Menelaah Gerakan Feminisme

- vstory
4. Tidak mempercayai pernikahan
Anggapan dan kekeliruan yang paling sesat adalah bahwasannya Feminisme tidak percaya akan adanya pernikahan. Seakan-akan Feminisme adalah makhluk yang hidup tanpa kebutuhan biologis dan kasih sayang dari lawan jenis. Nyatanya banyak para feminis di luar sana yang mempunyai rumah tangga yang bahagia. Pernikahannya justru berisikan nilai individu dan sosial yang setara diantara keduanya. Jelas tidak ada penolakan khusus atau apapun di dalam Feminisme.
Bagaimana peran Feminisme dalam memajukan pola pikir masyarakat di Indonesia?
Feminisme bukanlah sesuatu yang abstrak dari kita. Pendidikan feminis dibutuhkan untuk menumbuhkan pikiran kritis dan komitmen terhadap isu-isu perempuan di Indonesia. Dan para feminis perlu melakukan konsolidasi gerakan sehingga Feminisme dapat dibumikan secara masif.
Feminisme sebagai sebuah gerakan atau ide tentang keadilan dan kesetaraan tetap hidup di tengah-tengah tumbuhnya konservatisme di Indonesia. Feminisme adalah Indonesia, tidak datang dari barat melainkan dari rahim Indonesia. Dan kebudayaan yang menghargai perempuan itu sudah ada sejak lama. Sehingga narasi tentang Feminisme bukanlah sesuatu yang tabu maupun asing lagi. Feminisme hadir untuk membongkar ketidakadilan. Dan metode feminis adalah bagaimana feminis itu diajarkan di luar maupun di dalam kelas.
Solusi sebagai penulis atas permasalahan pro dan kontra mengenai Feminisme adalah sebaiknya pemerintah lebih peduli terhadap hak-hak perempuan, agar tidak terjadi kesenjangan di dalam masyarakat. Pemerintah juga perlu melindungi perempuan dari bahaya seksisme yang biasa terjadi di lingkungan masyarakat maupun fasilitas umum.
Upaya yang dapat dilakukan adalah menambah gerbong atau tempat duduk khusus wanita, ataupun membuat lahan parkir khusus wanita. Dan yang paling penting pemerintah perlu memberi edukasi kepada masyarakat khususnya laki-laki untuk menjauhi kebiasaan seksisme di tempat umum agar tidak terjadi lagi kasus pelecehan di ranah publik