Nusa Kambangan (XI)

VIVAnews - Di bulan Juli 1971, penjara Karangtengah dibuat heboh oleh mendaratnya sebuah helikopter. Tetapi yang jelas, kami para tapol disekap dan tidak boleh keluar, diliburkan dari kerja rutin di luar penjara.

Rombongan tamu yang datang konon katanya adalah pejabat tinggi dari Jakarta, dalam rombongan cukup besar. Mungkin sebagian melalui jalan darat dan menunggu di Nusa Kambangan, sedang rombongan inti datang dengan helikopter. Hebatnya, seperti dalam dongeng saat raja-raja Jawa berkuasa berabad-abad silam, para tamu berpakaian Jawa lengkap dengan kain dan blangkon.

Pimpinan rombongan adalah Soedjono Hoemardani, nama tokoh yang lengket dengan Jenderal Soeharto. Kedatangan rombongan besar ketoprak ini erat kaitannya dengan Pemilu 1971. Konon menurut riwayat raja-raja Jawa dahulu kala, jika seorang raja mempunyai keinginan, maka dia akan semedi atau mengirim utusan untuk menggantikan dirinya, ke sebuah pulau kecil di Selatan Nusa Kambangan, di mana tumbuh bunga Wijaya Kusuma.

Berhubung Soeharto adalah juga Raja Jawa, maka ia mengutus Soedjono Hoemardani untuk bersemedi di pulau kecil tersebut. Tetapi besar kemungkinan gagasan melakukan semedi atau nyepi justru datang dari Soedjono Hoemardani. Tak seorangpun tahu.

Fakta yang kami lihat, rombongan besar berpakaian adat Jawa itu datang diutus seorang raja Jawa yang merupakan seorang jenderal AD dan dalam pertempuran biasanya menggunakan logika. Dalam menghadapi Pemilu 1971, ia meminta tolong pada sekuntum bunga Wijaya Kusuma.

Mimbap (Pimpinan Lembaga Pemasyarakatan) Paimo mengerahkan beberapa tapol berbadan sehat dan kuat untuk menjadi kuda beban memikul sebuah perahu yang akan menyeberangkan Soedjono Hoemardani menuju pulau kecil tersebut.

Dari bangsal saya terpilih Ir. Kamal Uddin yang memang potongan tubuhnya besar dan meyakinkan. Demikian pula dari bangsal-bangsal lain, diambil mereka-mereka yang fisiknya meyakinkan. Menurut pak Kamal, medan yang dilalui sangat berat dan bisa difahami karena kondisi medan sekitar penjara memang berbukit terjal dan berhutan.

Singkat kata, misi yang diemban Soedjono Hoemardani sukses. Bunga Wijaya Kusuma mekar! Tidak terbayang dalam benak kalau bunga tersebut tidak mekar. Pemilu diundur? Soedjono Hoemardani dihukum? 

Padahal sebelum kami berangkat dari Banten, saya sudah sering baca bahwa Golkar menempuh segala cara supaya bisa menang Pemilu. Apa yang sering dihujat bahwa “Orla menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan” diulangi dengan cara yang lebih menyakitkan hati oleh Orba.

Seluruh pegawai negeri sipil wajib memilih Golkar atas nama monoloyalitas. Tanpa mengirim Soedjono Hoemardani ke Nusa Kambangan-pun, Golkar sudah pasti menang. Dan saya tidak ingat, apakah presiden Soekarno yang insinyur pernah melakukan hal-hal semacam ini. Minta restu sekuntum bunga.

5 Tips untuk Mengontrol Emosi secara Efektif, Menghadapi Emosi dengan Tenang
Ria Ricis

Ria Ricis Ngonten Pakai Siger Sunda, Netizen: Kode Pengen Jadi Manten Lagi

Ria Ricis membuat transisi make up yang di awal wajahnya terlihat sangat polos serta hanya berpakaian kaos dengan jilbab hitam, kemudian ia menari-nari kecil.

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024