Survei PwC: Kejahatan Ekonomi Banyak Terjadi di Sektor Industri Ini

Ilustrasi Transaksi Kartu Kredit
Sumber :
  • REUTERS

VIVAnews - PwC yang merupakan lembaga auditor dan konsultan dengan jaringan kantor di 157 negara mencatat bahwa jumlah responden survei yang mengaku pernah menjadi korban kejahatan ekonomi meningkat.

Menurut survei PwC bertajuk Kejahatan Ekonomi Global 2014 (2014 Global Economic Crime Survey), sebanyak 37 persen responden mengatakan mereka pernah menjadi korban kejahatan ekonomi. Angka ini meningkat 3 persen dari data temuan 2011.

PwC Forensic Services partner dan Kepala Editor dalam survei ini, Steven Skalak, melalui keterangan tertulisnya kepada VIVAnews, Rabu 19 Februari 2014, menyatakan bahwa berdasarkan kelompok industri, kejahatan ekonomi paling umum ditemukan di sektor jasa keuangan, ritel, konsumen, serta sektor komunikasi.

"Hampir sebanyak 50 persen responden dalam masing-masing sektor mengatakan mereka pernah menjadi korban kejahatan ekonomi," ujar Skalak.

Lembaga dalam sektor jasa, ia melanjutkan, merupakan korban kejahatan mayantara (cyber crime) tingkat tinggi dan pencucian uang. Sementara itu, perusahaan di sektor ritel, konsumen, serta komunikasi umumnya menghadapi pencurian.

"Sektor perhotelan dan pariwisata, serta lembaga pemerintahan sebanyak 41 persen, masing-masing melaporkan tingginya kejahatan ekonomi," kata Skalak.

Pelaku penipuan
PwC mencermati kejahatan ekonomi umumnya terjadi ketika tiga faktor terpenuhi: tekanan ekonomi, tersedianya peluang, dan rasionalisasi pribadi atas dilakukannya kejahatan tersebut.

Menurut survei, 56 persen dari keseluruhan kejahatan ekonomi dilakukan oleh orang dalam perusahaan, sedangkan 40 persen dari luar organisasi.

Berdasarkan industri, pelakunya sangat bervariasi. Di sektor jasa keuangan misalnya, hampir sebanyak 60 persen responden menyatakan kejahatan ekonomi dilakukan oleh pihak luar, sedangkan 36 persen bersifat internal.

Secara global, seperlima kejahatan ekonomi dilakukan oleh anggota senior manajemen, 42 persen oleh pegawai menengah, dan 34 persen oleh staf junior.

"Profil dari penipu umumnya adalah pria setengah baya dengan gelar sarjana atau tingkat pendidikan yang lebih tinggi yang telah bergabung dalam organisasi tersebut dalam jangka waktu yang cukup lama," kata Skalak.

Ia menambahkan, dilihat secara keseluruhan, hampir separuh aksi penipuan dilakukan oleh karyawan dengan pengalaman selama enam tahun atau lebih dan hampir sepertiganya dilakukan oleh karyawan dengan pengalaman antara tiga hingga lima tahun.

Bagaimana tindakan penipuan ditemukan?
Menurut Skalak, hasil survei menyatakan 55 persen kejahatan ekonomi ditemukan melalui proses pengendalian perusahaan seperti pelaporan transaksi mencurigakan, audit internal, atau pengelolaan risiko penipuan.

Penonton Indonesia Bakal Adakan Nobar Episode Terakhir Queen of Tears, Catat Jadwalnya!

Sistem pengaduan atau pemberitahuan menemukan lebih dari seperempat tindak kejahatan, serta sekitar seperlima ditemukan menggunakan cara lain seperti proses penegakan hukum, terekspos media, atau secara tidak sengaja.

"Survei ini menemukan bahwa sebagian besar responden memperkirakan kejahatan ekonomi akan terus meningkat di masa depan pada hampir seluruh kategori," kata Skalak.

Hasil yang serupa, ia menambahkan, juga ditemukan dalam 17th PwC Global CEO Survey. CEO secara global juga telah mengakui dampak signifikan dari kejahatan ekonomi: 50 persen di antara mereka mengatakan "kurangnya kepercayaan" merupakan masalah utama di pasar atau meningkat tajam dari hanya 37 persen setahun yang lalu.

"Suap dan korupsi juga merupakan salah satu kekhawatiran utama CEO global," kata Skalak.

Untuk diketahui, survei PwC bertajuk "Kejahatan Ekonomi Global 2014" melibatkan sebanyak 5.128 responden dari 95 negara yang diwawancarai antara Agustus dan Oktober 2013. Dari keseluruhan responden, 50 persen merupakan eksekutif senior, 35 persen mewakili perusahaan tercatat, dan 54 persen dari berbagai lembaga dengan lebih dari 1.000 karyawan. (art)

Ilustrasi ibu hamil

5 Makanan yang Wajib Dihindari oleh Wanita Hamil, dari Daging Mentah hingga Kafein

Hamil adalah periode yang penting dalam hidup seorang wanita, dan menjaga pola makan yang sehat adalah salah satu cara terbaik untuk memastikan kesehatan ibu dan bayi.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024