Korelasi Pemikiran Sosialisme Karl Marx dan Ajaran Nabi Muhammad

- vstory
Pada sila ke-5 yang berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”, mempunyai korelasi juga dengan poin sosialisme yang mengedepankan asas keadilan untuk masyarakatnya.
Bahkan presiden pertama Indonesia yakni Soekarno, mempunyai kedekatan khusus dengan kalangan komunis, yang kemudian ia rintis untuk menggabungkannya dengan paham Nasionalis dan Agamis yang kemudian muncul ideologi baru yang disebut Nasakom.
Dalam pandangan Islam, Sosialisme yang dibawa Marx ini sebenarnya tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad.
Dalam catatan sejarah, ketika awal penyebaran Islam di Mekah, sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, tercatat bahwa masyarakat Mekah saat itu sebagian besar adalah kalangan kapitalis, menolak agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad dengan alasan takut atas ajaran egaliter atau tanpa kelas yang ditawarkan.
Persoalan antara kaum elit Mekkah dan Nabi Muhammad bukan semerta-merta seperti apa yang kita pahami selama ini. Yakni persoalan atas warisan nenek moyang mereka. Karena pada hakikatnya, mereka mengakui bahwa Allah SWT yang telah memerintahkan Nabi Ibrahim dan Ismail untuk membangun Kakbah.
Namun penolakan mereka terhadap Nabi Muhammad, bersumber pada ketakutan mereka terhadap konsekuensi sosial ekonomi yang diajarkan. Yang melawan segala perbudakan, penimbunan harta, pemborosan dan segala jenis dominasi ekonomi lainnya.
Inilah karakteristik sosialisme islam yang dihadirkan untuk membebaskan kaum lemah dan tertindas, mengedepankan hak-hak manusia yang mencakup kesetaraan, keadilan sosial, dan juga persaudaraan.