Sistem Penanggalan Islam, Lunar atau Luni-Solar?

Gambar diambil dari google
Sumber :
  • vstory

VIVA.co.id – Ramai sudah kemarin di berbagai media sosial ucapan selamat Tahun Baru, 1 Muharram 1441 H. Bagi saya sendiri, momen ini mengingatkan atas kejadian di kelas tempat saya mengajar.

Hampir berlaku untuk seluruh angkatan, setiap saya menanyakan kapan 1 Hijriyah atau 1 Masehi dimulai, jarang ditemukan jawaban yang tepat. Demikian juga ketika saya memberikan petunjuk dari kata Hijriyah dengan kata hijrah, dan masehi dengan Al-Masih, gelar untuk Nabi Isa a.s.

Petunjuk di atas tidaklah memudahkan mereka, para mahasiswa, untuk menemukan jawaban bahwa tahun Hijriyah dimulai dengan peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW. Dan untuk penanggalan Masehi, terkait dengan kelahiran Al-Masih putra Maryam.

Pertanyaan saya kembangkan ke istilah qamariyah dan syamsyiah. Inipun bertemu dengan kondisi yang sama. Mayoritas mahasiswa sulit untuk menjelaskan keterkaitan qamariyah dengan sistem pergerakan bulan dan syamsyiah dengan pergerakan matahari. Dan akhirnya, kondisi yang sama terjadi untuk istilah lunar dan solar.

Dengan fakta di atas, saya berpendapat bahwa belum tentu semua umat Islam mengetahui sejarah penanggalan Islam yang dikenal dengan kalender Hijriyah yang dimulai bukan pada zaman Rasulullah, namun pada zaman kekhalifahan Umar bin Khattab.

Pertanyaan berikutnya adalah, sistem kalender apa yang digunakan umat Islam sebelum maklumat Umar bin Khattab diberlakukan? Apakah nama-nama bulan dalam kalender Hijriyah saat ini sudah dikenal pada sebelumnya atau menyertai maklumat Khalifah Umar bin Khattb tersebut?

Sejarahpun mencatat bahwa penetapan kalender Hijriyah ini bukanlah hal yang mudah, namun sangat alot. Perdebatan terjadi di antara para sahabat Nabi. Kalender Hijriyah didasarkan kepada pergerakan bulan (lunar system atau sistem qamariyyah).

Faktanya, masyarakat Arab sudah memiliki sistem penanggalan sebelum maklumat Khalifah Umar. Masyarakat Arab saat itu menggunakan sistem kalender lunisolar, yaitu kalender lunar yang disesuaikan dengan matahari.

Tahun baru selalu berlangsung setelah berakhirnya musim panas sekitar bulan September. Bulan pertama dinamai Muharram, sebab pada bulan itu semua suku atau kabilah di Semenanjung Arabia sepakat untuk mengharamkan peperangan.

Pada bulan Oktober daun-daun menguning sehingga bulan itu dinamai Shafar (kuning). Bulan November dan Desember pada musim gugur (rabi`) berturut-turut dinamai Rabi`ul-Awwal dan Rabi`ul-Akhir. Januari dan Februari adalah musim dingin (jumad atau beku) sehingga dinamai Jumadil-Awwal dan Jumadil-Akhir. Kemudian salju mencair (Rajab) pada bulan Maret.

Bulan April di musim semi merupakan bulan Sya'ban (syi'b = lembah), saat turun ke lembah-lembah untuk mengolah lahan pertanian atau menggembala ternak. Pada bulan Mei suhu mulai membakar kulit, lalu suhu meningkat pada bulan Juni. Itulah bulan Ramadan (pembakaran atau panas yang meningkat) dan Syawal (peningkatan).

Bulan Juli merupakan puncak musim panas yang membuat orang lebih senang istirahat duduk di rumah daripada bepergian. Sehingga bulan ini dinamai Dzul-Qa`dah (qa`id = duduk). Akhirnya, Agustus dinamai Dzul-Hijjah, sebab pada bulan itu masyarakat Arab menunaikan ibadah haji ajaran nenek moyang mereka, Nabi Ibrahim a.s.

Mengapa hal ini adalah hal yang penting?

Ketika, istilah tahun dalam Alquran ternyata terdapat dua istilah, yaitu sannah (bisa dilihat di QS 2:96; 5:26, 22:47, 29:14, 32:5, 46:15 dan 70:4) dan amun (bisa dilihat dalam 2:259; 9:37; 9:126; 12:49 dan 29:14), dan baik sannah (sin nun ha) ataupun amun (ain mim) mempunyai pengertian yang sama, yaitu tahun.

Dalam satu tulisan disebutkan bahwa sannah merujuk ke dalam pergerakan matahari (solar sistem) sementara amun merujuk kepada pergerakan bulan (lunar sistem). Dalam Alquran pun disebutkan satu bulan, yaitu Ramadan.

Saling Ejek, Rombongan Pawai Obor 1 Muharram Bentrok

Secara bahasa, Ramadan berarti panas yang meningkat atau pembakaran, sebagaimana dijelaskan di atas. Penetapan sistem penanggalan lunar, solar atau perpaduan di antaranya menjadi penting dalam penetapan 1 Ramadan.

Demikian juga ketika dalam QS Al-Kahfi (18) ayat 25 disebutkan hitungan tiga ratus tahun (sinina, kata jamak dari kata sanah) dan ditambah sembilan tahun (lagi), lagi-lagi sistem penanggalan yang digunakan diperlukan dalam melakukan perhitungan.

Momentum 1 Muharram 1445 H, PPP Ajak Kader Lebih Dekat ke Masyarakat

Mengapa dalam ayat tadi Allah tidak langsung menyebut 309 tahun. Sesuai keterangan dalam tulisan yang saya sebutkan di atas, dijelaskan bahwa 300 tahun merujuk kepada perhitungan solar dan 9 tahun merujuk kepada perhitungan lunar. Angka unik juga didapat ketika perbandingan antara solar system dan lunar system adalah 1,03.

Ini didapat dari perbandingan jumlah hari dalam setahun di perhitungan solar, yaitu 365 dan dalam lunar system sebanyak 354 hari, ketika ini dilakukan perbandingan 365/354 juga mendapatkan angka yang sama yaitu 1,03. Ternyata perbandingan 309/300 juga menghasilkan angka 1,03. Apakah ini menunjukkan bahwa perhitungan kalender Islam merujuk kepada gabungan luni-solar system?

Momen Pergantian Kiswah Ka'bah di Malam Tahun Baru 1 Muharram
Pablo Benua pasang badan bela Al Zaytun dan Panji Gumilang

Pablo Benua Siap Pasang Badan dan Biayai Operasional Al Zaytun

Suami artis terkaya di Indonesia, Rey Utami, Pablo Benua menyatakan siap pasang badan untuk membela Panji Gumilang dan Pondok Pesantren Al Zaytun, Indramayu, Jawa Barat.

img_title
VIVA.co.id
20 Juli 2023
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.