- VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id – Tantangan dari sisi eksternal diprediksi masih menghantui perekonomian Indonesia pada tahun depan, meski sejumlah sisi domestik juga diperkirakan masih terbuka luas untuk memberikan dorongan pada ruang pertumbuhan ekonomi ke depan.
Kepala Ekonom PT Bank CIMB Niaga Tbk Adrian Panggabean memprediksi kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve masih akan terjadi tiga kali pada 2017. Kondisi ini membuat tren penguatan dolar AS masih akan terjadi secara global dan memengaruhi ekonomi Indonesia.
Dia menilai, penguatan dolar AS pada sejumlah mata uang dunia tersebut masih bersifat jangka pendek, mengingat struktur perekonomian AS masih menunjukkan pelemahan dengan turunnya tingkat produktivitas, lemahnya pasar tenaga kerja, serta kurang kuatnya pertumbuhan ekonomi, sehingga belum menguntungkan ekonomi AS.
“Hal ini membuka kemungkinan temporernya sifat penguatan mata uang dolar Paman Sam pada 2017," jelas Adrian dalam keterangan resminya yang diterima VIVA.co.id, pada Kamis 22 Desember 2016.
Untuk itu, Adrian mengungkapkan, agar Indonesia dapat menghindari efek negatif tersebut, maka perlu kebijakan pemerintah yang kuat dalam meningkatkan produktifitas tenaga kerja dan modal, menjaga momentum pertumbuhan ekonomi serta menjaga angka inflasi pada level yang rendah.
Sementara itu, dari sisi domestik, dia mengatakan pemerintah perlu dapat menjaga momentum harga komoditas yang mulai bergerak naik, diikuti dengan mulai dinamisnya berbagai indikator permintaan yang terlihat di banyak sektor ekonomi.
“Bergerak naiknya angka pertumbuhan kredit di sektor perbankan ikut menambah indikasi bahwa ruang pertumbuhan perekonomian Indonesia mulai terbuka,” ungkap Adrian.
Optimisme ini, lanjutnya, juga didukung dengan ekspektasi pasar, sebagaimana ditunjukkan oleh kurva yield di pasar obligasi, yang mengarah pada pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang sedikit lebih baik pada 2017 dibandingkan dengan realisasi 2016.