Petani dan Tantangan Teknologi

Ilustrasi: Petani dan Teknologi
Sumber :
  • vstory

VIVA.co.id – Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam melimpah. Keanekaragaman flora dan fauna tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Indonesia juga dikenal sebagai negara agraris yang memiliki banyak sekali tanaman pertanian. Lahan pertanian di Indonesia cukup melimpah, sehingga sebagian masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani. Mereka bekerja dengan bercocok tanam di lahan milik sendiri ataupun milik orang lain yang butuh jasa buruh tani.

Bea Cukai Purwokerto Dorong Pengembangan Industri Hasil Tembakau di Purbalingga

Derasnya perkembangan teknologi akibat globalisasi membawa Indonesia pada era baru teknologi. Dari hari ke hari, perkembangan itu tidak bisa dihindari, termasuk dalam bidang pertanian. Alat-alat pertanian pun semakin canggih. Bahkan penggunaan alat-alat pertanian tradisional dalam bercocok tanam pun sudah jarang sekali nampak digunakan oleh para petani. Kini, dengan bantuan mesin, semuanya dapat dilakukan dengan serba instan.

Dalam bidang pertanian, banyak sekali diciptakan teknologi yang bisa digunakan dalam proses menanam hingga memanen. Misalnya, dalam proses memanen padi. Dahulu, orang memanen padi harus melewati banyak tahapan yang cukup lama dengan berbagai alat manual. Sehingga memerlukan tenaga manusia yang cukup banyak dan memakan waktu berhari-hari. Namun, dengan adanya roll drozer sebagai bentuk kemajuan teknologi, semua proses mulai dari pemotongan sampai pengemasan benih padi bisa dilakukan serentak dalam sekali jalan.

Jokowi Resmikan Irigasi Gumbasa Sigi dengan Biaya Rp1,25 Triliun

Kebanyakan masyarakat, umumnya para petani, berasumsi bahwa kehadiran teknologi modern dalam dunia pertanian akan merampas semua pekerjaan petani. Khususnya bagi petani kasaran, jasa mereka tidak begitu diperlukan lagi. Karena, dengan adanya teknologi semua pekerjaan yang biasa dilakukan petani akan dapat diselesaikan dengan mudah dan cepat tanpa memakan waktu lama dibandingkan dengan memanfaatkan sumber daya manusia oleh petani.

Padahal, seperti realita yang sesuai, teknologi tidak akan mampu bekerja dengan baik tanpa adanya kerjasama yang baik pula dengan petani. Teknologi tidak dapat berjalan sendiri dan masih memerlukan peran SDM (petani) dalam pemanfaatannya.

Lewat BRInita, Kampung Hijau Kemuning Tangerang Sulap Lahan Sempit Jadi Makin Produktif

Dengan perkembangan teknologi yang kini kian semakin canggih, terkadang menjadikan seseorang pengagum teknologi memosisikan teknologi di samping kanan dan pertanian di samping kiri. Orang yang seperti itu mengagung-agungkan teknologi dan melirik pertanian dengan tatapan sinis. Padahal, perlu disadari, merekapun masih akan tetap butuh makan dari hasil pertanian.

Intinya, teknologi dan pertanian merupakan suatu komponen yang saling melengkapi. Keterpaduan keduanya dalam bekerja akan sangat menguntungkan para petani. Begitupun sebaliknya, suatu pertanian tidak akan mengalami kemajuan peningkatan hasil pertanian tanpa adanya teknologi yang canggih pula.

Menurut kacamata penulis, dengan adanya teknologi tidak akan menggantikan peran petani, karena teknologi hanya berperan untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas dalam pertanian. Sehingga akan memberikan perubahan peningkatan mutu kualitas pertanian bagi para petani. Jadi, dalam menggunakan teknologi pertanian pun masih membutuhkan peran petani. Hanya saja SDM yang dibutuhkan lebih sedikit daripada menggunakan alat manual.

Teknologi memang mudah dan cepat sekali mengalami perkembangan menyesuaikan zaman. Kolaborasi teknologi dalam pertanian sangat penting, karena dapat menyejahterakan para petani. Petani harus bisa memanfaatkan keberadaan teknologi ini dengan baik. Misalnya, dengan adanya internet, petani bisa memasarkan hasil panennya secara online dengan harga yang lebih murah dibandingkan harga pembelian di pasar. Sehingga tentu akan meningkatkan pendapatan.

Juga penggunaan traktor sebagai pengganti kerbau sebagai media dalam membajak sawah yang lebih praktis dan cepat. Namun, perlu disadari untuk membeli mesin membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Padahal, teknologi bisa kapan saja mengalami kerusakan. Jadi, para petani harus siap menerima kenyataan ini. Teknologi dapat mudah berkembang, tetapi juga dapat mudah rusak.

Oleh sebab itu, perlu adanya kebijakan yang mendorong petani untuk kreatif dalam memanfaatkan teknologi. Jangan sampai biaya yang dikeluarkan untuk menggarap sawah, karena teknologi menjadi membengkak, sementara hasil yang didapatkan tidak dapat mengimbanginya. Pemerintah sebagai pihak yang memiliki segala fasilitas, perlu turun langsung untuk memastikan kesejahteraan petani kita. Jangan sampai kita mendengar lagi, petani menangis dan menderita di negeri agraris.

Ini akan sangat paradoksal dengan harapan dan cita-cita para founding father bangsa ini. Selain itu, petani melalui anak-anak mudanya perlu menanamkan mental bangga menjadi petani. Langkah ini untuk menghindari punahnya generasi petani. Karena kesalahan doktrin sejak kecil oleh para orang tua yang berprofesi sebagai petani, seperti pernyataan “Jangan tiru bapak. Susah jadi petani. Nanti jadi pegawai saja, kalau sudah dewasa.”

Sementara itu, perguruan tinggi di bidang pertanian ikut mendorong terjadinya rekonstruksi regenerasi petani dengan ilmu pengetahuannya. Sebab, banyak orang desa yang sekolah di pertanian justru tidak kembali ke desa dan memilih bekerja di sektor lain, seperti perbankan, industri, dan lain sebagainya. Padahal, peran perguruan tinggi sangat ditunggu oleh masyarakat untuk mengembangkan pertanian yang efektif dan efisien. Sehingga harapannya, para petani kita dapat terangkat derajatnya di negeri agraris ini. 

(Penulis: Uswatun Khasanah, Peneliti di Center for Democracy and Religious Studies (CDRS), Mahasiswi Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo Semarang)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.