Konsumsi Makanan dan Efeknya terhadap Kesehatan Mental

Konsumsi prebiotik (serat)
Sumber :
  • vstory

VIVA – Mengkonsumsi makanan sehat dapat membuat perubahan dalam pikiran karena apa yang kita makan dapat mempengaruhi sistem pencernaan kita dan memberi dampak positif kepada otak.

10 Makanan Wajib Dihindari Jika Ingin Awet Muda Seperti Ade Rai, Nomor 2 Paling Sulit

Penyembuhan kesehatan mental bukan hanya dengan obat-obatan. Menjaga kesehatan sistem pencernaan dengan memperhatikan gizi pada tubuh juga penting untuk menjaga kesehatan mental.

Pada dasarnya kesehatan mental sangat dipengaruhi oleh berbagai hal seperti gaya hidup, pola makan, pikiran, dan lingkungan. Maka dari itu pengobatan dan pencegahannya sangat luas.

WHO: Imunisasi Global Menyelamatkan 154 Juta Jiwa Selama 50 Tahun Terakhir

Kombinasi dari hal-hal tersebut bisa menjadi cara mengatasi masalah kesehatan mental. Dalam hal ini ada pepatah mengatakan “you are what you eat”, artinya pola makan bisa jadi menjadi penyebab masalah kesehatan mental, seperti kecemasan, stres, dan depresi.

Di dalam organ pencernaan manusia, terdapat kumpulan mikroorganisme yang memiliki peran penting dalam pencernaan dan fermentasi. Kumpulan mikroorganisme atau biasa disebut “gut microbiota”, dapat ditemukan di berbagai organ pencernaan, seperti lambung dan usus.

Jangan Anggap Remeh, Ini 4 Tanda yang Menunjukkan Anda Alami Stres

Gut microbiota tidak hanya berperan dalam sistem pencernaan, tetapi juga bisa berinteraksi dengan otak. Terdapat komunikasi dua arah antara sistem saraf otak dan mikrobiota di dalam usus.

Gut microbiota di dalam usus dapat mempengaruhi aktivitas sistem saraf pusat. Inflamasi dan ketidakseimbangan microbiota telah dikaitkan dengan penyakit mental seperti kecemasan dan depresi, kondisi yang sering terjadi di masyarakat. Gangguan pencernaan yang disebabkan oleh gut mikrobiota terjadi karena adanya ketidakseimbangan gut microbiota.

Jika terjadi ketidakseimbangan pada gut microbiota (dikenal sebagai dysbiosis) maka akan berpengaruh pada suasana hati karena bakteri juga dapat mempengaruhi kecemasan dan stres melalui aktivitas mereka di usus.

Gut microbiota memainkan peran positif dengan meningkatkan ketahanan kita terhadap peristiwa yang membuat stres, tetapi jika tidak seimbang, maka  aktivitas mereka dapat berdampak negatif pada kesehatan mental kita.

Di dalam otak manusia, terdapat neurotransmiter. Neurotransmiter adalah pembawa pesan kimiawi di otak. Terdapat berbagai neurotransmiter di dalam otak seperti serotonin.

Contohnya, hormon serotonin bertanggung jawab untuk tidur, mood, dan nafsu. Serotonin memainkan peran di dalam stres sehingga mempengaruhi banyak aspek fisiologi pada manusia.

Ketika tubuh anda memiliki serotonin yang cukup, itu membantu mengatur suasana hati dan kecemasan. Gut microbiota dapat memproduksi dan menanggapi serotonin.

Sembilan Puluh lima persen dari jumlah serotonin di dalam tubuh manusia diproduksi oleh bakteri usus yang menyusun gut microbiota. Faktor neurotransmiter, hormon, dan imun dilepaskan dari usus dan mengirim sinyal langsung kepada otak.

Otak kita juga dapat memberikan sinyal kepada usus, dan koneksi ini berjalan dua arah. Sudah terjadi banyak penelitian mengenai variasi microbiota di dalam usus dan efeknya terhadap penyakit sistem saraf otak.

Maka dari itu, dengan memperbaiki keseimbangan dan gangguan pada usus dapat membantu dan mencegah terjadinya gangguan kesehatan mental. Masih banyak penelitian dan riset harus dilakukan untuk mengidentifikasi sepenuhnya efek microbiota usus pada kesehatan mental.  

Meskipun banyak penelitian masih harus dilakukan, kita tetap harus berusaha untuk membuat penyesuaian dalam konsumsi makanan sehari-hari. Berikut adalah beberapa ide:

1.Konsumsi probiotik 
Bakteri probiotik dapat menyediakan berbagai keuntungan sehat. Probiotik membantu mendukung kesehatan manusia dengan menjaga keseimbangan ekosistem usus dan mencegah dysbiosis. Spesies Bifidobacterium, Lactobacillus, dan Lactococcus adalah contoh probiotik.  Contoh makanan yang mengandung probiotik adalah yogurt dan kefir.   

2.Konsumsi prebiotik (serat)

Prebiotik adalah zat yang ditemukan dalam makanan nabati yang memelihara bakteri usus yang menguntungkan. Prebiotik terdapat di makanan seperti ??seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan kacang-kacangan. Serat prebiotik, polifenol, dan pati resisten semuanya menyehatkan bakteri usus yang pada gilirannya mengubahnya menjadi hal-hal baik seperti SCFA (short chain fatty acids) dan vitamin. SCFA berkomunikasi dengan sel yang memproduksi serotonin yang mengatur suasana hati serta tingkat kecemasan dan kebahagiaan. Makanan yang mengandung prebiotik adalah bawang Bombai, bawang putih, dan jamur.

3.Makan makanan fermentasi

Penelitian menunjukkan bahwa meningkatkan jumlah asupan makanan fermentasi dapat meningkatkan bakteri inflamasi baik di usus anda. Contoh makanan fermentasi adalah: kimchi, yogurt, dan tempeh. 

4.     Keseimbangan makanan

Microbiota usus yang tidak seimbang dikaitkan dengan banyak penyakit, termasuk gangguan mood seperti depresi. Demikian juga, depresi dapat menyebabkan peradangan yang dapat mempengaruhi ekosistem di usus. Maka dari itu, selalu konsumsi makanan sehat dan bervariasi untuk menjaga kesehatan dan keseimbangan microbiota usus. Selalu konsumsi serat, buah-buahan dan sayuran.

Hubungan antara microbiota usus dan otak telah muncul beberapa tahun terakhir, yang mengarah bidang penelitian kepada cara efektif dalam pencegahan maupun pengobatan penyakit. Kita mendapatkan kekuatan untuk mengubah pola makan kita dan menjaga kesehatan tubuh dan mental. 

Selalu ingat : makanan yang kita konsumsi membangun ekosistem di dalam usus kita. Perkembangan ekosistem tersebut membutuhkan waktu. Konsistensi dan usaha adalah langkah awal menuju tubuh dan pikiran yang sehat. (Salwa Humaira Ramadhani, Mahasiswa Prodi Psikologi, FISIP, Universitas Brawijaya)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.