaannya sedang marak di masyarakat.

Bisa dibayangkan akan jadi apa nantinya jika Indonesia tidak melihat ini sebagai masalah besar. Semua ini kembali lagi kepada kita yang juga ikut menimbun sampah demi memenuhi kebutuhan kita. Sudah sepatutnya kita bertanggung jawab terhadap perbuatan kita sendiri dengan memulainya melalui gerakan “pakai berulang kali”. (Putri Suryani Utami, Departemen Sosial Masyarakat BEM IM KM UI)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.