Mewaspadai Fenomena Naive Subject saat Perayaan Tahun Baru

- vstory
VIVA – Kita lazim mendengar produk low fat adalah produk yang baik dikonsumsi bagi yang sedang menjalani program diet. Makanan-makanan yang penuh daging, santan, minyak, dan lain-lain yang dianggap berlemak tentu menjadi musuh bagi mereka. Minyak dan lemak disinyalir penyebab utama terjadinya kenaikan berat badan.
Berdasarkan hasil Survei Sosial-Ekonomi Nasional yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, rata-rata konsumsi minyak dan lemak per hari sebesar 248,90 kkal. Artinya, lebih dari 10% rata-rata kalori per hari yang dibutuhkan manusia disupply dari kandungan minyak dan lemak.
Angka ini tak mengherankan apabila kita amati jenis masakan sekarang mayoritas diolah dengan cara digoreng. Angka ini sejalan dengan rata-rata konsumsi minyak dan lemak yang memiliki tren meningkat tiap tahunnya.
Jenis kandungan lain yang tidak baik dikonsumsi secara berlebihan terutama bagi yang sedang menjalani program diet, adalah gula.
Gula, si manis yang ternyata berbahaya bila dikonsumsi secara berlebihan. Si manis ini nyatanya tak hanya kita jumpai pada makanan manis, tetapi juga pada makanan gurih yang kita rasa tak ada rasa manis sekalipun.
Secara umum, gula sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia, fungsinya adalah memberikan energi bagi tubuh. Kemenkes RI menjelaskan batasan konsumsi gula per harinya sebesar 50 gram. Jumlah ini setara dengan 9-10 sendok teh.
BPS mencatat pada 2017 masyarakat Indonesia umumnya mengkonsumsi gula per harinya sekitar 20,44 gram dan di tahun 2018 meningkat menjadi 32 gram per hari. Meskipun angkanya masih dalam batasan aman konsumsi, namun perlu diingat, gula tak hanya diperoleh dari produk gula itu sendiri melainkan dari berbagai makanan lainnya, seperti roti, minuman kemasan, minuman bersoda, bahkan dalam sepiring nasi.