Sesat Pikir Menjadikan Finlandia Sebagai Kiblat Pendidikan

Sumber : Koleksi buku penulis
Sumber :
  • vstory

VIVA – Sejak merajai rangking tes PISA di beberapa tahun dan mengalahkan negara-negara Eropa lainnya, pendidikan di Finlandia memang dipuja-puja di dunia. Khusus di Asia Tenggara, Indonesia dan Malaysia menjadikan negara ini sebagai kiblat.

10 Tips Mencegah Aksi Kekerasan Antar Siswa di Sekolah

Terlebih Indonesia, entah dengan alasan apa selalu saja merujuk ke Finlandia untuk membandingkan dengan kemajuan pendidikan di Indonesia, padahal masih ada Singapura yang selalu di peringkat satu atau dua dan juga sesama negara ASEAN.

Negara itu terlalu jauh secara geografis dari Indonesia, pun secara demografi hanya memiliki 5,5 juta penduduk yang tentu saja fasiltas pendidikan yang dinikmati warga negaranya sama secara kualitas dan kuantitas.

8 Negara dengan Penurunan Tercepat di Asia

Di era Covid ini, tidak ada kasus siswa Finlandia yang tidak bisa mengikuti pembelajaran daring dari rumah. Sebaliknya di Indonesia, ada sekolah-sekolah dan daerah-daerah yang belum terjamah internet bahkan belum teraliri listrik.

Banyak siswa yang tidak memiliki HP dan laptop untuk sekadar belajar online. Untuk tenaga pendidik, Finlandia jangan ditanya lagi. Yang boleh jadi guru hanya yang berpendidkan master.setiap kali ada rekrutmen guru hanya 10 persen pelamar  terbaik yang diterima.

Sekolah Rentan Bencana Capai 57 Persen, Kemendikbud: Waspada!

Mari menoleh sejenak ke Indonesia. Carut marut masalah guru bagaikan benang kusut. Di perkotaan tenaga guru melimpah, sampai harus bergerilya mencari jam tambahan agar syarat jam serttifikasi terpenuhi. Di lain sisi, di desa-desa bahkan ada sekolah yang tidak memiliki guru tetap.

Finlandia Beda dengan Indonesia

Di Finlandia, gaji guru  salah satu  yang tertinggi dibanding profesi lain. Di Indonesia tarik ulur gaji guru non PNS sangat dashyat, bahkan gaji guru honerer yang wajib hadir ke sekolah setiap hari hanya 300 ribu satu bulan.

Ribut –ribut rendahnya kualitas guru, diantisapasi oleh pemerintah dengan mengganti kurikulum. Masalahnya tidak sesederhana itu. Singapura dan Malaysia sangat ketat dalam rekrutmen guru.

Di Singapura, hanya ada satu kampus yang boleh menyelenggarakan sekolah guru yaitu NIE. National Insitut Education. Di Malaysia, hanya kampus-kampus negeri yang boleh menyelenggarakan sekolah guru. Bagaimana Indonesia? Kampus guru di mana-mana. Bahkan di bawah pohon sekalipun dengan mudahnya kita menemui kampus guru.

Fasilitas perpustakaan sekolah di Finladia ciamik luar biasa, nyaman dengan buku-buku yang up to date. Bagaimana perpustakan-perpustakaan sekolah di Indonesia? Kalaupun ada yang bagus biasanya hanya ada di kota-kota besar. Pihak sekolah dan pemerintah kota Finlandia  memiliki program” diploma membaca” anak-anak dimotivasi untuk membaca buku 6, 12, bahkan 24 buku setahun.

Buku-bukunya disiapkan oleh perpustakaan disesuaikan dengan usia dan kelas. Pada akhir tahun mereka akan menerima piagam diploma membaca sesuai dengan jumlah buku yang dibaca. Bagaimana di sekolah-sekolah kita? Apakah ada kepedulian sekolah dan pemerintah kota? Jangan heran kemampuan litarasi sangat rendah.

 Anggaran pendidikan dialokasikan sangat besar. Bisa mencapai 43 persen yang ditanggung oleh pusat dan sisanya oleh daerah. Setiap jenjang pendidikan nialinya tidak sama. Indonesia masih 20 persen dari APBN itupun masih dibagi-bagi lagi ke kementerian dan lembaga lain.

Pemerintah daerah juga belum semua menganggarkan 20 persen di APBD. Belum lagi anggaran itu kadang-kadang tidak tepat sasaran. Yang dibutuhkan apa, yang dianggarkan apa.

Anggaran berbasis proyek bukan kebutuhan. Pemerintah mengganti kurikulum dan mengganggap akar utama pendidikan kita jalan di tempat karena  kurikulum dan mengadopsi kurikulum negara-negara maju termasuk Finlandia.

Masalah terbesar kita sesungguhnya bukan seperti negara itu. Mereka sudah tidak lagi berjuang dengan mutu sekolah, fasilitas yang tidak sama, carut marut guru, kemiskinan siswa. Negara itu sudah selesai dengan masalah-masalah tersebut.

Contoh Vietnam

Dengan demikian menjadikan Finlandia sebagai kiblat pendidikan kita kita sangat tidak sesuai, keliru dan sesat. Selesaikan dulu masalah-masalah dasar yang membelit baru bisa menyama-nyamakan dengan negara itu.

Sebaiknya kiblatnya diganti saja dengan Vietnam, negara yang lebih miskin dari Indonesia namun rangking PISA tahun 2015 diperingkat 8 dan 2018 juga diperingkat tinggi meskipun tidak dipublikasikan karena Vietnam mengikuti paper test bukan computer tes.

Mengapa Vietnam tiba-tiba berlari meninggalkan Indonesia? Perlu dikaji secara mendalam ketimbang sibuk meniru-niru Finlandia yang sudah tidak lagi berurusan dengan masalah-masalah dasar pendidikan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.