Pengertian Aset di Masa Inflasi, Tantangan Pekerja Muda Indonesia

ilustrasi uang dolar
Sumber :
  • vstory

VIVA – Zaman old, aset disebut simpanan. Misalnya deposito, tanah, rumah, pekarangan untuk empang, dan lain-lain.

Deposito

Deposito sekarang bukan disebut aset simpanan. Misalnya deposito seseorang Rp10 miliar, gara-gara depresiasi USD satu bulan di Juli 2022 tergerus 5% kerugian akibat exchange rate adalah hilang Rp500 juta.

Deposito sekarang adalah liability, makan banyak ongkos tergerus inflasi, depresiasi, devaluasi.

Kita pikir depresiasi tidak mengakibatkan inflasi. Itu menurut BPS badan pusat statistik. Anda cek harga Avanza bulan lalu naik Rp10 juta.

Rumah dan tanah

Ada pemilik rumah setara dengan Rp60 miliar.

Dijual pun tidak laku. Disewakan pun terbatas hanya yang di prapatan.

Akibatnya bayar PBB, terakhir saya bayar Rp17 juta per empat tahun. Kalau rumahnya Rp60 miliar PBB-nya bisa sampai Rp50 juta per tahun.

Rumah dan tanah bukan berarti aset, kenapa?

Uang sudah kehilangan fungsi alat simpan. Dengan demikian, faktor velocity atau Kecepatan putaran uang menjadi kuncinya.

Pengantin atau rumah duluan?

Ya mana duluan, antara beli tanah, atau cari pengantinnya? Artinya kuncinya pemilik lahan adalah kecepatan menemukan pembeli.

Misalnya, ada real estate developer menanyakan tanah kepada saya, Walaupun saya tawarkan tanah cantik di dekat BSD pun dia menolak.

Rupanya budget rumah developer zaman now sekitar Rp100 ribu - Rp 200 ribu. Perputaran uang di pembebasan lahan mereka sekitar Rp10-20 miliar per bulan.

Anak didik semakin jauh dari lingkaran supremasi kapital, wirausaha untuk kurangi pengangguran

Untuk menekan tingkat pengangguran terdidik, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) serta Kementerian Keuangan pada tahun ini telah meluncurkan program Wirausaha Merdeka yang diselenggarakan di 17 kampus.

Universitas Prasetiya Mulya, sebagai salah satu pelaksana program, membuka kesempatan bagi mahasiswa dari universitas lain dari seluruh Indonesia untuk bergabung mengikuti program tersebut.

Tantangan pekerja muda Indonesia

Saat mulai bekerja, mereka mendapatkan upah $500-1.000 di mana upah benefit tersebut tidak memadai. Alhasil pekerja muda kurang happy dan tidak betah.

Indikator kurangnya level gaji karyawan adalah semakin banyak pekerja muda membeli rumah subsidi.

Zaman old rumah subsidi untuk pekerja level bawah, sekarang level menengah pun tidak bisa mengejar harga rumah real estate.

BI Buka-bukaan Alasan Rupiah Melemah Nyaris Tembus Rp 16.000 Per Dolar AS 

Konsekwensi sistem kapitalis

Sistem ini memang memberi privilege kepada pemilik kapital. Oleh karena itu, lebih baik kita mulai berubah.

Stafsus Mendagri Hasibuan Hadiri Silaturahmi dan Buka Puasa Bersama Lintas Etnis di Kota Medan

Para pemilik kapital sekarang usia 80 tahun ke atas. Mereka zaman old era 1985-an disebut pengusaha Tapos. Sekarang 40 tahun berlalu usia mereka sepuh.

Oleh karena itu yang bisa berkenalan dengan para sepuh adalah mereka yang mulai pensiun. Mereka masih paham kisah para pengusaha zaman Pak Harto.

Banyak Aset Milik Andhi Pramono yang Disita KPK, Totalnya Capai Rp76 M di Kasus TPPU

Anak-anak muda sekarang ini tidak bisa mandiri. Ini akibat dari sistem kapitalis yang mengerucut kepada pemilik kapital.

Dosen universitas sekarang semakin proletariat, dekat dengan sosialis seakan-akan ilmu dagang bisa digratiskan. Bahkan dosen sendiri tidak dekat dengan pebisnis sebagai konsultan. Akibat dari semakin jauh anak didik dari lingkungan lingkaran supremasi kapital, mereka gagap menghadapi situasi.

Dalam Masyarakat pun terjadi sikap mental yang keliru di mana kita protes terhadap dominasi kekayaan pemilik kapital. Tentu saja anggapan ini keliru. Dari zaman Diponegoro kekayaan mengerucut kepada bangsawan. Sekarang kekayaannya dipegang oleh pejabat sipil. Justru kita yang harus masuk ke lingkaran itu.

Tugas orang tua pensiunan zaman now adalah menjadi jembatan kepada para pemilik kapital.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.