Antara Remaja Masjid, Jusuf Kalla, dan Perdamaian Dunia

Rapat Pleno PP PRIMA DMI di Gedung DMI Pusat pada Kamis malam, 15 Desember 2022.
Rapat Pleno PP PRIMA DMI di Gedung DMI Pusat pada Kamis malam, 15 Desember 2022.
Sumber :
  • vstory

VIVA – Perhimpunan Remaja Masjid (PRIMA) Dewan Masjid Indonesia (DMI) senantiasa berkontribusi aktif dalam usaha-usaha mewujudkan perdamaian dunia dan memelihara ketertiban global. Antara lain melalui pendekatan edukatif berbasis literasi ilmiah serta penggunaan teknologi audio visual berbasis media massa elektronik.

Hal ini menjadi amanat konstitusi, sebagaimana tertulis dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia (RI) Tahun 1945 alinea keempat. Tepatnya pada kalimat berikut: “....dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial...” Sejumlah isu perdamaian dunia pun dibahas secara konsisten dan berkelanjutan oleh Pimpinan Pusat (PP) PRIMA DMI.

Misalnya penjajahan zionis Israel terhadap bangsa Palestina, konflik dan perang berlarut-larut di Afghanistan, perang terbuka antara Federasi Rusia versus Republik Ukraina, dan konflik sosial dan politik di Timur Tengah. Masalah-masalah lainnya juga dibahas seperti intervensi militer Amerika Serikat dan North Atlantic Treaty Organization (NATO) di sejumlah negara seperti Afghanistan, Iraq, Libya, Iran dan Suriah, serta pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) terhadap etnik minoritas Muslim Uyghur di Provinsi Xinjiang, Republik Rakyat China (RRC).

Sebagai Ketua Bidang (Kabid) Luar Negeri dan Kemitraan Internasional PP PRIMA DMI, penulis berpendapat bahwa Pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945 pada alinea keempat itu merupakan pengejawantahan dari firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala (SWT) dalam kitab suci Al-Qur’an, Surat Al-Hujurat Ayat 13, yakni:

Artinya: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."

Dengan demikian, sesuai amanat Pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945 pada alinea keempat, maka perdamaian abadi menjadi salah satu fondasi utama dari terwujudnya ketertiban dunia, bersama-sama dengan dua fondasi utama lainnya, yakni kemerdekaan dan keadilan sosial. Tiga fondasi ini mustahil terwujud tanpa adanya rasa saling kenal-mengenal antar suku dan antar bangsa yang berbeda-beda di dunia.

Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an, Surat Al-Hujurat Ayat 13, maka munculnya aneka ragam suku dan bangsa di dunia ini merupakan kehendak Allah SWT. Tujuannya agar antar suku dan bangsa dapat saling kenal-mengenal, guna menjalin silaturahmi antar sesama manusia, ukhuwah Insaniyah. Penyebabnya, seluruh suku dan bangsa itu berasal dari satu keturunan yang sama, yakni Nabi Adam Alaihis Salam (AS) dan ibunda Siti Hawa. Konsekuensi logisnya, setiap suku dan bangsa memiliki derajat yang sama di hadapan Allah SWT, tidak ada diskriminasi dan keistimewaan khusus hanya karena perbedaan ras, adat istiadat, budaya, suku bangsa, dan negara. Satu-satunya hal yang membedakan setiap manusia di hadapan Allah SWT ialah derajat iman dan takwa kepada-Nya, bukan keunggulan tertentu berdasarkan ras, budaya, adat-istiadat, suku bangsa, dan negara.

Halaman Selanjutnya
img_title
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.