Anak Muda Ini Kenalkan Solusi untuk Permasalahan Sampah dengan Teknologi

Dok. Waste Hub Solution
Sumber :
  • vstory

VIVA – Jakarta setiap hari menghasilkan 7.400 ton sampah. Setiap hari pula sampah yang dibuang oleh warga Jakarta, berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). TPA tak hanya menjadi tempat pembuangan sampah, namun juga menjadi tempat mencari penghidupan bagi komunitas pemulung.

Segera Hadir Fitur Baru untuk Pengguna Mobil Listrik

Kondisi komunitas pemulung di kawasan Cipadu cukup mengkhawatirkan. Mereka hidup dalam keterbatasan dengan kondisi rumah sementara di tanah ilegal. Penghasilan mereka dari memulung bervariasi, berkisar antara 1 hingga 1,5 juta setiap bulannya.

Kondisi inilah yang melatarbelakangi sekelompok anak muda mendirikan Waste Solution Hub untuk membantu para pemulung meningkatkan taraf hidup pemulung dengan pendekatan ekonomi, pendidikan, dan sosial serta mengatasi permasalahan lingkungan terutama dalam pengelolaan sampah.

Setelah Apple, Menkominfo Janji Boyong Bos Microsoft dan Nvidia ke Indonesia

Waste Solution Hub adalah sebuah inovasi sosial yang berfokus pada pengelolaan sampah dan ekonomi sirkular di daerah urban, dengan pendekatan sistem teknologi yang terintegrasi dan melibatkan multi pihak.

Kondisi Lapak Pemulung (Dok. Waste Hub Solution)

Tiga Mahasiswa ITB Wakili Indonesia di Ajang Brandstrom di Inggris

Kondisi Lapak Pemulung (Dok. Waste Hub Solution)

Waste Hub Solution terdiri dari empat anak muda dengan latar belakang yang berbeda. Ranitya Nurlita (Founder ) memiliki pengalaman yang kuat dalam berbagai kampanye dan aktivitas lingkungan termasuk hubungan dengan berbagai pemangku kepentingan sejak 2011, sementara Mohammad Yusuf (Co-Founder) adalah seorang profesional muda dalam bidang manajemen keberlanjutan.

Anggota tim Waste Hub Solution lainnya yaitu Siti Salamah (Chief Operating Officer) dan M. Arsad Aji Susanto (Chief Technology Officer). Siti adalah seorang audiolog yang memahami masalah kesehatan dan pendiri Rumah Pohon, sebuah inisiatif untuk membantu komunitas pemulung mendapatkan pendekatan spiritual dan tambahan pendidikan non-formal.

Sedangkan Aji adalah lulusan teknik informatika dengan spesialisasi pengembangan digital, full stack, dan pengembang aplikasi seluler.

Pada 2017, Aji membantu Bank Sampah pemerintah kota Depok untuk memahami konsumsi sampah dengan memberikan laporan secara berkala. Baru saja bergabung bersama Waste Solution Hub Surya Meskipun kami berbeda, namun visi dan misi kami sama yaitu menyelesaikan permasalahan lingkungan khususnya sampah.

Waste Hub Solution mengawali perjalannya dengan menggunakan dana urunan pribadi tim. Perlahan tapi pasti, Waste Hub Solution mulai mendapatkan profit melalui berbagai lomba dan juga penjualan jasa waste management service event.

Tantangan lain yang dihadapi oleh socioprenuer pemula seperti Waste Hub Solution yaitu di manajemen SDM. Anggota tim masih bekerja dengan dasar voluntary. Keempat anggotanya memiliki pekerjaan tetap dan baru bisa menangani pekerjaan untuk Waste Hub ini setelah pulang kerja atau saat weekend.

Profit yang didapat pun baru sebatas untuk memutar uang operasional, sehingga belum bisa menggaji karyawan tambahan. Untuk memenuhi kebutuhan manpower saat ini Waste Hub bekerja sama dengan Bakrie Center Foundation untuk perekrutan relawan.

Permasalahan lain yang dihadapi yaitu bagaimana Waste Hub bisa mengembangkan pengelolaan terintegrasi dalam satu wilayah sedangkan hingga kini belum menemukan lahan yang cocok untuk disewa. Untuk memecahkan permasalahan ini kami mencari mitra-mitra yang mau membantu memberikan lahan sewa.

Member Waste Solution Hub, Ki-Ka : Lita, Aji, Siti, dan Yusuf (Dok. Waste Solution Hub)

Member Waste Solution Hub, Ki-Ka : Lita, Aji, Siti, dan Yusuf (Dok. Waste Solution Hub)

Surya Sastriando bergabung dengan Waste Hub Solution sebagai Project Manager (Dok. Waste Hub Solution)

Surya Sastriando bergabung dengan Waste Hub Solution sebagai Project Manager (Dok. Waste Hub Solution)

Meskipun baru mulai menjalankan konsep sociopreneur, Waste Hub memiliki beberapa ultimate goals diantaranya ingin mengembangkan sistem teknologi yang terintegrasi dengan Internet of Things (IoT) dan blockchain dalam melakukan pengelolaan sampah sehingga dapat mengurai permasalahan sampah secara realtime dan transparan,  mengelola sampah organik dengan permaculture sehingga dapat memanfaatkan semua yang dibuang menjadi sesuatu yang bernilai.

Dengan mengelola sampah organik akan mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA sampai lebih dari 70 persen. Sampah-sampah organik bisa diolah kembali menjadi pupuk kompos, pakan ternak, bahkan biogas untuk memasak sedangkan sampah anorganik dapat didaur ulang untuk dijadikan barang yang lebih bernilai tinggi.

Waste Hub Solution juga bercita-cita ingin membangun komunitas yang mampu mengelola sampah sendiri hingga masyarakat mampu berhadapan langsung dengan masalah dan terbiasa untuk menciptakan solusi yang efektif dan berkelanjutan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.