Ayah Teman Bomber Boston Minta Keadilan

Aksi protes di luar tempat persemayaman jenazah bomber Boston
Sumber :
  • REUTERS/Jessica Rinaldi
VIVAnews
Manajemen dan Serikat Pekerja Freeport Teken PKB, Menaker: Bisa Jadi Contoh bagi Perusahaan Lain
- Ayah Ibragim Todashev, teman bomber Boston, yang tewas ditembak agen investigasi federal (FBI) pada 22 Mei 2013 di Florida menuntut keadilan bagi putranya tersebut. Abdul Baki, nama ayah itu, menggelar jumpa pers di Moskow, Rusia, Kamis 30 Mei waktu setempat.

Jasad Ibu dan Dua Anak Korban Longsor di Garut Ditemukan

Dia menunjukkan beberapa foto anaknya yang telah diotopsi di kamar mayat  Florida. Baki menunjukkan 16 foto jasad putranya yang masih terbaring di kamar mayat. Dalam foto-foto yang belum dikonfirmasi kebenarannya itu Todashev tewas akibat ditembak tujuh peluru agen FBI.
Jeep Rubicon Mario Dandy Bakal Dilelang Lebih Murah Usai Tak Laku, Berapa Harga Bekasnya?


Beberapa bekas lubang peluru terlihat di bagian dada dan satu lubang di kepala bagian belakang. Kemarahannya semakin memuncak tatkala mengetahui putranya itu ditembak dalam keadaan tidak bersenjata.


Padahal dalam laporan sebelumnya, Ibragim disebut mengancam polisi dengan sebuah pisau. Namun hasil laporan Washington Post hari Rabu kemarin mengutip pernyataan dua pernyataan agen FBI yang belakangan mengutip pejabat berwenang yang mengatakan saat ditembak Ibragim tidak memiliki senjata.


"Hari ini saya menuntut keadilan. Saya ingin adanya sebuah investigasi sehingga orang-orang ini (agen FBI) dapat dituntut sesuai dengan hukum AS," tegas Abdul-Baki seperti dilansir Dailymail.


Masih menurut Abdul-Baki, orang yang menembak putranya bukan agen FBI, melainkan penjahat.  "Para penjahat ini harus diadili di pengadilan," kata dia.


Abdul-Baki mengaku memperoleh 16 foto tersebut dari teman Ibragim, Khusen Taramov melalui surat elektronik. Abdul-Baki mengaku heran dengan cara kerja FBI yang membunuh putranya.


"Apa mereka tidak bisa hanya memborgolnya saja? Paling tidak, apabila mereka ingin melukai, mereka dapat menembak ke bagian kaki atau bahu. Tapi cara yang mereka pilih adalah eksekusi mati," imbuh Abdul-Baki.


Dia meyakini putranya sengaja dibunuh oleh FBI karena dia mengetahui informasi penting. Abdul-Baki bersiap untuk terbang ke AS dan mengambil jasad Ibragim.


Dia mengaku telah mendataangi Kedutaan Besar AS di kota Moskow untuk mengurus visa. Ibragim diketahui mengenal salah satu pelaku bom Boston, Tamerlan Tsarnaev, karena mereka pernah berlatih di tempat yang sama.


Mereka bertemu tahun 2011 silam, lalu setahun kemudian pindah ke Orlando. Ayahnya, Abdul-Baki, mengaku putranya tidak terlalu mengenal secara dekat sosok Tamerlan.


Namun keduanya disebut terkait tiga kasus pembunuhan yang terjadi tahun 2011 silam. Stasiun televisi NBC News melaporkan Todashev telah mengakui keterlibatannya dalam kasus yang hingga kini belum terselesaikan itu.


Dari hasil penyeledikan, FBI kemudian memutuskan untuk menginvestigasi Ibragim dan kamar apartemennya. Selain itu ayah Ibragim, mengatakan bahwa putranya tidak mungkin terkait kasus peledakan bom Boston.


Sebulan sebelum pengeboman, Ibragim menjalani operasi akibat cedera usai berolah raga. Dia kemudian membutuhkan bantuan tongkat untuk berjalan.


"Sangat tidak mungkin bagi dia secara fisik untuk terlibat dalam peledakan bom itu," kata Abdul-Baki.


Ibragim Todashev tewas tertembak timah panas agen FBI karena diduga melawan saat dimintai keterangan terkait peristiwa bom Boston. Peristiwa penembakan terjadi sebuah tempat parkir kompleks apartemen dekat taman bermain Universal Studio, Orlando. (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya