Kesalahan Utama dalam Menghadapi Konglomerat

Konglomerat Indonesia (Foto/AWSome Studio)
Sumber :
  • vstory

VIVA  - Take and give. Banyak orang terutama di level menengah percaya take and give. Konsep take and give hanya ada di buku Philip Kotler, ada penawaran dan permintaan.

Cinta Bertepuk Sebelah Tangan: Kisah Denny Sumargo Beli Rumah Dekat Sandra Dewi

Konglomerat tidak pernah bisa ditembus, oleh karena itu tidak bisa take and give. Itu seperti Anda ketemu sekretaris. Ya apa yang bisa dikerjakan? Tidak ada. Persis ketemu CCTV.
Begitu banyak yang kita tawarkan, namun begitu sedikit saja reward yang kita terima. Ya. Karena di dalam istana Raja, begitu banyak kelimpahan hasilnya kekuasaan.

Prestasi, dan merit system. Banyak orang berpikir bahwa konglomerat menghargai konsisten dan komitmen, serta menghargai prestasi dan senioritas. Tidak.

3 Alasan Wajib Nonton Drama Korea Bitch x Rich, Kisah Pembunuhan Misterius di Sekolah Elite

Begitu banyak direktur dan konsultan mereka sudah fool proof, anti kesalahan. Mereka punya lulusan perguruan tinggi asing terbaik. Apapun prestasi Anda. Ada yang lebih tinggi di dalam perusahaan. Untuk bisa menembus konglomerat, Anda Perhatikan di dalam istana Raja ada orang Kasim. Ya, dikebiri.

Mereka diberi keleluasaan masuk istana bilamana dipastikan Anda tidak membahayakan. Dalam arti Anda tidak bisa menggunakan pedang di dalam istana, namun berlaku unsur-unsur lainnya.

Pernikahan Mewah Senilai Rp457 Miliar, Pengantin Wanita Kenakan 100 Gelang Emas

Selama ada insting membunuh, seorang jenderal tidak pernah diundang ketemu Raja. Untuk bisa menjadi jenderal bintang tiga atau empat, dibutuhkan konsepsi Kekuasan, yaitu mengendalikan kelanggengan para pihak-pihak pemangku kuasa. Selama ada keinginan untuk membunuh, berarti di mata Raja, kita tidak mampu berpikir kemenangan tanpa perang.

Pola pikir konglomerat beda dengan kita. Pada saat kita tidak punya kekayaan, maka segalanya diukur atau ditukar dengan uang. Segalanya ada harga. Ada pertukaran yang mata uang nya adalah duit.

Mata uang konglomerat bukan uang. Pada saat mereka bisa mengumpulkan kekayaan setara puluhan triliun ukuran mata uang yang dipertukarkan adalah Misi. Ya bilamana mereka ada misi tertentu, baru mereka berinteraksi dengan kita. Apakah misi mereka? Nah itulah kuncinya.

Pada prinsipnya permainan mereka pemilik kapital, pemegang kekuasaan adalah peraturan pemerintah. Artinya mereka yang menguasai peraturan. Dan mereka yang sengaja berkelit dari peraturan. Inilah disebut sistem kekuasaan kapital.

Bedanya mereka adalah ada yang pelat kuning, melanggar atau menabrak peraturan di siang bolong, ada yang pelat hitam, pintar menutup kerahasian.

Ada yang pelat merah, membeli peraturan. Dari waktu ke waktu mereka membersihkan virus Pelanggaran hukum. Pada saatnya industri hukum runtuh, mereka tidak bisa mempertahankan habitat iklim usaha.

Dengan demikian, pada saat Intervensi konglomerat pada industri hukum runtuh, Contohnya pada situasi lembaga Polri disengat perang internal. Pada saat Hakim Agung dicokok KPK. Akibatnya konglomerat mencari solusi, mencari koreksi dengan melalui lembaga lain yang lebih efektif.

Sejak zaman jadul itu adalah militer. Ngomong soal militer ini, sejak zaman Gatot, hubungan militer - swasta dibubarkan.

Terakhir adalah pembubaran organisasi militer purnawirawan perwira menengah TNI di Group SCBD bubar.

Konglomerat yang memiliki privilege keistimewaan dengan Polri selama reformasi 20 tahun pun sekarang buyar. Gara gara Sambo-sambo dan 303 serta ditutup dengan Kanjuruhan. Otomatis mereka pun bergeliat menyusuri jalan masuk kembali.

Bila tidak bisa menembus Gatot, tidak pula Hadi, apalagi Andika, lalu bagaimana? Inilah quiz Who want to be millionaire.

Persepsi antara kelompok konglomerat disangka Jokowi tidak pro pengusaha besar. Inilah deception abad XXI. Kesalahpahaman ini memang berjalan menjadi misteri.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.