Banyak Orang Tidak Bisa Menggunakan Kekuasaan, Kenapa?

Ilustrasi pemilik kapital di Indonesia
Sumber :
  • vstory

VIVA - Saat terjadi kooptasi kapital, atau penjajahan kapital, maka beredar stigma kenapa orang China itu seperti memiliki power? Ya, kenapa? Kok bahkan seorang jenderal bisa terlihat mati gaya! .

Intervensi Kekuasaan Jadi Faktor Partisipasi pada Pilkada 2024 Rendah, Menurut Profesor Politik

Power itu adalah diberi (tahu) pemilik kuasa.

Nah, pemilik kuasa di Indonesia adalah pemilik kapital (harta).

ICW Catat 33 Provinsi Gelar Pilkada Terindikasi Kuat Punya Paslon Terafiliasi Dinasti Politik

Tanpa diberi (tahu) sangat mustahil ibarat seperti main bola kita ada di luar stadion.

Main kuasa (duit) paling tidak,

Sekjen PDIP Singgung Ada yang Berupaya Ubah Kedaulatan Rakyat Jadi "Kerajaan"

1. Bilamana duit kita cekak, maka kita tidak bisa masuk apalagi ikut main.
2. Walaupun kita sudah masuk, kita tidak bisa ikut main kecuali dikasih bola.

3. Seperti pertandingan, tim A lawan B tanpa tahu peta koneksitas, ya kita mau ikut tendang ke mana?

4. Akibat dari buta peta koneksitas, maka orang cenderung takut. Misal, orang takut ke konglomerat karena mereka di-backing jenderal.

Tanpa disadari itu semua fiksi.

Sehingga bilamana ada tulisan bahwa developer Agung Podomoro sakti didukung Jenderal Kartika, maka jangan dicoba. Bisa kelojotan beneran. Sehingga itu menjadi fiksi, sehingga hampir mustahil melawan mereka kecuali dilawan dengan fiksi. Halah.

5. Orang akhirnya hanya bisa melambung, seolah-olah dia punya kuasa A, atau kuasa B. Saat dicoba ternyata zonk!.

Asumsinya, bilamana ibarat mobil, tanpa masuk perseneling ya mesinnya mutar mutar doang tidak terhubung ke roda. Alias mesin blong.

Bila mesin Anda tidak masuk gigi perseneling, ya ibarat gigi ompong. Di gigit pun hanya geli.

6. Orang tidak takut dengan fiksi katanya katanya, ada orang profil WhatsApp nya foto dengan Jokowi. Ya foto di tengah jalan.

Orang juga tidak bisa berdasar pada asumsi, misal Alvin Lim advokat berasumsi ditolong Tuhan empat kali musuhnya satu satu jatuh mulai dari Nico Afinta, Iwan Bule, dirtipidsiber, Sambo semua dicopot. Ternyata sekarang masuk tahanan 4,5 tahun digigit jaksa.

Orang tidak bisa hanya bermodal gelar. Walaupun Pangeran Harry pun tetap harus kerja kontrak dengan reality show Netflix.

Walaupun ada didukung Tuhan pun, orang butuh otoritas negara! Butuh jaksa, polisi, KPK. Butuh fakta. Butuh akses. Tidak bisa asal bunyi

Orang juga banyak tanggung, menulis buku tanpa ada gigit dan greget, tidak bisa berani melihat kenyataan faktual terang-terangan. Masih ragu, takut, atau kurang paham.

Orang juga takut selamanya kecuali bisa berani. Berani tidak hanya ngomong, tetapi ditulis. Apalagi ditulis media atau di buku.

Orang tidak takut dengan katanya katanya, kecuali digigit beneran sekarang di depan orangnya. Bila tidak, ya ibarat ngaku ngaku belaka, ibarat ikan cupang. Tidak berasa gigitannya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.