- Reuters/Kai Pfaffenbach
VIVAnews - Estonia baru satu tahun bergabung dengan kelompok pengguna euro (zona euro). Masuknya Estonia justru di tengah posisi keuangan zona euro yang morat-marit akibat krisis utang di sejumlah negara anggota.
Namun Menteri Luar Negeri Estonia, Urmas Paet, mengatakan langkah tersebut adalah langkah tepat yang dilakukan oleh negaranya. Dia mengakui saat ini pasar euro tengah lesu, namun dia yakin ke depannya euro dapat kembali bangkit dengan bergabungnya Estonia.
"Estonia bisa mendukung itu, karena kami memiliki beban utang paling rendah di antara negara zona euro, sebesar 6 persen dari produk domestik bruto," kata Paet dalam konferensi pers bersama Menlu RI, Marty Natalegawa, di Jakarta, Selasa, 24 Januari 2012.
Saat ini yang perlu dilakukan oleh negara-negara zona euro adalah mencari lebih banyak lagi kepercayaan dari para investor. Selain itu, lanjut Paet, negara-negara zona euro harus memperhatikan langkah-langkah dalam menjaga persatuan dan kesatuan Eropa.
"Saya optimistis euro akan bergerak ke arah yang positif," kata Paet.
Estonia adalah salah satu negara di kawasan Baltik yang bergabung dengan Uni Eropa dan NATO sejak tahun 2004, dan zona euro pada tanggal 1 Januari 2011.
Kendati ekonomi Eropa mengalami krisis dalam dua tahun terakhir, menurut Kementerian Keuangan Estonia, perekonomian negara tersebut telah mengalami pemulihan keuangan sejak krisis keuangan global tahun 2008, dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen pada 2011. (ren)