Hassan Rohani, Dari Ulama Hingga Jadi Presiden Iran

Presiden Iran, Hassan Rouhani.
Sumber :
  • REUTERS/Fars News
VIVAnews -
Jawaban Mengejutkan Shin Tae-yong soal Elkan Baggott Tak Gabung Timnas Indonesia U-23
Publik Iran akan segera mengucapkan selamat tinggal untuk Mahmoud Ahmadinejad. Presiden baru yang terpilih, Hassan Rohani, diharapkan bisa mengubah citra Iran yang lebih moderat.

Siap Gusur Dominasi PKS, 6 Parpol Rajut Koalisi Demi Menangkan Pilkada Depok 2024

Rohani mendapatkan lebih dari 50 persen suara pada pemilihan Jumat lalu. Saingan terberatnya adalah Mohammad Bagher Ghalibaf hanya mendapatkan 15 persen suara. Empat kandidat lainnya jangan ditanya, terpuruk di penghitungan.
Honda Vario 125 Versi Gambot Resmi Meluncur, Segini Harganya


Pria 65 tahun ini mendapatkan dukungan kebanyakan dari para reformis dan aktivis "Gerakan Hijau" yang jengah dengan kepemimpinan otoriter ala Ahmadinejad. Rohani memang dikenal sebagai ulama dan politisi yang moderat, yang digadang untuk membuat citra Iran lebih lunak dan manusiawi.

Diberitakan
CNN
, Sabtu 15 Juni 2013, Rohani punya reputasi menghindari sikap ekstrem dan mencoba menjembatani perbedaan. Dia juga bukan orang yang
ngoyo
.


Di bidang keagamaan Syiah Iran, Rohani dikenal sebagai ulama senior dan anggota Dewan Ahli. Tugasnya menunjuk atau mengganti pemimpin tertinggi. Pemimpin Syiah saat ini, Ayatullah Khamenei sudah berusia senja. Dalam penggantian Khamenei nanti, diprediksi Rohani akan punya pengaruh besar.


Di bidang pemerintahan, rohani sudah makan asam garam. Mengawali karir sebagai komandan angkatan udara Iran dan memimpin tiga perang dan dewan pertahanan, Rohani pernah jadi penasehat keamanan presiden selama 13 tahun sebelum Ahmadinejad memimpin.


Rohani memiliki tiga gelar pendidikan, termasuk doktor pada universitas di Skotlandia. Intelektualitasnya terbukti saat dia menjadi presiden pusat riset strategis Iran dan rutin menulis esai ilmiah.


Pada tahun 2003-2005, Rohani menjadi negosiator nuklir di bawah kepemimpinan presiden Mohammad Khatami kala itu. Khatami kemudian memimpin aktivis Gerakan Hijau yang memprotes pemilihan kembali Ahmadinejad pada 2009.


Saat itu, pemerintahan Ahmadinejad menggempur demonstran dengan menurunkan Garda Nasional. Dalam hal ini, Rohani mendukung perjuangan Gerakan Hijau pimpinan Khatami dengan mengatakan, "protes ini wajar dan populer, harus diperbolehkan."


Salah satu program yang ditawarkannya adalah menegakkan piagam hak-hak sipil. Dia mengatakan akan memperjuangkan hak-hak wanita dan etnis minoritas jika terpilih. Dia juga kerap mengkritik pengamanan yang ketat jelang pemilu, yang akhirnya berhasil membuatnya mendulang suara dari kaum liberal Iran.


Hubungan dengan Khamenei

Soal hubungan dengan Khamenei, Rohani sepertinya setali tiga uang dengan Ahmadinejad, kurang akur. Saat memimpin dewan keamanan Iran tahun 1989, Rohani mengkritik Khamenei karena terlalu kaku menghadapi komunitas internasional.


Abbas Milani, ahli Iran di Universitas Stanford mengatakan bahwa kritik ini disampaikan Rohani dalam buku soal pengalamannya saat menjadi negosiator nuklir Iran.


"Jika kau membaca bukunya, dia kebanyakan menyalahkan Khamenei," kata Milani. Dalam buku itu, Rohani menyalahkan Khamenei karena membuat Iran dikucilkan Barat akibat program nuklir.


Soal nuklir ini jugalah yang menjadi perbicangan sengit pada perdebatan calon presiden Iran kala itu. Rohani diancam didiskualifikasi dari pemilihan karena dianggap mengungkap rahasia negara dalam debat.


Tapi dia tetap terpilih masuk di bursa pemilihan. Para calon disaring oleh Khamenei dan Dewan Pelindung. Dari 680 orang yang mendaftar, hanya delapan yang lolos seleksi. Dua di antaranya didiskualifikasi.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya