BI: Kepastian Kebijakan Ekonomi AS Tentukan Nasib Global

Logo Bank Indonesia yang tertera di kantor Bank Indonesia di Jakarta.
Sumber :
  • Reuters/Iqro Rinaldi

VIVA.co.id – Perekonomian global masih menghadapi sejumlah ketidakpastian, sehingga sejumlah negara dipastikan masih sulit menentukan sikap dalam menghadapi berbagai tantangan di tahun 2017 ini.

Utang Luar Negeri Indonesia Turun Jadi US$413,6 Miliar

Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Juda Agung menilai, ketidakpastian itu salah satunya karena belum terlihatnya kebijakan ekonomi Amerika Serikat secara pasti di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump.

"Kita masih dihadapkan pada ketidakpastian kebijakan ekonomi AS. Kalau yang dikampanyekan akan dilakukan, seperti kebijakan tembok bagi imigran yang akan segera terealisasi, tapi kita masih menunggu kebijakan fiskalnya. Apakah seagresif kampanyenya, dan apakah perdagangannya juga akan benar-benar sangat proteksionis," kata Juda di sebuah hotel kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa 31 Januari 2017

BI Fast Payment, Jawaban untuk Kebutuhan Transaksi Murah

Juda mengatakan, sejumlah kebijakan ekonomi AS sampai saat ini juga masih sangat ditunggu pelaku dan pemerhati perekonomian global.

Sebab, hal itu tentunya akan sangat berpengaruh bagi mereka, karena banyak pihak yang aspek bisnis dan perekonomiannya terpengaruh, atau bahkan bersentuhan langsung dengan perekonomian AS.

Cadangan Devisa RI Februari 2022 Naik Tipis, Ini Pendorongnya

"Kalau kebijakannya agresif dan fiskalnya ekspansif, kemudian direspons oleh The Fed, maka ini adalah upaya mereka untuk penguatan dolar. Good news-nya, harga-harga komoditas ekspor juga akan mengalami kenaikan yang luar biasa," kata Juda.

Meski demikian, secara menyeluruh, Juda mengaku optimistis 2017 ini merupakan tahun pemulihan, bagi perekonomian dunia secara umum dan perekonomian Indonesia secara khusus.

Dia juga yakin pertumbuhan ekonomi nasional masih akan bisa tumbuh di atas angka lima persen, walaupun masih ada tekanan pada aspek inflasi akibat sejumlah upaya penyesuaian yang dilakukan pemerintah.

"Over all, tahun lalu adalah tahun konsolidasi, dan ini adalah tahun pemulihan. Karena pertumbuhan dan harga komoditas lebih baik, sehingga 2017 ini ekonomi masih dalam range (kisaran) 5-5,4 persen. Inflasi memang ada sedikit tekanan, karena pemerintah juga masih berpotensi menyesuaikan harga BBM," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya