Bermain Sambil Belajar Memaksimalkan Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
- vstory
VIVA – Menanamkan kebiasaan belajar pada anak usia dini atau usia pra sekolah, seringkali dianggap menyulitkan bagi orang tua. Karena pada umumnya anak cepat merasa bosan saat belajar dan lebih memilih bermain dari pada belajar. Oleh karena itu, salah satu cara terbaik untuk menyiasatinya adalah dengan cara belajar sambil bermain.
Permainan yang seru dan menyenangkan, biasanya dapat membuat anak betah hingga berjam-jam, dibandingkan bila anak diminta untuk belajar. Karena itulah, konsep pembelajaran pada anak usia dini berprinsip pada belajar seraya bermain dan bermain sambil belajar, sebagaimana yang diterapkan di TK Islam At Tadzkiroh, Pondok Wage Indah 2 Sidoarjo, Jawa Timur.
Bermain bahkan dianggap sebagai kunci dari belajar. Para ahli mengungkapkan bahwa bermain dapat memperkaya proses belajar dan membantu mengembangkan kemampuan penting bagi anak. Melalui permainan, anak dapat mengembangkan semua potensinya secara optimal, baik potensi fisik maupun mental intelektual dan spiritual.
Oleh karena itu, bermain bagi anak usia dini merupakan jembatan bagi berkembangnya semua aspek. Dalam istilah psikologi, Joan Freeman dan Utami Munandar (1996) mendefinisikan bermain sebagai suatu makna yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik intelektual, social, moral, emosi maupun fisik. Demikian halnya dengan pendapat Hurlock (1978), bahwa bermain dapat berpengaruh terhadap perkembangan fisik, kreativitas, pengetahuan, tingkah laku sosial dan nilai moral anak. Awil dkk (2001) berpendapat bahwa: Metode bermain adalah salah satu metode pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak usia taman kanak-kanak sampai pada kelas rendah sekolah dasar. Kegiatan anak pada usia ini didominasi dengan bermain. Dalam bermain, anak tidak diajak berpikir tentang hasil, namun proses belajar lebih penting daripada tujuan akhir. Di sinilah kegiatan belajar sambil bermain dapat memaksimalkan tumbuh kembang anak, khususnya anak usia dini (usia pra sekolah)
Contoh kongkret kegiatan belajar sambil bermain pada anak usia dini yang dapat membantu memaksimalkan perkembangan dan pertumbuhannya antara lain :
a. Bermain peran. Dengan bermain peran, dapat membantu anak mengatasi egosentrisme, anak belajar empati, karena anak ditempatkan pada posisi orang lain.
b. Bermain dengan bahan yang dapat berubah bentuk sehingga mereka dapat mulai memahami perubahan bentuk, seperti tanah liat, plastisin/play-doh/malam. Bukan hanya memaksimalkan kemampuan motorik halus anak, hal ini juga dapat membantu anak mengembangkan kemampuan simbolik, jika mereka membentuk plastisin menjadi bentuk huruf, angka, bangun segi dan bentuk-bentuk lainnya.
c. Permainan penciuman dan rasa. Menutup mata anak dan memotivasi mereka untuk menebak sesuatu berdasarkan bau atau rasanya.
d. Bermain pasir dan air bisa menjadi awal pengenalan sains dan matematika, misalnya belajar mengenal bentuk air sebagai zat cair dan bisa diukur dalam wadah yang berbeda ukuran, bermain proses terjadinya gunung meletus, dsb.
e. Bermain dengan boneka, menggambar, melukis, berdandan, serta bermain dengan alat-alat permainan profesi, dapat mendorong kreativitas, imajinasi, dan mengekspresikan perasaan.
f. Menyusun balok dan puzzle atau permainan memilih bentuk, dapat membantu mengenali berbagai bentuk dan ukuran, cara menyusunnya, serta mengembangkan logika.
g. Bermain bola, menari, berlari, hingga memanjat, semuanya membantu mengembangkan gerakan tubuh, kekuatan, kelenturan, dan keterampilan koordinasi.
h. Board game sederhana (seperti ular tangga, monopoli, halma, dsb) dapat membantu mengembangkan anak untuk dapat bergiliran, berbagi, dan bergaul dengan orang lain.
i. Menyanyi dan memainkan alat musik sederhana membantu mengembangkan ritme dan mendengar.
Dengan melakukan kegiatan belajar melalui permainan sebagaimana contoh kegiatan di atas, maka anak dapat mempelajari banyak hal melalui imajinasi mereka, terjadi koordinasi antara pemikiran logis dan kreativitas pada otak anak, sehingga proses tumbuh kembang anak dapat berkembang dengan maksimal.
Namun demikian, bukan berarti bahwa belajar sambil bermain merupakan satu satunya faktor yang dapat memaksimalkan tumbuh kembang anak. Masih banyak faktor lain yang tak kalah pentingnya dalam memaksimalkan tumbuh kembang anak. Di antaranya adalah :
a. Asupan Nutrisi. Makanan yang bergizi, buah-buahan, sayuran, biji-bijian, olahan susu serta lauk pauk yang kaya akan protein, dibutuhkan anak untuk membentuk struktur otak dan fungsi tubuhnya.
b. Stimulasi Gerak Anak. Hal ini bermanfaat untuk merangsang fungsi otak menjadi lebih baik. Hindari penggunaan seluler ataupun gadget, karena ini bukan alat untuk merangsang proses tumbuh kembang anak yang sebenarnya.
c. Perlindungan Tubuh. Melindungi diri anak dari berbagai penyakit adalah poin penting dari proses tumbuh kembang anak selanjutnya. Imunisasi merupakan langkah tepat untuk melindungi anak dari infeksi penyakit menular.
d. Mental Tangguh Anak. Dengan mental yang kuat, anak akan tumbuh menjadi anak yang mandiri dan berani. Biarkan anak menentukan pilihannya, ajarkan kemampuan sosial, berikan contoh secara langsung, ajarkan anak mengekspresikan perasaannya dan tumbuhkan rasa kepercayaan diri pada anak dengan menanamkan mindset bahwa anak mampu melewati berbagai rintangan jika anak berani untuk mencoba.
