Kisah Hidup Seorang Nenek Sebatang Kara

Ilustrasi nenek.
Sumber :
  • U-Report
Mengenal Nostradamus, Sosok yang Ramal Kemunculan Hitler, Bom Hiroshima Hingga Bencana 2024

VIVA – Mungkin karena hampir setiap hari saya ada di rumah, bekerja di rumah, saya tahu pasti kenakalan anak-anak. Kadang sebagai orangtua saya merasakan jengkel yang sangat, karena kenakalan anak-anak yang terlalu. Bila sedang begitu, saya selalu teringat kisah nenek.

Nenek, begitu biasanya saya dan tetangganya memanggilnya. Awal perkenalan kami karena sejak dua tahun lalu, mungkin karena saya kadang menceritakan anak-anak yatim, fakir-miskin, orangtua jompo yang hidup sendirian.

Sastrawan dan Sosiolog Ignas Kleden Meninggal Dunia

Di blog ada beberapa teman yang menitipkan zakat atau sedekah kepada mereka. Salah seorang yang rutin menerima zakat titipan itu adalah Nenek. Karena Nenek hidup sendirian, punya penyakit diabetes, setiap masuk ke rumahnya baru di pintu saja sudah tercium bau sengak air kencing.

Pasti Nenek sering pipis di mana saja “tidak tertahan” seperti kelajiman orangtua yang berpenyakit diabetes. Bila sedang sakit, tetangganya yang kadang mengurus. Bila ke dokter, akhirnya istri saya yang suka mengantar. Sering melintas di pikiran saya tentang keluarganya. Tapi sebelum saya bertanya, sekali waktu Nenek menceritakannya.

Heri Chandra Santosa Menghidupkan ‘Pesantren’ Sastra di Lereng Medini

“Nenek ini sebenarnya punya dua orang anak. Hanya dulu, sewaktu Nenek kerja, kedua anak itu masih batita (bawah tiga tahun), suami menikah lagi. Marah sama suami, kedua anak yang masih harus diurus itu diberikan untuk diurus. Biar dia tahu rasa bagaimana susahnya mengurus anak,” katanya dengan suara putus-putus.

“Makanya Nenek mengerti kalau anak-anak sekarang tidak memperdulikan Nenek. Baru sekali mereka datang ke sini. Nenek hanya bisa menyesali....”

Saya tidak bisa menanggapi ceritanya. Nenek mungkin menganggap anak-anak adalah “peliharaan” yang harus diurus. Padahal, anak-anak adalah cinta yang tidak bisa dimengerti oleh kita sebagai manusia.

Itu cinta yang susah dimengerti. Dan karena cinta hanya bisa keluar dari hati, dan sampainya ke hati juga, anak-anak pun merespon cinta orangtua seperti itu. Setiap anak yang merasa diurus dengan cinta, akan balik mengungkapkan rasa cintanya.

Sebagai anak, meski sudah berbuat yang terbaik untuk orangtua, tetap merasa belum bisa membayar cinta yang telah diberikan oleh mereka.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.