Beragam Jalan Seseorang Merasakan Kebahagiaan

Ilustrasi wanita/bahagia.
Sumber :
  • Freepik/senivpetro

VIVA – Kebahagiaan adalah satu kata yang diinginkan banyak orang, bahkan mungkin semua orang. Sehingga orang melakukan berbagai cara untuk mencapainya. Ada yang mencarinya dengan bekerja keras mengumpulkan materi, agar bisa membeli semua yang diingini.

Dengan begitu, ia merasa bisa membahagiakan diri. Ada pula yang mencari kebahagiaan dengan berjuang membahagiaan orang-orang terkasih, sebab baginya kebahagiaan mereka adalah sumber kebahagiaan diri.

Tapi, selain itu, ada orang-orang yang hidup mengalir, menikmati dan mensyukuri apa pun yang hadir, dan bisa pula merasa bahagia karenanya. Pada intinya, setiap orang memiliki sumber bahagia berbeda-beda.

Kebahagiaan bisa bervariasi, berbeda-beda bentuknya, tergantung bagaimana orang memaknai kejadian-kejadian dalam hidupannya.  Di buku puisi terbaru berjudul Variasi Kebahagiaan & Beberapa Roman (Rua Aksara: 2020), terhimpun puisi-puisi tentang beragam bentuk atau variasi kebahagiaan.

Membacanya kita dibawa berselancar mengaruhi berbagai bentuk dan dimensi kebahagiaan, mengenali dan merasakan lipatan-lipatan perasaan yang menjadi sumber kelahirannya.

Di awal, kita dihadapkan pada sebuah puisi yang menggambarkan kesabaran dan ketabahan dalam menjalani kerasnya perjalanan kehidupan. Perjalanan hidup yang keras, sulit, dan dihadang berbagai persoalan, kerap membuat orang menyerah.

Di sini, rasa iri dan cemburu akan gampang hadir menggoda tatkala melihat orang lain hidupnya seolah nampak jauh lebih bahagia. Tapi, orang yang bijak akan tetap sabar, menikmati tiap jengkal perjalanannya sendiri, sampai semesta menjawab seluruh ketabahan tersebut dengan suatu kebahagiaan saat waktunya tiba nanti. Di titik ini, seseorang bahkan bisa merasakan percik-percik kebahagiaan pada tiap kesabarannya.  

Sastrawan Nasional - Internasional Meriahkan Festival Sastra Terbesar di Asia Tenggara UWRF Ke-19

Tapi aku tak ingin lekas diburu cemburu/sebelum segenap semesta menuntut kita/jadi pekarangan subur dengan krisan/warna-warni, juga segala yang diberikan alam; bukankah kita juga dikutuk sebagai bagian/orang-orang perindu kebahagiaan?

Hidup adalah perjalanan. Kejadian demi kejadian adalah pelajaran. Masa lalu adalah bekal memaknai hari ini dan membangun masa depan. Setiap orang mesti mampu mengambil saripati makna dan pelajaran dari tiap babak hidupnya.

Pelatihan Menulis Cerpen, Mengapa Remaja Perlu Menulis Sastra?

Seperih apa pun itu. Dari sana, orang bisa menemukan hikmah, serta membangun harapan masa depan, menepis segala kegelisahan yang membayang sekarang. Masa lalu kita serupa kota-kota yang kita/tanggalkan dalam peta perjalanan/namun mereka sebenarnya sungai yang mengaliri/kata-kata di pertaruhan nasib/sebetah apa kita mampu mengasuh/cara menggandakan kebahagiaan/memecah suara-suara gelisah masa kini.

Tiap babak hidup harus jadi bahan pelajaran yang dimaknai dengan rasa syukur dan dibarengi kesabaran. Dari sana, kebahagiaan bisa dirasakan. Maka ada benarnya sebuah ungkapan bahwa “bahagia kita sendiri yang ciptakan”.

Nostalgia Peristiwa Pengadilan Puisi 1974

 Selain puisi-puisi tentang kebahagiaan, buku ini juga berisi puisi-puisi roman yang berkisah percintaan. Seperti kita tahu, cinta adalah kata yang banyak diterjemahkan dan digali maknanya oleh para filsuf maupun para penyair sejak zaman dahulu. Tapi, sedalam apa pun makna cinta diungkapkan para pemikir tersebut, cinta seakan tetap menjadi misteri yang tak pernah berakhir. Cinta tak pernah tuntas dijelaskan dengan kata-kata.

Di buku ini, puisi-puisi roman berbicara tentang perasaan-perasaan yang melingkupi cinta: kegelisahan, rindu, harapan, kesetiaan, hasrat, cemas, dan sebagainya. 

Cinta ada pada saat cahaya disapih kedua mata terbuka/setelah bulan-bulan berganti nama dan justru kita tetap/semula pada pendirian. Demikian setiap kita utuh percaya/seseorang akan datang bukan tanpa tujuan atau kebetulan

Cinta mengandung candu: hasrat dan keinginan untuk mengulang-ulang apa yang diinginkan.

Kita tak akan lelap sebelum hari genap/udara memang makin dingin, tapi kita tak jera/bahkan membikin daftar ingin makin kentara/dan kita selalu mengulang ini dengan segenap.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.