Tidak mudah memang menyamakan persepsi tentang pentingnya bermain sambil belajar bagi anak usia dini ini pada orang tua. Dimana hal ini menjadi salah satu hambatan terberat yang harus dihadapi oleh lembaga pendidikan anak usia dini. Ketika sudah sekolah di TK, anak masih belum mampu baca, tulis dan hitung, orang tuapun akan merasa khawatir. Khawatir anak tertinggal dari teman yang lain, khawatir anak tidak diterima di SD nantinya, sehingga menuntut sekolah agar anak bisa ini, bisa itu dan sebagainya. Tak jarang anak diikutkan les membaca, menulis dan berhitung di luar jam sekolah. Anak disibukkan dengan mengerjakan berbagai tugas, sehingga anak kehilangan waktu bermainnya.
Sebetulnya kekhawatiran ini sangat wajar, karena sudah menjadi sebuah fenomena nyata, bahwa ketika siswa masuk kelas satu SD, siswa sudah dihadapkan dengan berbagai materi pembelajaran yang penuh dengan bacaan dan hitungan kompleks. Sehingga ketika siswa belum bisa calistung dengan baik, maka akan tertinggal dari teman-teman seusianya yang sudah lancar calistung.
Hal lain yang menjadi hambatan bagi sekolah dalam pengembangan konsep belajar sambil bermain adalah metode pembelajaran. Guru atau pengajar anak usia dini, masih banyak yang menggunakan metode pembelajaran konvensional, di mana peserta didik lebih banyak mendengarkan penjelasan guru di depan kelas dan melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru, tanpa ada kegiatan bermain sebagai bentuk implementasi dari materi yang diajarkan, selama proses belajar berlangsung.
Kegiatan bermain hanya dilakukan saat jam istirahat, dengan tujuan agar siswa tetap fokus dan konsentrasi pada saat proses pembelajaran. Sehingga anak hanya belajar, belajar dan belajar, dan bermain bukan sebagai proses, namun hanya sebagai pelepas lelah anak setelah belajar. Terbatasnya sarana dan prasarana bermain, juga menjadi kendala dalam kegiatan belajar sambil bermain, sehingga anak menjadi bosan, karena jenis permainan yang ada, hanya itu dan itu saja.
Pada prinsipnya kendala-kendala tersebut masih dapat dieliminasi. Kesalahpahaman orang tua tentang konsep belajar sambil bermain, dapat dihilangkan melalui kegiatan Parenting yang diselenggarakan oleh sekolah. Melalui parenting orang tua mendapatkan wawasan tentang proses tumbuh kembang anak, baik perkembangan secara fisik, kognitif, emosi, social dan bahasanya, cara-cara memaksimalkan tumbuh kembang anak, termasuk prinsip belajar sambil bermain sebagai salah satu proses optimalisasi tumbuh kembang anak di sekolah.
Di samping itu pelibatan orang tua secara langsung dalam proses pembelajaran di sekolah, membuat orang tua memahami bagaimana proses belajar di sekolah, sehingga terjalin kerja sama dan merasakan makna, betapa pentingnya konsep belajar sambil bermain bagi proses tumbuh kembang anak usia dini.
Perkembangan dunia pembelajaran yang semakin pesat, menuntut guru agar semakin kreatif dalam melakukan pembelajaran di kelas. Sehingga mau tidak mau, guru harus banyak belajar, baik melalui seminar, bimtek, workshop maupun studi banding ke sekolah lain, sebagai upaya memaksimalkan proses tumbuh kembang anak di sekolah, khususnya melalui kegiatan belajar sambil bermain.
Media belajar sebagai sarana dan prasarana kegiatan belajar sambil bermain, sangat penting. Karena itu media belajar menjadi hal utama dalam keberhasilan proses pembelajaran. Apabila hanya mengandalkan alat permainan edukatif yang siap pakai, maka kegiatan bermain hanya terbatas pada itu-itu saja, sehingga anak akan mudah bosan. Untuk menyiasati hal tersebut, maka alat permainan edukatif dapat menggunakan media yang ada di sekitar dan mudah didapat (bahan loose parts), seperti batu, daun, ranting, barang bekas, dan sebagainya.
Anak bisa diajak bemain berhitung dengan menggunakan batu kerikil, memahami konsep panjang pendek menggunakan ranting, mengenal simbol angka dan huruf menggunakan tutup botol bekas yang disusun sesuai angka/huruf, mengukur tinggi badan dengan menggunakan tali raffia, mengenal macam-macam musik dengan menggunakan botol bekas diisi dengan biji-bijian, membuat rakit dari sedotan bekas dan masih banyak lagi kegiatan belajar sambil bermain dengan memanfaatkan bahan-bahan loose parts. Dengan media ini, anak menjadi lebih kreatif dan senang, karena anak dapat mengembangkan sesuai dengan imajinasinya, anak menjadi lebih aktif secara fisik, anak lebih terdorong untuk memecahkan masalah dan menemukan cara baru untuk melakukan sesuatu. Pada akhirnya, anak akan tumbuh dan berkembang dengan maksimal, baik secara fisik, motorik, kognitif, emosi, social maupun bahasanya.(Penulis Tantri Rahmawati, M.Psi., Psikolog, Pengasuh KB – TK Islam At Tadzkiroh Sidoarjo)