Faisal: Tanda Kebangkitan Kelas Menengah RI

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Sumber :

VIVAnews - Ekonom Faisal Basri mengungkapkan tanda-tanda telah terjadi pembengkakan kelas menengah Indonesia. Lonjakan itu didasarkan pada kelompok pengeluaran per kapita per hari dari tahun 1999 hingga 2009.

"Selama sepuluh tahun terakhir telah terjadi fenomena peningkatan kelompok kelas menengah Indonesia," ujar ekonom Faisal Basri.

ISPA Menjadi Ancaman Utama Bagi Jamaah Haji Indonesia

Sejumlah ekonom juga mensinyalir terjadinya pertumbuhan signifikan kelas menengah Indonesia dalam satu dekade terakhir seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Menurut Faisal, kelompok menengah-bawah meningkat dari 37 juta menjadi 69 juta jiwa. Kelompok menengah-tengah meningkat hampir tiga kali lipat dari 7,5 juta menjadi 22 juta jiwa. Kelompok menengah-atas malah meningkat lebih dari lima kali lipat dari 0,4 juta jiwa menjadi 2,23 juta jiwa. Sedangkan, kelompok berkecukupan atau harta melimpah naik 0,1 juta jiwa menjadi 0,37 juta jiwa.

Yang dimaksud dengan kelompok miskin adalah rumah tangga dengan pengeluaran kurang dari US$2 atau Rp18 ribu per hari. Kelompok menengah bawah US$2-4 per hari. Kelompok menengah-tengah US$4-10 per hari. Kelompok menengah-atas US$10-20 per hari. Dan kelompok berkecukupan, pengeluarannya US$20 atau Rp180 ribu per hari.

Menurut Faisal, dalam akun twitternya, pembengkakan strata menengah ini menjadi incaran produsen mancanegara. "Sebab, kelompok ini haus mengkonsumsi apa saja."

Misalnya, masyarakat kelas menengah bawah sudah mampu mencicil sepeda motor. Masyarakat kelas menengah-tengah memadati mal-mal dan membeli mobil cc kecil. Masyarakat kelas menengah-atas mampu berobat dan menyekolahkan anak ke luar negeri, serta membeli mobil sedan. 

Dinamika ini juga terlihat dari pergeseran pola konsumsi masyarakat selama 10 tahun terakhir. Konsumsi makanan turun dari 63 persen (1999) ke 51 persen pada 2009. Sedangkan, konsumsi nonmakanan meningkat dari 37 persen pada 1999 menjadi 49 persen pada 2009.

Di kelompok konsumsi makanan, padi-padian dan umbi-umbian turun dari 18 persen menjadi 9 persen. Sebaliknya, konsumsi makanan olahan naik dari 10 persen menjadi 13 persen.

Di kelompok bukan makanan yang meningkat pesat adalah konsumsi untuk perumahan, barang dan jasa, serta barang-barang tahan lama.

"Melihat fenomena tersebut, berpulang kepada kita, mau puas sekedar menjadi konsumen atau menggerakkan sektor produksi lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan mereka," ujar Faisal.

Upaya selanjutnya, adalah mentransformasikan strata menengah ini menjadi kekuatan kelas menengah. "Politik, insya Allah akan menjadi lebih baik."

Baca Juga:

KPK Ngaku Ada Pihak yang Menghambat Kasus TPPU Gubernur Malut Abdul Gani Kasuba

Makin Banyak Orang Makmur di Indonesia

Orang Kaya RI Melonjak, Pemerintah Kedodoran

Heboh Israel Grebek Kantor Al Jazeera di Nazareth, Sejumlah Peralatan Disita
Ilustrasi Gedung Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

BPK Janji Usut Oknum Auditor yang Palak Kementan Rp 21 Miliar Agar Dapat WTP

Oknum BPK disebut dalam persidangan SYL minta uang Rp 12 miliar agar Kementan RI dapat predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)

img_title
VIVA.co.id
10 Mei 2024