Menekan Pernikahan Dini dengan Program KEJARI

Pernikahan dini/anak.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pernikahan dini merupakan pernikahan yang berlangsung pada umur di bawah usia reproduktif yaitu kurang dari 21 tahun pada wanita dan kurang dari 25 tahun pada pria.

Nikah Diam-diam, Budi Doremi Diduga Hamili Istri Lebih Dulu?

Pernikahan di usia dini sangatlah berpengaruh terhadap Kesehatan mental maupun kesehatan produksi terutama perempuan. Dilihat dari kesehatan mental seseorang yang melakukan pernikahan dini kebanyakan tidak siap mental mulai dari emosi yang belum stabil, pikiran masih labil dan belum dewasa, masalah keuangan, tuntutan melayani suami dan menjadi ibu rumah tangga dan lainnya. 

Hal tersebut bisa menjadi sebuah tekanan dan bisa menimbulkan stres nantinya. Nah, jika dilihat dari sisi kesehatan reproduksi, reproduksi wanita belum cukup matang  jika berusia di bawah 20 tahun. Jika melakukan pernikahan dini dilakukan seorang wanita bisa lebih besar risikonya mengalami berbagai penyakit reproduksi seperti kanker serviks, kanker rahim, dan lainnya.

Batalkan Aksi Relawan Turun ke Jalan Jelang Putusan Sengketa Pilpres di MK, Prabowo Tuai Pujian

Sementara itu, menurut laporan penelitian mengenai pernikahan dini  yang dilakukan oleh Pusat Kajian dan Advokasi Perlindungan dan Kualitas Hidup Anak (Puskapa) bersama UNICEF, Badan Pusat Statistik (BPS), dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) di tahun 2020 bahwa angka pernikahan dini Indonesia menduduki peringkat 10 tertinggi di dunia.  Data BPS sendiri menyebutkan jumlah pernikahan dini diperkirakan mencapai 1.220.990 anak di Indonesia.

Cukup banyaknya angka kejadian pernikahan dini membuat seorang bidan bernama lengkap Anita Fika yang bekerja sebagai bidan pelaksana di puskesmas Candi, Prikungku, Pacitan Jawa Timur, memiliki ide untuk membuat inovasi baru kesehatan yaitu  program KEJARI.

Terekam CCTV Cabuli Gadis Panti Asuhan, Ketua PSI Gubeng Surabaya Dicokok Polisi 

KEJARI ini adalah Kelas Edukasi Remaja Putri yang bertujuan untuk memberikan edukasi kepada remaja putri sehingga bisa menekankan angka pernikahan dini, pemantauan gizi remaja putri, Intervensi dan penemuan pada kasus penyakit anemia, pencegahan penyakit tidak menular (PTM), dan  meingkatkan kedekatan remaja dengan orang tua.

Menurut bidan Fika, di daerahnya sendiri Pacitan, angka kejadian pernikahan dini cukup tinggi dan hal tersebut kebanyakan dikarenakan hamil di luar nikah. Oleh karena itu dia berharap melalui program ini anak-anak remaja khususnya remaja putri teredukasi sehingga mereka sadar bahwa hamil itu berat. Ketika hamil perlu banyak yang dipersiapkan mulai dari persiapan fisik, mental, dan lainnya.

Nyatanya program KEJARI ini memberikan dampak positif terhadap pelayanan publik sendiri, yaitu menurunnya kasus pernikahan dini dan kehamilan tidak diinginkan pada remaja putri, meningkatnya jumlah remaja yang teredukasi (mengenai kesehatan reproduksi, persiapan pranikah dan buku KIA), meningkatnya jumlah remaja yang terpantau status gizinya, menurunnya kejadian anemia pada remaja, dan meningkatnya jumlah kunjungan konseling remaja,  yang secara langsung berdampak pada peningkatan cakupan program kesehatan.

Harapan untuk ke depannya program KEJARI ini bisa dilaksanakan bukan hanya di wilayah Pacitan saja, namun di seluruh Indonesia dengan harapan angka kejadian pernikahan dini semakin berkurang.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.