Tiga Risiko Besar di 2017 Menurut Goldman Sachs

Pertumbuhan ekonomi global
Sumber :

VIVA.co.id – Pada semester II 2016, mungkin akan dikenang dunia sebagai periode guncangan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi, bukan periode di mana data ekonomi mulai membaik. Tetapi, tahun lalu pula sebagian negara mencatatkan percepatan pertumbuhan yang mengesankan.

Kemenkeu: Pertumbuhan Ekonomi 2021 yang Dirilis BPS Sesuai Prediksi

Dilansir dari laman Business Insider, Selasa 10 Januari 2017, Kepala Ekonom Goldman Sachs, Jan Hatzius mengatakan, di tahun penuh kejutan kemarin, percepatan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat, mengesankan dan itu dorong oleh dua hal utama, yaitu mulai stabilnya kondisi keuangan dunia dan positifnya sejumlah kebijakan fiskal. 

Menurut dia, tren tersebut bisa berlanjut pada sepanjang 2017, terlebih jika pemerintah Donald Trump benar-benar menerapkan pemotongan pajak dan meningkatkan pengeluaran belanja negara untuk mendorong pembangunan infrastruktur.

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2021 Capai 3,69 Persen

"Harapan kami, ada reformasi pajak perusahaan dan individu di AS, meskipun akan dibatasi, karena defisit sudah cukup tinggi. Namun, kami mengharapkan ada ruang fiskal yang dapat mencapai US$200 miliar per tahun, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi di akhir 2017," jelasnya.

Namun, Hatzius tetap memperkirakan, tahun ini tak semulus yang diperkirakan. Sebab, ada tiga risiko utama yang bisa terjadi tahun ini dan pengaruhi kondisi ekonomi dunia, yaitu:

Ibarat Infinity War, Erick Thohir Sebut Dunia Butuh Avengers

1. Proteksionisme perdagangan AS 

Di mana, dengan transisi pemerintahan dari Obama ke Trump, kebijakan berpotensi berubah cepat ke arah proteksionisme, sehingga dengan proyeksi itu akan ada dampak yang harus diwaspadai dan itu jadi risiko penurunan ekonomi global.

2. Politik Eropa 

Kondisi Eropa saat ini belum alami peningkatan yang signifikan dari krisis keuangan, terlebih saat ini pasar tenaga kerja dari negara-negara di Eropa Selatan belum pulih.

3. China

China terus menunjukkan pertumbuhan utang dan peningkatan rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang sangat cepat, sehingga kita harus mewaspadai dari China tersebut dalam jangka pendek. Hal itu juga membuat berkurangnya arus modal. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya