-
VIVA – Setiap lewat ke sebuah rumah sederhana di pelosok Bandung, saya selalu teringat dengan teman (saya sebut Teman saja selanjutnya) yang sekarang tinggal di Jakarta.
Dia ikut andil dalam pembangunan rumah anak yatim yang menampung puluhan anak yatim-piatu itu. Saat itu Teman masih kuliah di tingkat akhir. Tapi sejak masuk kuliah dia sudah tinggal di rumah yatim piatu, menjadi sukarelawan membimbing anak-anak yatim itu.
Sekali waktu tempat tinggal mereka, karena statusnya pinjaman, diambil oleh ahli waris yang meminjamkan. Memang dikasih waktu untuk mengosongkannya. Tapi keadaan keuangan tidak memungkinkan untuk kontrak rumah baru. Lagipula bila mengontrak rumah terus menerus, pengeluaran menjadi terlalu besar.
Kebetulan yayasan yatim piatu itu mempunyai sebidang tanah wakap yang bisa dibangun. Setelah berdiskusi, diputuskan untuk membangun rumah sederhana dengan semua simpanan keuangan. Tentu masih lebih banyak dana yang kurang dibanding yang tersedia. Proposal pun dibuat, diedarkan mencari sumbangan.
Teman itu termasuk yang bekerja keras mencari sumbangan. Setiap hari pergi bakda subuh dan pulang setelah larut malam. Setiap kenalan, donatur sebelumnya, orang-orang yang tahu keberadaan yayasan yatim piatu itu, semuanya didatangi.
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.