Kisah Sarip Tambak Oso yang Melegenda

Salah satu kliping koran berbahasa Belanda, Het Vaderland, 4 Maret 1912 yang memuat berita kematian Sarip. (sumber delpher)
Sumber :
  • vstory

VIVA – Pertengahan Agustus lalu di Sidoarjo ramai dibicarakan penemuan makam Sarip Tambak Oso, sang pemberontak kolonial dari Waru. Pasalnya, makam sang pemberontak ini masih menjadi perdebatan di kalangan sejarawan di Sidoarjo. Tapi, tim khusus utusan Bupati Sidoarjo, Ahmad Muhdlor Ali ini mengklaim baru saja menemukan makam Sarip.

Seniman Ludruk Curhat Sepi Manggung, Cak Imin Gercep Telepon Bupati Sidoarjo

Tim ini merupakan utusan Bupati Sidoarjo, Ahmad Muhdlor Ali yang diberi tugas menggali sejarah-sejarah kota Delta. Kata salah seorang anggota tim, berbekal dokumen atau kliping koran berbahasa Belanda, De Locomotive yang terbit tahun 1912 akhirnya jejak makam Sarip Tambak Oso bisa terlacak.

Di bagian akhir berita berbahasa Belanda tentang kematian Sarip disebutkan bahwa jenazah Sarip dibawa ke Sidoarjo untuk diperlihatkan kepada penguasa Sidoarjo. Bahwa Sarip si bandit ini sudah meninggal dunia. Ini saja yang tertulis di bagian akhir berita berbahasa Belanda dengan judul De Dood Van Sarip.

5 klub Sepakbola yang Sering Tampil di final liga champions, Real Madrid Teratas?

Perlu diketahui, Sarip ini aslinya warga desa Tambakrejo kecamatan Waru. Hanya saja aktivitasnya lebih banyak di desa Tambak Oso (sebelah utara desa Tambakrejo). Dalam kesehariannya, Sarip lebih banyak melakukan hal-hal yang merugikan kolonial Belanda, di antaranya tidak mau membayar pajak tanah yang menurut Sarip terlalu tinggi.

Mencuri bahkan merampok para centeng/kaki tangan Belanda bahkan Sarip juga yang menentang program tanam paksa berupa penanaman tanaman tebu di sebagian lahan warga yang masih berupa sawah. Tanam paksa tebu ini untuk menunjang pabrik tebu milik Belanda serta pengusaha. Hasil berupa gula inilah komoditi ekspor yang sangat besar dan menjanjikan banyak devisa bagi Belanda.

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang! Harga Limitnya Rp809 Juta

Sarip juga sering membagikan hasil rampokan atau curian ini kepada warga desa sehingga bagi sebagian warga Sarip dianggap sebagai pahlawan.

Akibat ulah Sarip inilah, Belanda kewalahan sehingga menjulukinya bandit hingga suatu saat di tanggal 30 Januari 1012 Sarip berhasil ditembak dan mayatnya dibawa ke Sidoarjo.

Dari studi literasi dan wawancara yang penulis lakukan pada tahun 2020 lalu tentang Sarip ini, didapat hasil bahwa makam Sarip belum bisa dipastikan di mana letaknya. Selain di Kwadean (Sidoarjo kota) makam Sarip juga dipercaya ada di dekat flyover Buduran (depan SMAN 1 Sidoarjo) serta di makam umum belakang masjid besar desa Tambak Oso.

Semua ini hanya bersifat perkiraan karena penulis juga belum memastikan dengan alat deteksi karbon terkait benda-benda yang berkaitan dengan Sarip. Misalnya dengan menggali makam yang dipercaya itu makam Sarip, entah dari sisa-sisa tulang belulang ataupun benda-benda pribadi yang ditemukan di lahan makam tadi diuji kandungan unsur karbonnya untuk mengetahui umur.

Sehingga penulis, saat itu tidak memastikan kalau itu makam Sarip. Tapi kalau benda-benda yang pernah dipakai Sarip memang ada yakni berupa sumur (letaknya di belakang bekas rumah Sarip pinggir sungai Buntung) dan tanah pekarangan bekas rumahnya orang tua Sarip. Semua ini didapat dari kerabat Sarip yang pernah penulis wawancarai sekira tahun 2003 lalu.

Upaya untuk menguak keberadaan Sarip ini juga pernah dilakukan oleh salah seorang anggota dewan Sidoarjo, almarhum Aminulloh Hasan. Cak Amin, sapaan akrabnya, pernah minta bantuan pelukis khusus dengan mata batin untuk melukis sosok Sarip. Hasil lukisannya berupa sosok pemuda berbadan tegap, kulit bersih berselempang sarung dengan latar belakang persawahan.

Penulis juga pernah wawancara oleh salah seorang warga desa Tambak Oso yang mengaku kalau kakek buyutnya dulu memakai jasa Sarip untuk mengawalnya saat berdagang. Baik dari arah Jombang atapun Malang, Sarip selalu mengawalnya karena ilmu beladiri Sarip termasuk pintar.

Bila ada berita tentang penemuan makam Sarip tahun 2022 ini, penulis rasa kok terburu-buru ya. Apakah sudah diuji kandungan umur karbon? Atau ada literasi lain yang menyebutkan kalau Sarip dimakamkan di makam Kwaengan Sidoarjo? Apa karena makam di Kwadengan ini dekat dengan alun-alun Sidoarjo lantas dianggap Sarip dimakamkan di sini? Sepertinya masih butuh riset panjang untuk memastikan makam Sarip Tambak Oso ini.

Yang pasti, keberadaan Sarip ini sangat melekat di hati warga desa di kawasan tambak di Kecamatan Waru, tak peduli sebagai pengacau keamanan ataupun pembela kebenaran bagi warga. Kisah Sarip Tambak Oso sangat melegenda hingga banyak dilakonkan di pertunjukkan ludruk ataupun sandiwara-sandiwara di sekolah-sekolah di wilayah Jawa Timur.  

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.