Agama, Sesuatu yang Indah tetapi Dibuat Buruk

Keragaman agama yang ada di Indonesia Source : https://retizen.republika.co.id/posts/15921/keanekaragaman-agama-di-indonesia
Sumber :
  • vstory

VIVA – Indonesia merupakan salah satu negara yang d idalamnya terdapat berbagai macam keragaman, seperti agama, budaya, hingga suku bangsa. Di Indonesia sendiri terdapat 6 macam agama di antaranya Islam, Kristen Protestan, Katholik, Budha, Hindu, dan Konghucu.

Sosok Jenderal TNI Bintang 1 Termuda, Eks Pentolan Grup 2 Kopassus

Islam menjadi agama yang paling banyak dianut oleh masyarakat Indonesia. Kemudian kedua yang paling banyak dianut adalah Kristen Protestan, yang ketiga Katholik, yang keempat Hindu, yang kelima Budha, dan yang terakhir adalah Konghucu.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) pada web dataIndonesia.id, jumlah penduduk muslim di Indonesia sebanyak 238,09 juta jiwa per 31 Desember 2021. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa kurang lebih 86,93 ?ri jumlah total masyarakat Indonesia merupakah pemeluk agama muslim.

Cek Fakta: Timnas Uzbekistan Diblacklist AFC dan FIFA karena Pakai Doping

Sebanyak 20,45 juta jiwa atau 7,47% memeluk agama Kristen Protestan. Kemudian agama Katholik sebanyak 8,43 juta jiwa atau 3,08%. Agama Hindu sebanyak 4,67 juta jiwa atau 1,71%. Umat Budha sebanyak 2,03 juta jiwa atau 0,74%. Yang terakhir agama Konghucu sebanyak 73,63 ribu jiwa atau 0,05%, dan sisanya menganut kepercayaan setempat.

Banyaknya kepercayaan yang ada di Indonesia merupakan salah satu keragaman yang bisa menambah keindahan yang ada di negeri ini. Akan tetapi keragaman kepercayaan yang ada di Indonesia juga bisa menyebabkan terjadinya hal-hal di luar sebuah keindahan. Di Indonesia sendiri perbedaan agama yang ada juga sering menimbulkan terjadinya kejadian-kejadian yang membuat citra sebuah agama yang penuh keindahan, kebaikan menjadi buruk, dan merugikan orang.

Kado Mewah SYL untuk Undangan Nikahan yang Pakai Dana Kementan, Ada Bros dan Cincin Emas

Salah satu kejadian yang merusak citra keindahan sebuah agama adalah konflik antar agama. Banyak sekali konflik pernah terjadi di Indonesia yang disebabkan oleh perbedaan agama yang ada. Di antaranya ada Konflik Ambon, konflik antar agama Islam dan Nasrani terjadi di Ambon pada tahun 1999. Konflik tersebut bermula dari peristiwa pemalakan kepada warga nasrani yang dilakukan oleh dua orang muslim. Kemudian konflik semakin memanas setelah banyak isu isu menyebar dan menyebabkan amarah kedua belah pihak semakin memanas. Akibat dari konflik ini menyebabkan 12 orang tewas dan ratusan orang luka-luka. Konflik Ambon kemudian bisa mereda setelah adanya rekonsiliasi yang dilakukan oleh pemerintah setempat.

Konflik karena adanya perbedaan agama selanjutnya ada Konflik di Lampung Selatan. Konflik agama di Lampung Selatan ini terjadi antara agama Islam dan Budha. Di Lampung Selatan terdapat dua desa yang bernama Desa Balinuraga yang mayoritas dihuni masyarakat bergama Budha, dan Desa Agom yang mayoritas dihuni masyarakat beragama Islam.

Konflik ini bermula dengan adanya gadis dari Desa Agom yang digoda oleh pemuda dari Desa Balinuraga. Kejadian tersebut menyebabkan warga Desa Agom tidak terima dan melakukan penyerangan kepada Desa Balinuraga. Warga Desa Balinuraga yang merasa tidak terima kemudian membalas penyerangan tersebut. Banyak terjadi korban dari adanya konflik ini. Konflik kemudian bisa diselesaikan dengan proses mediasi.

Selain dua konflik agama di atas sebenarnya masih banyak lagi konflik yang terjadi karena perbedaan agama di Indonesia. Konflik antar agama ini bukan karena kesalahan ajaran agama yang mereka ikuti. Berkali-kali kita mendengar dan mengetahui bahwasannya setiap ajaran agama itu baik, yang tidak baik itu hanya sikap pengikutnya. Atau bisa dikatakan jika agama bisa menjadi salah satu penyebab konflik karena pemeluknya masih belum memahami ajaran agamanya. Dalam setiap agama pasti ada saja pengikut yang menjalankan ajaran agamanya meleset dari yang seharusnya dilakukan.

Salah satu contoh dari penyimpangan ajaran agama yang sering kita jumpai adalah terorisme. Beberapa umat muslim meyakini jika tindakan terorisme termasuk dalam jihad. Akan tetapi pandangan tentang jihad tersebut tidak mereka pahami secara komprehensif, dan mereka cenderung untuk mengadopsi konsep jihad tersebut hanya semata-mata peperangan fisik melawan “musuh” atau orang-orang yang tidak seide dan sepikiran dengan mereka dengan melalui tindakan teror.

Menurut pendapat Ma’ruf Amin di sebuah tulisan Kasjim Salenda, wawasan keberagamaan yang sempit dan juga penyalahgunaan simbol agama bisa menjadi penyebab aksi teror yang terjadi.

Beberapa orang-orang yang melakukan aksi teror bentuk jihad merupakan sebagian umat Muslim yang tidak memiliki dasar ilmu keagamaan yang mereka peroleh secara formal. Akan tetapi perbuatan teror mereka tersebut hanya berbekal dari pengajian dan juga pertemuan yang ada di masjid-masjid. Kegiatan terorisme ini sering mengakibatkan konflik karena menyeret orang-orang yang tidak bersalah dan menjadi korban.

Penyebab lain masih sering terjadinya konflik agama di Indonesia adalah sikap masyarakat yang masih mementingkan diri sendiri atau juga menganggap bahwa agama yang mereka anut yang paling benar. Terkadang sikap masyarakat yang menganggap jika agama yang mereka yakini adalah yang paling baik berasal dari provokasi-provokasi tokoh pemimpin agama.

Tokoh pemimpin agama yang seharusnya bisa mengajar pengikutnya untuk menjadi toleran dan tidak memprovokasi malah melakukan hal sebaliknya. Seorang pengikut yang terlalu terobsesi dengan pemimpinnya akan mengikuti apa yang dikatakan oleh pemimpinnya, baik itu baik maupun buruk.

Faktor lain dari penyebab agama bisa menjadi sebuah penyebab konflik adalah sikap masyarakat yang masih bertindak semau mereka sendiri tanpa mengikuti kaidah yang ada. Masyarakat tipe seperti itu masih banyak di Indonesia. Dalam melakukan atau bertindak sesuatu mereka menggunakan dasar yang mereka yakini dan akui benar walaupun keyakinan mereka tersebut tidak sesuai dengan kaidah yang ada.

Dengan melakukan tindakan tanpa mengikuti kaidah yang ada akan menyebabkan konflik dalam masyarakat. Masyarakat yang seenaknya sendiri tentu akan bertentangan dengan masyarakat yang bertindak sesuai dengan kaidah yang ada dan berlaku.

Di masa yang penuh kemajuan ini sudah seharusnya agama yang hakikatnya mengajarkan kebaikan harus mengajarkan kebaikan juga, bukan sebaliknya. Kita sebagai generasi muda harus bisa membantu untuk mempertahankan hakikat agama yang mengajarkan kebaikan, agama yang berisi keindahan.

Kita bisa menghindari sikap seenaknya sendiri, mementingkan diri sendiri, menganggap keyakinan kita paling baik, dan sikap lain yang bisa menyebabkan konflik agama. Generasi muda harus mengedepankan sikap toleransi, saling memahami, saling menghormati, tidak mudah terprovokasi sesuatu tanpa tahu kebenarannya. Dengan kita menerapkan sikap-sikap tersebut perbedaan agama yang ada di Indonesia akan tetap bisa menjadi sebuah keindahan yang bisa dibanggakan. (Novita Kristina, Mahasiswi Sosiologi, Universitas Sebelas Maret)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.