Gurita Bisnis Sitorus, Orang Kaya dari Batak

VIVAnews - Di dunia bisnis nasional Martua Sitorus tak banyak dikenal. Namun, nama ini masuk dalam daftar 1.000 orang terkaya dunia versi majalah Forbes.

Bila tahun lalu dia menempati peringkat 522 terkaya di dunia dengan jumlah kekayaan US$ 1,4 miliar atau sekitar Rp 13 triliun, kini kekayaan Martua meningkat menjadi US$ 3,0 miliar atau sekitar Rp 27,5 triliun. Peringkat pun terdongkrak menjadi 316.

Risma Populer di Jatim tetapi Elektabilitas Khofifah Tinggi, Menurut Pakar Komunikasi Politik

Martua lahir di Pematang Siantar dan mendapat gelar sarjana ekonomi dari Universitas HKBP Nommensen, Medan. Nama kecilnya, Thio Seng Hap dan dipanggil A Hok.

Warga Batak keturunan Tionghoa mengendalikan bisnisnya dari negeri tetangga Singapura, dengan bendera Wilmar International Limited. Wilmar adalah perusahaan agrobisnis terbesar di Asia, serta emiten yang tercatat di bursa efek Singapura dengan kapitalisasi terbesar.

Total pendapatan Wilmar pada akhir Desember 2009 mencapai US$ 23,9 miliar atau Rp 220 triliun. Sedangkan, laba bersih perusahaan yang dihimpun mencapai US$ 1,8 miliar atau sekitar Rp 17 triliun.

Untuk memperoleh pendapatan lebih dari Rp 200 triliun, Sitorus telah merintis bisnis perdagangan kelapa sawit sejak 1991. Hampir 20 tahun kemudian, bisnisnya berkembang pesat dan terintegrasi, mulai dari perkebunan, pabrik pengolahan, pengepakan hingga pemasarannya.

Berikut ini gurita bisnis Martua Sitorus seperti disebutkan dalam website Wilmar International. 

1. Perkebunan

Di sektor perkebunan, Wilmar memiliki kebun sawit yang tersebar di Indonesia dan Malaysia. Di Indonesia, perkebunannya berlokasi di Sumatra, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, sedangkan di Malaysia tersebar di Sabah dan Serawak. Hingga 31 Desember 2008, Wilmar menguasai 500 ribu hektar kebun, sebanyak 200 ribu hektar sudah ditanami.

2. Pabrik pengolahan

Wilmar memiliki pabrik pengolahan minyak sawit mentah yang berlokasi di sejumlah negara, mulai dari Indonesia, Malaysia, China, India hingga Eropa. Dari pabrik ini, dia memproses minyak sawit mentah (CPO) menjadi minyak goreng, kosmetik hingga bahan baku obat-obatan.

Di Riau, pada 2007, ia membangun tiga pabrik biodiesel, masing-masing memiliki kapasitas produksi 350.000 ton per tahun, sehingga total kapasitasnya 1,050 juta ton per tahun.

3. Produk akhir

Dari pabrik pengolahan, Wilmar kemudian mencampur dan mengemasnya dalam berbagai jenis produk akhir untuk dipasarkan kepada konsumen. Produk itu dijual terutama di tiga pasar besar dunia, yakni Indonesia, China dan India, juga di Vietnam dan Bangladesh.

Di Indonesia, Wilmar menjual minyak goreng dengan merek Sania dan Fortune yang diproduksi oleh PT Multimas Nabati Asahan. Sedangkan, di India mereka menjual minyak goreng merek Fortune, Jubilee, Raag, Alpha dan Aadhar. Di China, mereknya Orchid, Gold Ingot, Hiaqi, Baihehua dan lainnya.

4. Pupuk
Wilmar juga bermain di pabrik pupuk untuk menopang usaha perkebunannya. Jenis pupuk yang dihasilkannya adalah pupuk NPK.

Menkeu Sebut Jumlah Dana Pemda Mengendap di Bank Capai Rp 180,9 Triliun

heri.susanto@vivanews.com

Ilustrasi Paspor

Kelanjutan Nasib Hyoyon SNSD, Bomi Apink hingga Im Nayoung Pasca Paspornya Ditahan Imigrasi Bali

Saat ini, paspor semua pemeran dan kru, dengan total sekitar 30 orang, disita. Mereka juga saat ini tinggal di sebuah hotel sementara itu kasus ini sedang diselidiki.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024